Liputan6.com, Jakarta - Merayakan 45 tahun berkiprah di industri kecantikan Indonesia, L'oreal merilis buku berjudul The Essentiality of Beauty. Lewat buku itu, perusahaan kosmetik asal Prancis tersebut ingin menekankan bahwa kecantikan tak sekadar riasan saja, tetapi juga bisa menghidupkan berbagai macam aspek kehidupan.
Di hadapan lebih dari 500 mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang, isi buku dibedah tim penyusunnya. Tujuannya adalah membuka mata Gen Z tentang arti sesungguhnya kecantikan dan peluang bisnis yang besar di dalamnya.
"Kita ngerasa buku ini tepat ilmunya diserap oleh mereka. Maka itu, kita buat bedah buku," tutur Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, & Sustainability L'Oréal Indonesia, Jumat, 19 September 2025.
Dalam buku tersebut disampaikan bahwa kecantikan bukan hanya soal paras saja. Kecantikan juga bisa menjadi penggerak ekonomi, bahasa budaya, dan medium untuk pemberdayaan diri.
"Kalau kita sudah nyaman dengan diri, tahu apa kelebihan diri, maka kita bisa berkarya dengan nyaman dan untuk orang lain. Bila mau berkarya di dunia kecantikan, terutama di industrinya, masih terbuka lebar, bahkan akan lebih berkembang lagi," tuturnya.
Kecantikan Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Melanie, industri kecantikan masih berpotensi besar. Lapangan pekerjaannya juga luas dengan peluang di antaranya menjadi influencer, pekerja, penjual, riset, dan peluang besar lainnya.
Melanie juga menyatakan bahwa industri kecantikan di Indonesia menunjukkan peran strategis yang signifikan. "Pada tahun 2024, nilai pasar nasionalnya mencapai hampir Rp175 triliun, meningkat hampir 50 persen dalam tiga tahun terakhir. Industri ini juga merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia," ungkapnya.
Efeknya melibatkan rantai yang panjang, mulai dari petani hingga inovator. "Kita gunakan bahan-bahan dari dalam negeri misalnya, itu sudah pasti melibatkan para petani unggulnya. Juga melibatkan peneliti dalam negeri, sehingga menciptakan mata rantai yang panjang," ujarnya.
Kecantikan untuk Kesejahteraan Diri
Sementara dari sisi kesejahteraan diri, kecantikan berkaitan erat dengan dengan kesehatan fisik ataupun menal. Menurut data di buku tersebut, 80 persen perempuan merasa lebih bahagia dan 88 persen lebih percaya diri setelah menggunakan produk kecantikan.
"Sebaliknya, 98 persen individu dengan masalah kulit melaporkan gangguan emosional. Bagi generasi muda, rutinitas perawatan diri dipandang sebagai cara untuk menjaga keseimbangan emosional dan membangun identitas," tutur Melanie.
Dari studi lanjutan didapatkan temuan bahwa Gen Z dan Milenial setiap harinya menggunakan lebih dari lima produk skincare atau perawatan kulit dan wajah. Menurut Melanie, angka-angka tersebut menegaskan bahwa kecantikan bukan sekadar faktor estetika, melainkan berperan nyata dalam mendukung mental well-being.
Bagi generasi muda, hubungan antara kecantikan dan well-being terasa semakin personal. Rutinitas perawatan diri, pilihan gaya, maupun penggunaan produk tertentu dilihat sebagai cara untuk menjaga keseimbangan emosional sekaligus membangun identitas.
Kecantikan adalah Harmoni
Senada dengan Masriel, Rismi Juliadi, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UMN, menyatakan bahwa kecantikan adalah harmoni yang tidak hanya tampak secara fisik, tetapi juga hadir dalam cara seseorang berpikir, bersikap, dan berinteraksi.
"Pandangan ini menegaskan bahwa kecantikan adalah instrumen penting untuk membangun kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kualitas hidup yang lebih baik," ujarnya.
Pandangan itu, sambung dia, menegaskan bahwa kecantikan bersifat multidimensi. Ia bukan hanya faktor penampilan, tetapi juga instrumen penting untuk membangun kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kualitas hidup yang lebih baik.
"Dengan pemahaman seperti ini, mahasiswa dan generasi muda dapat melihat kecantikan sebagai ruang yang menyatukan aspek pribadi, sosial, dan emosional, sehingga relevan untuk kehidupan sehari-hari maupun masa depan industri," katanya.