Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang diterbitkan pada 23 Juni 2025 oleh organisasi nonpemerintah Inggris Earthsight menyebut bahwa merek-merek fesyen mewah internasional membeli kulit dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan peternakan yang memelihara sapi di tanah adat dan di daerah-daerah yang ditebangi secara ilegal di Amazon.
Melansir Brasil de Fato, Sabtu (5/7/2025), investigasi yang dilakukan dalam kemitraan dengan Repórter Brasil ini menganalisis keputusan pengadilan, citra satelit, dan catatan pengiriman. Laporan ini juga meneliti rantai pasar di sektor tersebut untuk mengungkap jaringan pasokan kulit dari merek-merek, seperti Chanel, Balenciaga, dan Gucci.
Menurut Earthsight, perusahaan pengepakan daging Brasil Frigol berada di dasar rantai produksi ini. Rumah pemotongan hewan tersebut diidentifikasi sebagai pembeli sapi yang dipelihara di tanah yang diembargo karena penebangan hutan, serta dari peternakan yang didirikan secara ilegal di Tanah Adat Apyterewa di São Félix do Xingu, negara bagian Pará.
Dilabeli Kulit Produksi Italia
Studi tersebut menunjukkan bahwa hampir semua kulit yang diekspor dari Pará ke Eropa ditujukan ke Italia. Sebagian dari produk ini dibeli Conceria Cristina dan Faeda, perusahaan penyamakan kulit dari Veneto, Italia, tempat bahan tersebut diproses dan diberi merek baru sebagai "kulit Italia."
Perusahaan-perusahaan ini memasok lusinan merek fesyen, otomotif, dan desain interior mewah. Selain Chanel, Balenciaga, dan Gucci, Conceria Cristina memasok kulit yang diperoleh di Brasil ke merek mewah Amerika Serikat (AS), Coach, yang menargetkan Generasi Z dan menjual tas dengan harga antara 340─686 dolar AS (sekitar Rp5,5 juta─Rp11,1 juta), yang dianggap "mudah dijangkau" di pasar barang mewah.
Hubungan komersial antara Coach dan Conceria Cristina dikonfirmasi pada peneliti Earthsight oleh juru bicara dari perusahaan penyamakan kulit Italia. Investigasi tersebut menyoroti Durlicouros, eksportir terbesar dari Pará ke Eropa, sebagai pemasok utama bagi perusahaan-perusahaan Italia.
Menurut laporan ekspor yang dianalisis Earthsight, Durlicouros telah mengekspor 90 persen dari semua kulit yang diproduksi di Pará ke Italia dari 2020 hingga 2023, dengan total 14.700 ton. Durlicouros mengonfirmasi pada Earthsight bahwa mereka membeli kulit binatang dari Frigol.
Hasil Investigasi
Frigol adalah salah satu dari lima perusahaan pengemasan daging terbesar di Brasil, dengan kapasitas untuk menyembelih 2.400 ekor sapi per hari di fasilitasnya di Pará, menurut studi Earthsight. Pada Oktober 2024, Institut Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Terbarukan Brasil (IBAMA) mendenda Frigol dan perusahaan pengemasan daging lain karena membeli 18 ribu ekor sapi yang dibesarkan di kawasan hutan Amazon yang gundul di negara bagian Pará dan Amazonas.
Investigasi Earthsight memperoleh dokumen yang, menurut LSM tersebut, menunjukkan bahwa Frigol membeli 3.643 ekor sapi yang dibesarkan secara ilegal di dua wilayah yang diembargo di sebuah peternakan di São Félix do Xingu pada 2019. Perusahaan tersebut didenda hampir 360 ribu dolar AS karena memperoleh hewan dari wilayah yang diembargo di mana pemeliharaan sapi dilarang.
Kendati demikian, menurut LSM Inggris tersebut, antara Januari 2020 hingga Oktober 2023, Frigol tetap membeli ternak dari lokasi yang wilayahnya diembargo. Earthsight menganalisis citra satelit untuk membuktikan bahwa tidak ada cukup waktu untuk pemulihan wilayah yang ditebang secara ilegal tersebut.
Kata Perusahaan
Menanggapi Earthsight, Frigol menyatakan bahwa pihaknya belum mengidentifikasi kejanggalan apapun di antara para pemasok yang dituduh membeli ternak yang dibesarkan di Tanah Adat Apyterewa. Perusahaan tersebut juga menegaskan bahwa kebijakan pembeliannya sejalan dengan "Boi na Linha," protokol pemantauan untuk pembelian ternak yang dikembangkan LSM Imaflora dalam kemitraan dengan MPF.
Menurut Frigol, 100 persen ternak yang dibeli dari pemasok langsungnya dibesarkan sesuai kriteria sosial-lingkungan. Perusahaan tersebut juga mengklaim dapat memantau pemasok tidak langsungnya di tingkat pertama.
Dalam pernyataan yang dikirim ke Repórter Brasil, perusahaan pengemasan daging tersebut menekankan bahwa pihaknya "mengklarifikasi secara terperinci setiap hipotesis yang disajikan" dalam laporan Earthsight, "yang menunjukkan bahwa semua pembelian sesuai sosial-lingkungan."
Frigol menyoroti komitmennya terhadap Perjanjian Penyesuaian Perilaku untuk Peternakan Sapi Berkelanjutan di Negara Bagian Pará (TAC da carne). Perjanjian ini, yang ditetapkan pada 2009, mengharuskan perusahaan pengemasan daging berkomitmen tidak memperoleh ternak dari daerah yang ditebangi secara ilegal di Amazon setelah tahun 2008.