Ayah Juliana Marins Lagi-lagi Kritik Indonesia Atas Kematian Putrinya di Gunung Rinjani

6 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Prosesi pemakaman Juliana Marins, turis Brasil yang tewas saat berusaha mendaki Gunung Rinjani sudah selesai dilaksanakan di kota kelahirannya, Niteroi. Ayahnya, Manoel Marins, ikut hadir dalam momen tersebut.

Dalam kesempatan itu, ia kembali mengkritik Indonesia terkait kematian putrinya yang merupakan pendaki pemula. Mengutip AP, Sabtu (5/7/2025), ia menyebut bahwa apa yang terjadi pada putrinya adalah 'masalah mengabaikan nyawa manusia'. Ia juga menyebut 'layanan publik yang tidak memadai' di Indonesia sebagai penyebab utama Juliana kehilangan nyawa. 

"Sayangnya, ini adalah tujuan wisata — dikenal di seluruh dunia, negara yang bergantung pada pariwisata untuk bertahan hidup," katanya. "Seharusnya ada infrastruktur yang lebih baik, sumber daya yang lebih baik untuk menyelamatkan orang."

Pemakaman Juliana, melansir Globo, dihadiri pula oleh Ibu Negara Brasil Janja da Silva dan Menteri Kesetaraan Ras Brasil Anielle Franco. Keluarga mendiang memutuskan bahwa jenaza Marins tidak akan dikremasi, seperti rencana awal, tapi dikuburkan─berjaga-jaga bila diperlukan penggalian untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Kami ingin mengkremasi (jenazah Juliana), tapi hakim memutuskan untuk menguburkannya," kata Manoel. "Kantor Pembela Umum memberi tahu kami bahwa mereka dapat membatalkan keputusan tersebut, tapi kami memilih untuk tetap menguburkannya," ia menyambung.

Gelar 2 Sesi Upacara Pemakaman Juliana Marins

Manoel berterima kasih pada masyarakat Brasil atas simpati dan perhatian mereka, yang menurutnya sangat penting bagi keluarga untuk bisa mendapat jawaban terkait apa yang terjadi pada Juliana Marins.

Manoel  berkata, "Saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada pers yang meliput kasus ini, sehingga masalah ini menyebar ke seluruh Brasil."

Keluarga memutuskan menggelar dua sesi upacara pemakaman pada Jumat, 4 Juli 2025, dengan sesi pertama untuk umum, disambung sesi hanya untuk keluarga dan teman mendiang Juliana. "Saya di sini untuk menunjukkan pada keluarga dan teman (Juliana) bahwa Brasil bersama mereka saat ini," kata Ana Paula, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Niterói, kampung halaman Juliana. 

Kota Niterói, yang memberi penghormatan pada Juliana dengan menamai Mirante dan jalur di Praia do Sossego dengan namanya, akan meresmikan acara tersebut dengan memasang rambu-rambu lokasi pada Selasa, 8 Juli 2025. Menurut keluarga Juliana, ini adalah tempat favoritnya di kota Rio de Janeiro.

"Kami mengikuti seluruh perjuangan untuk menyelamatkan Juliana. Kasus ini menggemparkan seluruh kota," kata Rodrigo Neves, Wali Kota Niterói.

Beredar Video Diduga Pemandu Juliana Marins Coba Selamatkan Korban

Menyusul berita pemandu Juliana Marins masuk daftar hitam taman nasional tersebut, sebuah video diduga memperlihatkan pria bernama Ali Mustofa itu turun menyelamatkan korban beredar di media sosial.

Rekaman singkat ini dibagikan akun Instagram @rinjani.man, Kamis, 3 Juli 2025, dengan keterangan, "Ali Mustofa guide-nya Juliana yang pertama kali turun mau evakuasi Juliana. Walau tali 200m, tapi cuma berani turun 100m karna tidak mempuyai pengalaman dalam hal ini dan pengaman yang (tidak) memadai."

"Takut terjadi hal-hal yang tidak baik, dia memutuskan naik kembali," imbuh keterangan tersebut.

Klip itu membuat tidak sedikit warganet mengapresiasi upaya Ali, menyebutnya "sudah berusaha." Lifestyle Liputan6.com telah menghubungi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk meminta komentar terkait keputusan memasukkan Ali ke dalam daftar hitam. Namun sampai artikel ini tayang, belum ada komentar yang diberikan.

Sebelumnya, Ali mengatakan pada media Brasil O Globo bahwa dia tidak pernah meninggalkan Juliana Marins. "Sebenarnya, saya tidak meninggalkannya, tapi saya menunggu tiga menit di depannya. Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul," kata pemandu wisata berusia 20 tahun itu, rangkum Daily Mail, 27 Juni 2025.

Pengakuan Pemandu Juliana Marins

"Saya mencarinya di tempat peristirahatan, tapi saya tidak dapat menemukannya." "Saya katakan padanya bahwa saya akan menunggunya di depan. Saya memintanya beristirahat. Saya menyadari (dia jatuh) ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta tolong."

"Saya katakan padanya bahwa saya akan membantunya. Saya berusaha keras memberi tahu Juliana agar menunggu bantuan." Ali mengatakan bahwa dia melaporkan kecelakaan di jalur pendakian menuju puncak Gunung Rinjani itu pada agen tur tempat dia bekerja dan meminta mereka meminta bantuan darurat pada petugas.

"Saya menelepon agen tur tempat saya bekerja, karena tidak mungkin membantu secara mandiri di kedalaman sekitar 150 meter tanpa peralatan keselamatan," imbuhnya.

Mereka memberi informasi tentang jatuhnya Juliana pada tim penyelamat pada 21 Juni 2025. Setelah tim mengetahui informasi tersebut, mereka bergegas membantu dan menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk penyelamatan. Menurut Ali, Juliana membayar Rp2,5 juta untuk paket wisata mendaki Gunung Rinjani.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |