Liputan6.com, Jakarta - Kasus perampokan Museum Louvre di Paris, Prancis, ternyata menjadi insiden kejahatan di museum kedua yang terungkap dalam sebulan terakhir. Prancis sebelumnya menangkap dan mendakwa seorang perempuan China atas pencurian emas koleksi Museum Sejarah Alam Paris.
Kasus pencurian itu lagi-lagi disebut melibatkan 'tim yang sangat profesional', menurut direktur museum itu. Insiden terjadi pada 16 September 2025, lebih dari sebulan sebelum perampokan di Museum Louvre pada Minggu pagi, 19 Oktober 2025.
Kurator Museum Sejarah Alam menyadari terjadi pencurian bongkahan emas yang dipamerkan setelah petugas kebersihan melaporkan temuan puing-puing di lokasi. Barang-barang yang dicuri termasuk bongkahan emas asli dari Bolivia yang disumbangkan pada abad ke-18 dan emas dari wilayah Ural Rusia yang dihadiahkan Tsar Nicholas I pada 1833.
Ada pula emas dari California yang ditambang pada era demam emas. "Sebuah bongkahan emas seberat 5 kg dari Australia yang ditemukan pada tahun 1990 juga dicuri," kata Jaksa Penuntut Paris, Laure Beccuau, Mengutip laman Chanel News Asia, Rabu (22/10/2025).
Emas asli adalah paduan logam yang mengandung emas dan perak dalam bentuk alami dan belum dimurnikan.
Kronologi Pencurian Emas di Museum Sejarah Alam Paris
Total emas asli yang dicuri berbobot hampir 6 kg, dengan kerugian diperkirakan mencapai 1,5 juta euro (sekitar Rp29 miliar). Namun yang terpenting, kata Beccuau, nilai historis dan ilmiah dari kepingan-kepingan tersebut "tak ternilai".
Berdasarkan hasil investigasi, penyelidik menemukan dua pintu museum telah dipotong dengan gerinda, sedangkan kotak pajangan dibobol menggunakan obor las. Peralatan-peralatan termasuk obor las, gerinda, obeng, tabung gas, dan gergaji ditemukan di lokasi tempat kejadian perkara.
Rekaman pengawasan menunjukkan seorang penyusup memasuki museum tak lama setelah pukul 1 dini hari dan keluar sekitar pukul 4 pagi, menurut Beccuau. Berdasarkan pelacakan, polisi berhasil menangkap seorang perempuan China berusia 24 tahun di Barcelona, Spanyol, pada 30 September 2025.
Saat ditangkap, kata Beccuau, ia sedang berusaha membuang hampir 1 kg kepingan emas cair, tanpa merinci lebih lanjut. Tersangka diserahkan kepada otoritas Prancis pada 13 Oktober 2025 dan didakwa dengan pencurian dan konspirasi kriminal, serta ditahan sementara pada hari yang sama.
Investigasi menunjukkan bahwa ia meninggalkan Prancis pada hari pembobolan dan bersiap untuk kembali ke China. "Penyelidikan masih berlangsung," tambah Beccuau.
Penyelidikan Perampokan di Museum Louvre
Sementara, Museum Louvre di Paris, Prancis, tetap ditutup untuk umum pada Senin, 20 Oktober 2025, setelah kasus perampokan yang terjadi pada Minggu pagi, 19 Oktober 2025. Investigasi polisi terus berlanjut demi mengembalikan delapan koleksi perhiasan dari era Napoleon yang 'tak ternilai harganya' itu.
Proses perburuan artefak nasional itu dikejar waktu bila ingin kembali dalam keadaan utuh. Namun, sejumlah pihak menyangsikan upaya tersebut dapat berhasil.
Mengutip France24, Selasa, 21 Oktober 2025, Christopher Marinello, pendiri Art Recovery International, mengatakan para pencuri bisa dengan mudah mengaburkan jejak kejahatannya dengan melebur logam mulia atau memotong ulang batu permata tanpa mempertahankan integritasnya jika mereka hanya ingin mendapatkan uang tunai secepat mungkin.
"Kita perlu membubarkan geng-geng ini dan mencari pendekatan lain, atau kita akan kehilangan hal-hal yang tidak akan pernah kita lihat lagi," ujar Marinello kepada CNN.
Karakteristik Benda Curian dari Museum Louvre
Marinello menjelaskan bahwa benda seni tradisional—lukisan, patung, dan sejenisnya—harus dilestarikan dalam kualitas sesempurna mungkin agar nilainya tetap terjaga. Dalam kasus seperti itu, para penjahat akan menjual lukisan-lukisan tersebut—kemungkinan dengan harga yang jauh lebih murah—kepada pedagang seni bawah tanah, atau dalam beberapa kasus, menukar karya seni tersebut dengan senjata atau barang selundupan lainnya. Perhiasan berbeda.
"Ada kemungkinan kecil beberapa pembeli di negara-negara tertentu akan membeli permata tersebut apa adanya, tetapi itu kecil kemungkinannya," ujarnya. "Itu bukan Picasso curian yang harus dijaga tetap utuh, atau tidak akan berharga," tambahnya.
Mengingat kemudahan dan keahlian para perampok menjarah Louvre, kata Marinello, mereka mungkin sudah memiliki sistem untuk membongkar perhiasan dan menjual emas, berlian, dan batu mulia dalam bentuk potongan kepada pembeli.
"Tidak sulit untuk terbang ke Israel, Antwerpen, atau India dan cukup memotongnya kembali," katanya. "Setelah itu selesai, mereka langsung tidak dapat dikenali lagi. Tidak ada yang akan tahu dari mana asalnya, tidak ada yang akan tahu bahwa itu adalah permata mahkota."