Liputan6.com, Jakarta - Tren aura farming di TikTok memberi sorotan tidak terduga pada tradisi pacu jalur asal Riau. Aura farming adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan "ritual melelahkan" untuk menyelaraskan diri dengan estetika yang diinginkan, menurut Parents, dikutip Jumat, 4 Juli 2025.
Dalam konteks ini, kata "aura" mengacu pada kesan visual dan emosional yang diberikan seseorang. Itu dapat dilakukan melalui pakaian, produk yang digunakan, dan citra di media sosial. Istilah "farming" dalam konteks ini berasal dari permainan di mana pemain mengulang tugas untuk naik level.
Istilah aura farming akhirnya mengacu pada tindakan seseorang yang dinilai keren atau mampu membangun "aura moment," sehingga terlihat layaknya tokoh utama. Dalam konteks pacu jalur, merujuk Media Center Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, tren ini menampilkan bocah-bocah pendayung dengan gerakan khas memutar tangan dan mengayun untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat, diiringi lagu "Young Black & Rich" karya Melly Mike.
Apa Itu Pacu Jalur?
Gerakan ikonis dalam pacu jalur ternyata memikat hati warganet global, memicu banyak video meme meniru gaya keren ala pendayung jalur. Festival Pacu Jalur, yang masuk agenda Kharisma Event Nusantara (KEN), digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Secara etimologi, "pacu" berarti perlombaan, sementara "jalur" merujuk pada perahu. Jadi, pacu jalur secara sederhana dapat diartikan sebagai "perlombaan mendayung perahu." Atraksi ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, yang berfungsi sebagai aba-aba bagi peserta, mengingat luasnya arena dan riuhnya ribuan penonton.
Setiap jalur yang berlomba diawaki beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba menerobos arus Sungai Kuantan menuju garis finis.
Setiap jalur, yang biasanya dibuat sepanjang kurang lebih 40 meter, membutuhkan biaya hingga Rp100 juta per unit, yang didanai secara swadaya oleh masyarakat Kuansing, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat. Setiap perahu akan didayung 50─60 orang, tergantung panjangnya.
Asal-mula Pacu Jalur
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Riau, Haji Roni Rakhmat, menyebut bahwa menurut tradisi lisan masyarakat setempat, pacu jalur awalnya adalah sarana transportasi menyusuri Sungai Batang Kuantan, dari hulu Kuantan hingga Cerenti.
"Karena transportasi darat belum berkembang di masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa. Digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil Bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40─60 orang per perahu," kata Haji Roni.
Pada perkembangannya, perahu transportasi memanjang ini sengaja dihias dengan unsur daerah setempat, biasanya melukiskan kepala ular, buaya, dan harimau. Pemerintah telah mengakui dan menetapkan pacu jalur sebagai Warisan Budaya Nasional Takbenda Indonesia.
Terkait viralnya pacu jalur di media sosial, Haji Roni berkomentar, "Ini membuktikan bahwa kearifan lokal kita memiliki daya tarik universal dan mampu bersaing di panggung global. Fenomena ini juga jadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri."
Festival Pacu Jalur
Festival Pacu Jalur sudah digelar sejak masa kolonial Belanda untuk memeriahkan perayaan adat sejak 1890 dan secara spesifik digunakan untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Setelah kemerdekaan, festival ini berkembang untuk merayakan HUT RI dan sempat diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulid Nabi, Idulfitri, maupun Tahun Baru Islam.
Pacu jalur adalah tradisi yang sarat nilai sejarah, perpaduan unsur olahraga, seni, dan olah batin. Masyarakat setempat percaya bahwa olah batin dari pawang perahu sangat berpengaruh dalam menentukan kemenangan, terlihat dari ritual khusus yang menyertai setiap tahapan, mulai dari pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan, hingga perlombaan.
Tahun lalu, pacu jalur dihelat pada 21─25 Agustus 2024, dengan partisipasi 225 peserta jalur. Juara 1 mendapatkan Rp70 juta, Juara 2 Rp60 juta, Juara 3 Rp50 juta, Juara 4 Rp40 juta, dan Juara 5 Rp30 juta. Kemudian, juara 6 Rp20 juta dan Juara 7 hingga 15 masing-masing Rp10 juta. Selain itu, ada kontribusi jalur sebesar Rp1 juta per jalur, dengan total dana Rp215 juta.