Ibu Negara Brasil Hadiri Pemakaman Juliana Marins, Turis yang Meninggal Setelah Jatuh di Gunung Rinjani

1 week ago 22

Liputan6.com, Jakarta - Ibu Negara Brasil Janja da Silva dan Menteri Kesetaraan Ras Brasil Anielle Franco jadi salah dua dari sejumlah pelayat yang datang memberi penghormatan terakhir pada Juliana Marins. Perempuan berusia 26 tahun itu meninggal pada akhir Juni 2-2025 setelah jatuh dari jalan setapak di Gunung Rinjani.

Melansir Globo, Sabtu (5/7/2025), keluarga Juliana Marins memutuskan bahwa jenazahnya tidak akan dikremasi, seperti rencana awal, tapi dikuburkan─berjaga-jaga bila diperlukan penggalian untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Kami ingin mengkremasi (jenazah Juliana), tapi hakim memutuskan untuk menguburkannya," kata ayah mendiang, Manoel Marins.

"Kantor Pembela Umum memberi tahu kami bahwa mereka dapat membatalkan keputusan tersebut, tapi kami memilih untuk tetap menguburkannya," ia menyambung. Manoel mengucapkan terima kasih pada masyarakat Brasil atas simpati dan perhatian mereka, yang menurutnya sangat penting bagi keluarga untuk bisa mendapat jawaban terkait apa yang terjadi pada Juliana Marins.

Penghormatan pada Juliana Marins

Manoel  berkata, "Saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada pers yang meliput kasus ini, sehingga masalah ini menyebar ke seluruh Brasil." Keluarga memutuskan menggelar dua sesi upacara pemakaman pada Jumat, 4 Juli 2025, dengan sesi pertama untuk umum, disambung sesi hanya untuk keluarga dan teman mendiang Juliana.

"Saya di sini untuk menunjukkan pada keluarga dan teman (Juliana) bahwa Brasil bersama mereka saat ini, "kata Ana Paula, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Niterói, kampung halaman Juliana. 

Kota Niterói, yang memberi penghormatan pada Juliana dengan menamai Mirante dan jalur di Praia do Sossego dengan namanya, akan meresmikan acara tersebut dengan memasang rambu-rambu lokasi pada Selasa mendatang, 8 Juli 2025. Menurut keluarga Juliana, ini adalah tempat favoritnya di kota Rio de Janeiro.

"Kami mengikuti seluruh perjuangan untuk menyelamatkan Juliana. Kasus ini menggemparkan seluruh kota," kata Rodrigo Neves, Wali Kota Niterói.

Jalani Autopsi Ulang

Sebelumnya dilaporkan bahwa gasil autopsi ulang jenazah Juliana─yang diminta keluarga korban melalui Kantor Pembela Umum Persatuan Brasil (DPU)─dapat mendukung penyelidikan internasional mengenai kematiannya saat mendaki Gunung Rinjani, menurut pembela hak asasi manusia regional di Rio de Janeiro, Taísa Bittencourt.

Melansir Folha de S.Paulo, Jumat, pembela menyatakan bahwa, jika terbukti tidak ada penyelidikan atau akuntabilitas oleh pihak berwenang Indonesia, Brasil dapat membuka penyelidikannya sendiri, melalui Kepolisian Federal, berdasarkan prinsip yurisdiksi ekstrateritorial.

"Kami telah meminta Kepolisian Federal membuka penyelidikan untuk menyelidiki kemungkinan kelalaian dalam menelantarkan korban," katanya pada publikasi Brasil tersebut. Kendati demikian, belum ada pernyataan resmi dari Kepolisian Federal terkait ini.

Jika "kemungkinan kelalaian" ditemukan, kasus kematian Juliana dapat dibawa ke badan-badan internasional, menyeret Indonesia sebagai pihak tertuduh. "Kami menunggu laporan (otoritas Indonesia) dan begitu laporan itu tiba, kami akan menentukan langkah selanjutnya," sebut Taíssa.

Menanti Hasil Autopsi Kedua

Terkait itu, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas) Yusril Ihza Mahendra memgatakan, pemerintah Indonesia belum menerima surat maupun nota diplomatik resmi dari pemerintah Brazil, berisi penuntutan hukum atas kematian Marins di Gunung Rinjani, lapor Antara.

Yusril menyebut bahwa ancaman tuntutan datang dari lembaga independen Brasil yang menangani persoalan HAM. Di sisi lain, Sekretariat Negara Kepolisian Sipil Rio de Janeiro, melalui Departemen Umum Kepolisian Teknis-Ilmiah (DGPTC), melaporkan bahwa autopsi terhadap Juliana telah selesai pada Rabu pagi, 2 Juli 2025, waktu setempat.

Selanjutnya, jenazah diserahkan untuk diambil keluarga, lapor CNN Brasil, seperti dikutip Kamis, 3 Juli 2025. Autopsi kedua dilakukan dua orang ahli forensik dari Kepolisian Sipil setempat dan disaksikan seorang ahli medis dari Kepolisian Federal, serta seorang asisten teknis yang mewakili keluarga.

Menurut polisi, autopsi dimulai pukul 08.30 waktu setempat dan berlangsung lebih dari dua jam. Laporan awal diharapkan akan disampaikan dalam tujuh hari mendatang.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |