Profil Opal Suchata Chuangsri, Pemenang Miss World 2025 yang Dicopot Sebagai Runner-up 3 Miss Universe 2024

1 day ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Dengan aspirasi sederhana "menjadi sosok yang dikagumi," Opal Suchata Chuangsri dari Thailand dinobatkan sebagai Miss World ke-72 pada Sabtu, 31 Mei 2025. Kemenangannya mencetak sejarah, karena mantan runner-up ketiga Miss Universe 2024 ini adalah Miss World pertama dari negaranya.

Dalam profilnya, melansir Mint, Minggu (1/6/2025), Suchata Chuangsri lahir pada 30 September 2003 di Phuket, Thailand, dan dibesarkan dalam keluarga pengusaha perhotelan. Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Kajonkietsuksa dan Sekolah Triam Udom Suksa, tempat ia mengasah keterampilan komunikasi dan kefasihan budayanya.

Pemenang Miss World 2025 itu fasih berbahasa Thailand, Inggris, dan Mandarin. Di profil Miss World-nya, disebutkan bahwa  Suchata adalah mahasiswa Hubungan Internasional dan bercita-cita jadi Duta Besar. Perempuan berusia 21 tahun itu juga memiliki minat di bidang Psikologi dan Antropologi.

Suchata memiliki bakat khusus memainkan ukulele secara terbalik, serta punya beberapa anjing dan kucing peliharaan. Tetap setia pada motonya untuk jadi panutan orang lain, Miss World 2025 itu telah mendedikasikan hidupnya untuk mempromosikan kesadaran kesehatan dan pentingnya deteksi dini kanker payudara.

Kampanye Suchata Chuangsri

Pada usia 16 tahun, Suchata memulai sebuah kampanye "Opal for Her." Kampanye ini bermula dari pengalaman pribadinya dengan benjolan jinak di payudara, yang harus diangkat melalui pembedahan. Ia mengatakan bahwa hal itu membentuk misinya untuk memberdayakan perempuan melalui pengetahuan dan perawatan kesehatan.

Suchata dinobatkan sebagai Miss World Thailand 2025 pada 22 April 2025, hanya seminggu sebelum ia berangkat ke Hyderabad untuk berpartisipasi dalam Miss World edisi ke-72. Penunjukan itu membuatnya dilucuti dari gelar runner-up ketiga Miss Universe 2024.

Melansir VN Express, 29 April 2025, tidak lama setelah pengumuman, Organisasi Miss Universe mengeluarkan pernyataan yang mencabut gelar runner-up ketiga Suchata , dengan alasan pelanggaran kontrak. "Keputusan ini menggarisbawahi harapan kami bahwa semua pemenang memenuhi tugas mereka sepanjang masa jabatan mereka," kata organisasi tersebut.

Pengumuman tersebut menegaskan kembali bahwa mulai 1 Mei 2025, peraturan lebih ketat diberlakukan pada direktur nasional untuk mencegah pelanggaran serupa. "Misi utama kami adalah menginspirasi dan memberdayakan melalui merek Miss Universe, memberi peluang untuk pertumbuhan pribadi dan profesional dari semua yang terlibat," pernyataan itu menyimpulkan.

Tanggapan Suchata Chuangsri

Menanggapi keputusan Organisasi Miss Universe, Suchata mengatakan, ia menghormatinya dan mengakui bahwa organisasi tersebut pasti punya alasan. Ia menegaskan tidak lagi memiliki kewajiban kontraktual dan telah memulai perjalanan baru.

Ratu kecantikan itu menyebut, gelar Miss Universe Thailand dan runner-up ketiga Miss Universe akan selalu mendapat tempat di hatinya. Ini menandai pertama kalinya seorang runner-up Miss Universe dicabut gelarnya, menurut Piyaporn Sankosik, Ketua Eksekutif TPN Global, penyelenggara Miss Thailand saat ini dan mantan pemegang lisensi Miss Universe Thailand sebelum hak tersebut diakuisisi Miss Grand International milik Nawat Itsaragrisil.

Sementara Suchata kampiun sebagai Miss World 2025, Hasset Dereje Admassu dari Ethiopia ditetapkan sebagai juara kedua, Maja Klajda dari Polandia sebagai juara ketiga, dan Aurelie Joachim dari Martinique sebagai juara keempat.

Di babak empat besar, mereka menghadapi satu pertanyaan terakhir, dengan Suchata harus menjawab, "Bagaimana perjalanan ini mengajarkan Anda tentang kebenaran dan tanggung jawab pribadi dalam membentuk cerita yang diceritakan?"

Jawaban Pertanyaan Terakhir untuk Suchata Chuangsri

Suchata menjawab, "Terima kasih banyak atas pertanyaan ini. Berdiri di sini hari ini adalah kehormatan terbesar dalam hidup saya. Salah satu pelajaran paling mendalam yang saya pelajari dari waktu saya di panggung Miss World adalah tanggung jawab yang kita pegang dalam membentuk bagaimana kebenaran disampaikan.

"Tindakan paling signifikan yang dapat saya, bersama semua kontestan dan semua orang di ruangan ini, lakukan adalah jadi panutan—individu yang dapat diteladani orang lain. Saya selalu percaya bahwa tidak peduli siapa kita, berapa pun usia kita, atau peran apa yang kita ambil dalam hidup, selalu ada seseorang yang meneladani kita. Bisa jadi seorang anak, seorang teman, bahkan orangtua kita sendiri."

"Cara terbaik untuk membimbing mereka adalah melalui kepemimpinan yang berakar pada kebaikan dan tindakan, karena tindakan kita selalu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Ini adalah hadiah terbesar yang dapat kita tawarkan pada orang-orang di sekitar kita, dan pada dunia."

"Terima kasih, dan saya mendoakan yang terbaik untuk semua orang—ingatlah untuk tetap kuat, dan biarkan tindakan Anda berbicara lebih keras daripada kata-kata," tandasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |