Tren Empeng Dewasa Viral di Media Sosial, Disebut Bisa Redakan Kecemasan

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah fenomena merebak viral di media sosial Tiongkok. Sejumlah orang dewasa membagikan pengalamannya mengisap empeng khusus dewasa untuk mengurangi stres dan kecemasan.

Laporan South China Morning Post pada awal Agustus 2025, yang dikutip dari Euronews, Kamis, 18 September 2025, menyebutkan, harga empeng dewasa bisa mencapai lebih dari 60 euro atau setara dengan Rp1,1 juta, dengan beberapa penjual daring mengaku menjual hingga 2.000 unit per bulan. Platform e-commerce besar seperti Taobao dan JD.com juga melaporkan lonjakan permintaan.

Fenomena ini tidak berhenti di Tiongkok. Perlahan, tren tersebut menyebar ke Eropa dan Amerika Serikat, terutama lewat media sosial. Penggunanya menggambarkan empeng dewasa sebagai sesuatu yang "menenangkan" dan "aman". Bahkan, ada yang mengklaim empeng membantu mengatasi sleep apnea.

Tak heran jika video TikTok yang menampilkan orang dewasa menggunakan empeng saat rapat, di jalan macet, hingga ketika dilanda kecemasan, dengan cepat menjadi viral. Bagi sebagian orang, empeng menjadi cara sederhana untuk menghadapi tekanan sehari-hari.

Dimensi Psikologis di Balik Tren

Dari sudut pandang psikologi, tren ini berkaitan dengan mekanisme pertahanan bernama regresi. Mekanisme ini membuat individu kembali pada perilaku khas masa kanak-kanak untuk mengelola tekanan emosional. Dengan mengisap empeng, orang dewasa mendapatkan kembali rasa aman yang mereka asosiasikan dengan masa kecil.

Jika menilik teori Sigmund Freud, fenomena ini bisa dikaitkan dengan oral fixation, atau kecenderungan menghadapi stres lewat aktivitas oral seperti mengisap atau menggigit. Freud dikenal akan teorinya tentang fase perkembangan psikologis yang jika tidak terselesaikan dapat meninggalkan jejak perilaku tertentu di usia dewasa. Dalam hal ini, empeng menjadi simbol sederhana dari kebutuhan akan kenyamanan melalui stimulasi oral.

Meskipun teori Freud dikritik, penjelasan ini membantu memahami mengapa perilaku yang tampak sederhana bisa begitu populer. Empeng tidak hanya dilihat sebagai benda fisik, melainkan simbol kecil dari kebutuhan emosional untuk kembali ke rasa aman yang pernah dirasakan di masa kanak-kanak.

Risiko Kesehatan Menurut Ahli

Meski tren ini populer, para tenaga medis mengingatkan risiko yang mengintai. Dr. Tang Caomin, seorang dokter gigi di Chengdu, Tiongkok, menegaskan, "Jika Anda tidur dengan empeng di mulut, itu bisa mengganggu pernapasan, dan dalam kasus terburuk, ada risiko sesak napas."

Ia juga menambahkan bahwa penggunaan lebih dari tiga jam sehari dapat mengubah posisi gigi dalam jangka waktu setahun, selain menimbulkan ketegangan rahang dan risiko infeksi. Peringatan serupa datang dari Fédération française d'orthodontie (FFO). Organisasi ini menyatakan bahwa klaim empeng mampu meredakan stres atau membantu berhenti merokok tidak berdasar ilmiah, melainkan hanya testimoni individual.

Dr. David Couchat, juru bicara FFO, bahkan menyebut tren ini absurd meski tanpa bermaksud menghakimi. Baginya, media sosial sarat dengan rekomendasi berlebihan yang dapat membahayakan, dan tren empeng dewasa hanyalah salah satu contohnya.

Respons Publik

Meski peringatan medis sudah jelas disampaikan, banyak pengguna empeng dewasa tetap tidak bergeming. Di kolom komentar TikTok, sejumlah orang bahkan membela kebiasaan ini. Seorang pengguna mengaku, "Saya pakai empeng dewasa dan gigi saya tidak berubah, sudah empat tahun menggunakannya."

Ada juga yang menambahkan bahwa empeng membantu mereka dalam menghadapi ADHD, dengan klaim bahwa cara ini benar-benar bekerja. Testimoni semacam ini menunjukkan bahwa, bagi sebagian orang, empeng bukan sekadar benda aneh, melainkan alat praktis untuk mengelola stres harian.

Empeng dewasa di dunia modern diposisikan sebagai gejala rapuhnya kondisi emosional masyarakat saat ini. Meskipun kebiasaan ini tampak janggal, selama tidak merusak gigi atau menjadi pengganti permanen untuk solusi psikologis yang lebih mendasar, sulit untuk benar-benar menyalahkan penggunanya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |