Program Pengabdian Masyarakat Universitas Prasetiya Mulya Dorong Literasi Lingkungan Berbasis Rumah Tangga

5 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah Indonesia pada tahun 2023 mencapai 56,63 juta ton, namun baru 39,01% (22,09 juta ton) yang dikelola secara layak. Sebagian besar sampah tersebut berasal dari aktivitas rumah tangga, dapur, pasar, serta konsumsi harian.

Di Provinsi Jawa Barat, misalnya, timbulan sampah pada tahun 2022 mencapai 4,89 juta ton. Di Kabupaten Cianjur saja, tercatat produksi sampah sebesar 570 ton per hari. Tekanan pada TPA, keterbatasan infrastruktur, serta rendahnya literasi pemilahan sampah menunjukkan perlunya intervensi berbasis rumah tangga yang mampu menumbuhkan kebiasaan ekologis secara berkelanjutan.

Menjawab kebutuhan tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat (PkM) Universitas Prasetiya Mulya— yang terdiri dari B. Realino Yudianto, Antonius Puspo Kuntjoro, Dwining Putri Elfriede, dan Maria Zefanya Sampe—melaksanakan program pemberdayaan ibu rumah tangga melalui pelatihan pemilahan sampah dan pembuatan eco-enzyme. Kegiatan yang berlangsung pada 31 Oktober 2025 di Desa Pakuon, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, ini diikuti oleh 31 peserta, mayoritas anggota PKK.

Pendekatan berbasis perempuan memberikan dampak berantai

Desa Pakuon menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah organik. Tanpa sistem pengangkutan dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), warga cenderung menimbun, membakar, atau membuang sampah ke selokan. Praktik ini memicu pencemaran udara, penyumbatan saluran air, serta risiko kesehatan. Eco-enzyme diperkenalkan sebagai solusi rumah tangga yang murah, praktis, dan mudah direplikasi untuk mengolah sampah dapur.

Proses pembuatan eco-enzyme merupakan fermentasi anaerob limbah dapur organik seperti kulit buah dan sayuran menggunakan gula sebagai sumber energi mikroorganisme. Selama fermentasi 3 bulan, mikroorganisme seperti yeast dan bakteri pengurai mengubah glukosa menjadi alkohol, asam organik, dan berbagai enzim yang mempercepat dekomposisi bahan organik. Reaksi biokimia tersebut menghasilkan komponen seperti asam asetat, alkohol, dan senyawa bioaktif lain yang berfungsi sebagai agen pembersih alami sekaligus stimulator pertumbuhan tanaman.

Kualitas eco-enzyme dipengaruhi oleh rasio bahan, pH, sanitasi wadah, dan suhu fermentasi; pH di bawah 4 menandakan eco-enzyme telah stabil dan aman digunakan. Dengan 58% penduduk Desa Pakuon merupakan perempuan, ibu rumah tangga memegang peran strategis dalam pengelolaan sampah sehari-hari. Karena itu, mereka menjadi sasaran utama program ini.

Menurut Dwining Putri Elfriede, pendekatan berbasis perempuan memberikan dampak berantai bagi keluarga dan komunitas. 

“Ketika ibu-ibu memiliki pengetahuan dan keterampilan baru, perubahan tidak berhenti pada diri mereka. Perubahan itu merembes ke seluruh anggota keluarga dan menjadi budaya baru di rumah,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa eco-enzyme bukan sekadar teknik pengolahan sampah organik, tetapi juga media pembelajaran ekologis yang dekat dengan rutinitas harian.

“Melalui eco-enzyme, kami ingin menunjukkan bahwa sampah dapur bukan akhir dari proses, tetapi awal dari nilai baru yang bermanfaat bagi kesehatan, lingkungan, dan bahkan pendapatan keluarga,” ujarnya.

Pengalaman Peserta

Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya mempelajari pemilahan sampah dan pembuatan eco- enzyme dari limbah dapur yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Peserta juga menerima starter kit agar dapat langsung mempraktikkan pembuatan eco-enzyme di rumah, sehingga keberlanjutan program dapat dipastikan setelah kegiatan selesai.

Dengan dukungan PT ESDG Praktika Nusantara—perusahaan konsultasi yang berfokus pada keberlanjutan melalui praktik ESG dan SDG yang terukur—tim juga melakukan uji coba pemanfaatan eco-enzyme sebagai pupuk cair untuk tanaman pangan dan hias yang dibudidayakan di Desa Pakuon. Upaya ini diharapkan dapat membuka peluang usaha berbasis eco-enzyme sekaligus mendorong ekonomi sirkular.

Ditinjau dari aspek SDG (Sustainable Development Goals), kegiatan ini turut mendukung beberapa tujuan, antara lain: SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDG 11 (Permukiman Berkelanjutan), dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan).

Sebagai langkah awal dari rangkaian program jangka panjang, inisiatif ini menunjukkan bahwa perubahan perilaku ekologis dapat dimulai dari dapur di setiap rumah. Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat, Desa Pakuon diharapkan memiliki fondasi baru untuk mengelola sampah secara mandiri sekaligus membuka peluang ekonomi ramah lingkungan.

Program PkM Universitas Prasetiya Mulya ini pun diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan yang dapat direplikasi di desa-desa lain, sehingga upaya mengurangi beban sampah nasional dapat dimulai dari tindakan kecil yang berkelanjutan di tingkat keluarga.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |