Penerapan AI di Sektor Perawatan Kulit Pria, Seberapa Membantu?

Liputan6.com, Jakarta - Lanskap perawatan kulit pria di Indonesia tengah mengalami pergeseran fundamental. Tidak sekadar tren sesaat, merawat kesehatan kulit kini telah beralih menjadi kebutuhan dasar untuk menunjang penampilan dan kepercayaan diri kaum adam. Di balik meningkatnya kesadaran tersebut, tersimpan tantangan besar, minimnya literasi mengenai karakteristik kulit pria yang unik dan kebingungan dalam memilih produk yang tepat.

Merespons fenomena tersebut, Kahf, merek perawatan pria terdepan, meluncurkan inisiatif komprehensif bertajuk Kahf Decode. Ini merupakan sebuah ekosistem perawatan diri yang menggabungkan sains, pemahaman mendalam tentang kebiasaan pria, serta teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI).

Group Head of Brand Development Personal Care & Innovation Kafh, Andrie Kurniarahman, menyatakan inovasi itu hadir untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan konsumen. Kahf Decode dirancang sebagai platform edukasi yang menghubungkan gaya hidup dengan solusi berbasis data.

"Inovasi bukan hanya tentang produk, tetapi tentang kebermanfaatan. Kami ingin menjadikan perawatan kulit sebagai new normal dan gaya hidup baru bagi pria. Kahf Decode hadir membantu pria memahami kondisi kulit mereka secara akurat, mulai dari wajah hingga rambut," ujar Andrie kepada Lifestyle Liputan6.com dalam konferensi pers Kahf Decode di Jakarta pada Rabu, 26 November 2025.

Alasan utama urgensi pendekatan khusus ini terletak pada perbedaan biologis. Banyak pria yang sering menggunakan produk yang tidak diformulasikan untuk mereka, yang justru memicu masalah seperti jerawat atau kulit kering.

Global Expert Board dan Pakar Dermatologi Internasional, Dr. Hassan Galadari, menjelaskan bahwa kulit pria memiliki karakteristik yang jauh berbeda dari wanita. Faktor utama yang membedakan adalah keberadaan rambut wajah dan kelenjar minyak.

"Men's skin is a little bit more hairy. Remember, every hair is associated with an oil gland. So, our skin is a little bit oilier (Kulit pria sedikit lebih berbulu. Ingat, setiap helai rambut memiliki kelenjar minyak. Jadi, kulit kita sedikit lebih berminyak)," jelas Dr. Hassan. Karena karakteristik itu, pendekatannya harus spesifik namun tetap sederhana mengingat rentang perhatian pria terhadap rutinitas perawatan cenderung singkat.

Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Cabang Jakarta, Dr. M. Akbar Adhana. Menurutnya, masalah klinis yang paling sering ditemui pada pria Indonesia adalah kulit berminyak, berjerawat, dan kusam.

"Pria cenderung tidak mau rutinitas skincare yang ribet, bertele-tele, atau memiliki tahapan yang terlalu banyak. Mereka menginginkan sesuatu yang simpel namun efektif," ungkap dr. Akbar.

Sebagai solusi atas kebutuhan akan kesederhanaan dan presisi tersebut, Kahf Decode memperkenalkan teknologi AI Skin Analyzer. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk memindai wajah mereka dan mendapatkan analisis kondisi kulit serta rekomendasi produk yang terpersonalisasi secara instan.

"Kami memanfaatkan AI untuk membantu edukasi menjadi lebih cepat dan mudah diakses. Pria bisa mengetahui jenis kulit mereka dan mendapatkan solusi yang tepat tanpa harus menebak-nebak," tambah Andrie Kurniarahman.

Kahf memperkuat basis ilmiahnya melalui kolaborasi strategis dengan para ahli. Bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kahf membuat riset jangka panjang bernama ADAM (Acne and Dermatology Assessment in Man). Studi ini menjadi krusial mengingat minimnya riset dermatologi yang berfokus spesifik pada kulit pria di Indonesia.

Dukungan juga datang dari Perdoski yang menyediakan layanan pemeriksaan kulit berbasis bukti dalam rangkaian kegiatan kampanye ini. Dr. Akbar menekankan pentingnya langkah ini karena banyak masalah kulit pria bermula dari ketiadaan perawatan sama sekali atau sekadar mencuci muka dengan air.

Kahf Decode tidak hanya berbicara soal dermatologi, tetapi juga menempatkan perawatan diri dalam konteks gaya hidup dan kesuksesan sosial. Figur gaya hidup, Anton Wirjono, melihat adanya korelasi kuat antara penampilan, kepercayaan diri, dan perkembangan karier.

"Sekarang anak-anak muda semakin sadar akan penampilan. Laki-laki perlu kepercayaan diri untuk pekerjaan, membuat kesepakatan, dan karier. Penampilan menjadi faktor yang sangat penting," ujar Anton.

Anton juga mengapresiasi penggunaan teknologi AI yang tidak hanya terbatas pada kulit, tetapi juga membantu pria dalam aspek fashion, seperti memilih pakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh. Menurutnya, ini sangat membantu pria yang cenderung enggan dipusingkan dengan kerumitan belanja.

"Kalau dari sisi industri, terlihat cara berpakaian cowok sekarang jauh lebih bagus. Perawatan diri dan belanja kini sudah menjadi bagian dari kultur," tambahnya.

Melalui Kahf Decode, stigma bahwa perawatan diri adalah hal yang tabu bagi pria perlahan dikikis. "Tidak ada yang salah dengan pria yang sangat bersemangat merawat diri mereka sendiri," ucap Dr. Hassan.