Liputan6.com, Jakarta - Miss Nepal World 2018, Shrinkhala Khatiwada, yang juga putri mantan Menteri Kesehatan Nepal Birodh Khatiwada, dituduh menikmati privilege terkait nepotisme politik. Tudingan ini muncul di tengah gelombang demo yang melanda negara tersebut.
Saat ini, melansir Free Press Journal, Kamis (11/9/2025), halaman media sosial dibanjiri tagar #NepoKid, dan mantan ratu kecantikan itu secara tidak terduga berada di pusatnya. Tren ini, yang sebagian besar dipimpin aktivis Gen Z, telah mendapat momentum di TikTok, Reddit, dan Instagram.
Di sana, anak-anak muda Nepal mengkritik gaya hidup mewah anak-anak politisi. Dengan slogan-slogan, seperti "Pajak kami, kemewahan mereka," dan "Kami bayar, Anda bebas," para aktivis berpendapat bahwa sementara rakyat Nepal bergulat dengan kesulitan ekonomi, anak-anak elit politik memamerkan perjalanan ke luar negeri, mobil mewah, dan pakaian desainer.
Shrinkhala, yang pernah dipuji atas keanggunan dan advokasinya selama Miss World 2018, kini jadi sasaran gerakan ini. Kolom komentar Instagram-nya telah jadi medium kemarahan publik, menuduhnya munafik dan bungkam mengenai isu-isu mendesak.
Kenapa Bungkam?
"Apa yang terjadi dengan semua pembicaraan besar tentang advokasi pendidikan anak?" tulis seorang mantan pengikut yang kecewa, rangkum One India. Yang lain berkomentar, "Saya dulu penggemar berat... tapi ketidakmampuan Anda untuk mengatasi masalah ini memalukan."
Inti kritik bukan hanya gaya hidup Shrinkhala, tapi juga kebungkamannya. Ketika para pengunjuk rasa bentrok dengan pihak berwenang dan menuntut pertanggungjawaban, media sosialnya tetap jadi galeri "konten apolitis yang tenang."
Bagi generasi yang mempertaruhkan segalanya di jalanan, diamnya seorang tokoh publik berpengaruh seperti Shrinkhala—yang pernah berbicara tentang pemberdayaan dan perubahan—telah ditafsirkan sebagai keterlibatan.
Fenomena ini menyoroti perang front digital baru dalam pergolakan politik Nepal. Ini bukan lagi sekadar kritik kebijakan, melainkan tantangan langsung dan personal terhadap budaya nepotisme dan privilege yang tiudak semestinya.
Protes Anti-pemerintah
Cerita Shrinkhala kini jadi kisah rumit tentang Nepal modern, tentang bagaimana simbol kebanggaan nasional dapat dengan cepat jadi titik fokus kemarahan nasional. Juga, bagaimana mahkota ratu kecantikan dapat terasa sangat berat ketika suatu bangsa menuntut jawaban.
Nepal dilanda kerusuhan menyusul protes anti-pemerintah, yang mendorong Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli untuk mundur. Dalam dua hari terakhir, demonstrasi yang dipimpin Gen Z semakin intensif, menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai lebih dari 500 orang dalam bentrokan keras di sekitar Parlemen Federal dan di seluruh Kathmandu.
Massa juga membakar beberapa gedung pemerintah, termasuk gedung parlemen. Gelombang protes besar-besaran itu memaksa militer turun tangan mengevakuasi sejumlah menteri dengan helikopter dari kawasan Bhaisepati, Kathmandu, rangkum kanal Global Liputan6.com.
Gelombang Demo di Nepal
Menurut laporan The Kathmandu Post, evakuasi dilakukan menyusul serangkaian insiden pembakaran dan perusakan yang menargetkan rumah para menteri dan pejabat tinggi negara. Tidak diketahui secara pasti kapan evakuasi itu berlangsung.
Namun, sejumlah media, seperti The Kathmandu Post, Dhaka Tribune, serta Thereport Live, mempublikasi artikel terkait proses evakuasi tersebut pada Selasa, 9 September 2025. Kejadian itu semakin menambah kekhawatiran atas memburuknya situasi keamanan di ibu kota.
Protes yang dipimpin kaum muda meletus pada Senin, 8 September 2025, dipicu tuntutan pemberantasan korupsi, serta penolakan pembatasan akses media sosial. Demonstrasi dengan cepat meluas ke sedikitnya tujuh kota, termasuk Kathmandu, dan berubah jadi bentrokan berdarah.
Demi meredam kerusuhan, pemerintah memberlakukan jam malam di Kathmandu. Pejabat keamanan senior mengonfirmasi bahwa pasukan bersenjata kini menjaga gedung parlemen, sementara para pejabat tinggi diamankan di barak militer.