Kesaksian YouTuber Terjebak di Tengah Demonstrasi Ricuh Warga Nepal dalam Perjalanan Pulang ke Inggris

1 day ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Harry, seorang YouTuber Inggris yang sedang bertualang menggunakan sepeda motor, tak sengaja merekam aksi demonstrasi besar-besaran di Nepal. Videonya pun viral dengan ditonton lebih dari 11 juta kali hanya dalam tiga hari setelah diunggah pada 9 September 2025.

Mengutip The Thaiger, Jumat (12/9/2025), Harry mengaku sedang berkendara melewati Nepal sebagai rute yang dilewatinya dari Thailand menuju Inggris dengan sepeda motor. Di tengah perjalanan, kerusuhan pecah di luar Gedung Parlemen Nepal

Terekam bagaimana warga sipil berlarian saat tembakan gas air mata meluncur di video yang diunggah ke saluran We Hate The Cold miliknya. Kameranya juga merekam saat api membakar gedung parlemen, kendaraan-kendaraan dihancurkan, dan para penjarah melarikan diri sambil membawa peralatan komputer. 

Dalam kekacauan itu, para pengunjuk rasa bahkan bentrok satu sama lain sementara polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Harry, yang biasanya mengunggah vlog petualangan dari tempat-tempat terpencil dan terjal, menekankan bahwa meliput kerusuhan politik bukanlah tujuannya.

"Saya kebetulan ada di sana dengan kamera saya," ucapnya.

Baru Tiba Sehari di Nepal

Ia menjelaskan bahwa penerapan jam malam yang tiba-tiba di Kathmandu membuatnya terdampar di tengah kekerasan. Ia mengaku baru tiba di negara itu sehari sebelumnya. Dalam unggahan YouTube-nya, Harry mengaku tidak percaya dengan apa yang disaksikannya saat itu.

Ia menulis, "Protes Gen Z di Nepal dan bagaimana hal itu terungkap dari lensa saya. Perjalanan pulang dari Thailand ke Inggris dengan sepeda motor akan segera berlanjut setelah saya bisa keluar dari jam malam di sini dan menerbangkannya. Sepertinya masih lama sampai itu terjadi. Sayang kalian semua."

Klip viral tersebut menunjukkan dia berjalan melalui zona protes, mewawancarai penduduk lokal Nepal, dan bahkan terhanyut dalam kerumunan saat ketegangan meningkat. Keputusannya untuk merekam dari jarak sedekat itu menuai kritik pedas di dunia maya, dengan penonton menuduhnya bertindak gegabah.

Seorang warganet berkomentar, "Tidakkah kamu peduli dengan hidupmu sendiri? Apa masalahmu?!"

Sejumlah Negara Rilis Peringatan Perjalanan ke Nepal

Harry menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan bahwa dia hanya turis bodoh yang mungkin punya sedikit keberanian. "Awalnya saya berencana membuat konten tentang mengendarai sepeda motor dari Thailand kembali ke Inggris, tetapi akhirnya saya terjebak di sini."

Ia berharap dapat melanjutkan perjalanannya dengan sepeda motor setelah jam malam di Nepal dicabut dan penerbangan dilanjutkan. Belum diketahui apakah Nepal telah mencabut kebijakan tersebut, tetapi sejumlah negara merilis peringatan perjalanan ke negara itu menyusul kerusuhan yang memaksa Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli mundur dari jabatannya.

Menurut 9News, situs web Smartraveller milik pemerintah Australia mendesak warganya di Nepal untuk mematuhi jam malam dan mengikuti instruksi otoritas setempat. "Waspada dan batasi pergerakan Anda di area ini," bunyi peringatan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Turki juga merilis peringatan perjalanan bagi warga negaranya di Nepal, lapor Ilkha. Pihaknya mengimbau warga Turki menghindari perjalanan yang tidak penting ke Nepal. Warga yang tinggal secara permanen maupun sementara di negara itu diimbau untuk sangat berhati-hati dan mengikuti arahan dari otoritas setempat.

Korban Tewas Akibat Kerusuhan di Nepal

Hingga Kamis, 11 September 2025, korban tewas akibat aksi demo berujung kerusuhan di Nepal bertambah menjadi 31 orang. Departemen Kedokteran Forensik di Rumah Sakit Pengajaran Universitas Tribhuvan, tempat jenazah para pengunjuk rasa dibawa untuk keperluan autopsi, berhasil mengidentifikasi 25 korban.

Dua korban tewas diketahui merupakan narapidana. Ini terjadi saat Tentara Nepal melepaskan tembakan untuk menggagalkan upaya pelarian mereka dari sebuah penjara. Tindakan tentara juga melukai lebih dari 12 orang lainnya. Sedangkan, identitas enam korban lainnya yang salah satunya perempuan, masih belum diketahui, menurut harian berbahasa Inggris Kathmandu Post.

Upaya pelarian terbaru itu terjadi di Distrik Ramechhap, Provinsi Bagmati. Saat itu, para narapidana berhasil merusak beberapa kunci bagian dalam dan mencoba mendobrak gerbang utama sebelum akhirnya aparat keamanan melepaskan tembakan. Penjara tersebut menampung lebih dari 300 narapidana.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |