Liputan6.com, Jakarta - Arboretum Ir. Lukito Daryadi lebih ramai dari biasanya. Suasananya tak ubahnya pasar rakyat dengan meja-meja penuh dengan beragam hasil bumi maupun produk olahan dari hasil hutan dan lahan kritis.
Ada alpukat sebesar bola rugbi yang dijuluki alpukat aligator. Ada pula nanas madu yang ukurannya sekitar 3--4 kali dari nanas madu kecil umumnya.
"Ini kami bawa langsung dari Jambi lewat jalur darat," kata seorang perempuan dari BPDAS Batanghari, ditemui di sela Pasar Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Pasar RHL) 2025, di Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Di meja lain, seorang petani yang mengaku berasal dari Sragen, Jawa Tengah menawarkan kacang sacha inchi. Jenis kacang yang berasal dari Peru itu dibudidayakan di hutan jati dan mahoni sejak 2019. Setelah delapan bulan, tanaman merambat itu mulai dipanen dan terus menerus tanpa mengenal musim.
"Kacang ini tidak mati selama kurang lebih 20 sampai bisa dibilang seumur hidup," kata Jarwanto Tri Anggoro, nama petani tersebut.
Contoh Pemberdayaan Ekonomi Sejalan dengan Upaya Pemulihan Lahan Kritis
Dari kacang itu, ia dan teman-temannya mengolahnya menjadi susu kacang, minyak kacang, hingga kacang panggang. Menurut dia, kandungan asam lemak omega 3-nya pada kacang lebih tinggi dibandingkan salmon sehingga baik untuk kesehatan jantung dan otak. Manfaat lainnya adalah menurunkan gula darah, kolesterol, dan tekanan darah.
"Pelanggannya awalnya kita dari teman ke teman. Nanti lewat WA (pesannya). Dari dinas-dinas juga udah tahu, sampai ke kementerian. Pak Wapres yang dulu, Pak Ma'ruf Amin, sering order minyak ini, sampai sekarang masih order," promosi Jarwanto.
Mereka menjadi contoh bagaimana pemulihan lahan kritis bisa berjalan beriringan dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Menurut Jarwanto, dengan menanam kacang, petani setempat bisa mendapat tambahan penghasilan dari hasil hutan bukan kayu. Selain, suasananya menjadi lebih hijau karena biasanya hutan jati terbilang kering dibandingkan hutan majemuk.
Perkembangan Pemulihan Lahan Kritis
Pasar RHL 2025 menjadi salah satu ajang apresiasi bagi masyarakat yang konsisten menanam di lahan-lahan kritis, termasuk di areal mangrove. Pasar itu tahun ini memasuki tahun ke-3.
"Kita memang ingin juga menyenangkan masyarakat bahwa mereka dengan menanam dan hasilnya ada itu diajak ke Jakarta, dan ternyata diminati," kata Direktur Jenderal PDASRH Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Dyah Murtiningsih.
Menurut data Kementerian Kehutanan pada 2022, total lahan kritis di Indonesia, baik yang berada di dalam maupun luar kawasan hutan, mencapai 12,7 juta hektare. Dari angka itu, kata Dyah, sekitar 6,5 juta hektare di antaranya ada di kawasan hutan. Sekitar 3,9 juta hektare lahan kritis areal hutan tidak berizin dan itulah yang menjadi sasaran untuk rehabilitasi hutan dan lahan.
"Kita sudah ada progress untuk pemulihan lahan kritis, meskipun tentu saja antara lahan kritis yang sudah dipulihkan dan ada lagi yang terbuka itu perlu kita cek kembali, tapi paling tidak ada progressnya... Dari 12,7 tahun 2022, saat ini menjadi 12,4 juta hektare (lahan kritis) berdasarkan data terakhir tahun 2024," sambung Dyah.
Masih Punya PR Hilirisasi
Pemulihan lahan kritis, kata dia, dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yakni ekologi, ekonomi, dan sosial. Dari sisi ekologi, dengan memilih tanaman yang tepat, tumbuhan itu bisa membantu menahan tanah dari erosi dan juga menyerap karbon.
Aspek ekonomi bisa tercipta lewat pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, seperti buah-buahan, kulit batang kayu, hingga beragam bunga-bungaan. Sementara, aspek sosial bisa diperbaiki lewat kesejahteraan warga sekitar lahan kritis yang meningkat.
"PR kami selanjutnya adalah hilirisasi. Nah, hilirisasi ini adalah bagaimana kita benahi di hilirnya dulu nih. Kebutuhan dari pasar itu apa, sehingga akan menyiapkan sesuai kebutuhan pasar," kata Dyah.
"Tentu saja kita bisa menyiapkan, mulai dari perencanaan bibitnya, kemudian bagaimana penanaman, dan sebagainya. Tetapi yang akan menangkap di hilir itu harus siap dulu sehingga keberlanjutan dari kegiatan rehabilitasi dan lain-lain ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat secara langsung," imbuhnya.