Liputan6.com, Jakarta - Meski ejekan "menari telanjang untuk uang" masih ada di Korea Selatan, pole dancing sejatinya merupakan olahraga yang menuntut kekuatan dan disiplin tinggi. Serial Netflix terbaru "Aema" menghidupkan kembali film 1982 Madame Aema, yang dulunya simbol objektifikasi seksual perempuan, menjadi cerita tentang aktris yang merebut kembali kekuasaan mereka.
Dalam episode empat, serial itu menyembunyikan "Easter egg" yang menangkap pesan ini secara jelas, yaitu pertunjukan pole dance di sebuah jamuan untuk pria-pria berkuasa. Berbeda dengan penggambaran sensual biasanya di film dan televisi, penampil di adegan ini mengeksekusi gerakan kompleks dan atletis, seperti memanjat tiang, menggantung terbalik, dan menahan posisi yang membutuhkan kekuatan dan keseimbangan luar biasa.
Melansir The Korea Times, Senin, 13 Oktober 2025, tim produksi mengatakan, "Kami mempekerjakan penari pole profesional untuk adegan itu dan meminta mereka melakukan gerakan besar dan kuat."
Sering disalahpahami, pole dancing sejatinya adalah latihan seluruh tubuh yang menuntut kekuatan, menggunakan kontak kulit untuk cengkeraman, bukan untuk ditampilkan. Seperti memanjat tiang yang lebih mudah tanpa sarung tangan, pole dancing memerlukan kulit yang bersentuhan dengan tiang agar tetap bergesekan di lengan, kaki, bahkan bahu.
Pelecehan Sehari-hari
Meski serial Aema menampilkan pole dancing dengan perspektif yang lebih modern, kenyataan bagi para penari tiang di Korea masih dipenuhi stigma dan pelecehan seperti pada era 1980-an. Di Studio OhHaUn Pole Dance di Distrik Yangcheon, Seoul, instruktur Kim Si-yeon mengatakan adegan itu sangat berkesan bagi guru dan murid.
"Meskipun hanya beberapa detik, semua orang terkesan karena itu menunjukkan pole dancing sebagai olahraga nyata, bukan sesuatu yang diseksualisasi," kata Kim. "Bahkan, orang yang berolahraga dua atau tiga kali seminggu memerlukan setidaknya satu tahun latihan rutin untuk mencapai tingkat keterampilan itu."
Kim menambahkan bahwa prasangka masih memicu pelecehan. "Kami hampir setiap hari mendapat panggilan atau pesan yang tidak pantas. Kadang orang menelepon tengah malam menanyakan apakah kami mau menari telanjang demi uang. Ada juga yang mengunggah video kelas secara online dan memberikan komentar cabul tentang tubuh instruktur atau murid."
Kasus kriminal juga terjadi pada Oktober 2023. Seorang pria di Busan dijatuhi hukuman empat bulan penjara, ditangguhkan satu tahun, karena tertangkap masturbasi sambil menonton wanita melalui jendela studio. Pelaku lain di Seoul, seorang kriminal seksual yang sudah divonis, menerima hukuman enam bulan karena menguntit kelas pole dance selama enam sesi.
Pole Dancing sebagai Olahraga Global
Saat ini, olahraga pole diakui secara internasional. International Pole Sports Federation (IPSF), yang didirikan pada 2009, bekerja menuju pengakuan Olimpiade. Buku aturan IPSF, dikembangkan bersama International Gymnastics Federation, menekankan kinerja atletik dan artistik.
Kompetisi ini memiliki kategori pria dan adaptif, dan peserta diwajibkan mengenakan pakaian sesuai olahraga yang mencegah paparan berlebihan; atasan pendek dan celana pendek digunakan oleh semua peserta agar kulit dapat bersentuhan dengan tiang untuk cengkeraman yang optimal.
Di kelas Kim, prinsip disiplin dan dukungan ini tercermin dalam praktik sehari-hari. Studio bergemuruh dengan sorakan "Ya!" dan "Kamu bisa!" setiap kali murid berhasil melakukan gerakan, atau terdengar desahan ketika mereka gagal. Setiap sesi dimulai dengan hingga 100 push-up untuk mencegah cedera dan mempersiapkan tubuh menghadapi tantangan.
"Pole dance bukan sekadar gerakan repetitif," kata Kim. "Ini tentang menantang diri sendiri untuk menguasai keterampilan baru. Murid saling mendukung seperti rekan satu tim, dan ketika seseorang berhasil setelah berbulan-bulan gagal, semua merayakannya."
Sarana Membangun Kepercayaan Diri
Kim berharap masyarakat bisa menghargai semua bentuk seni fisik. "Sebelum saya mulai pole dancing, saya melihat balet atau skating hanya indah. Sekarang saya memahami disiplin luar biasa di balik setiap gerakan anggun. Setiap olahraga menuntut kesabaran, ketahanan, dan keberanian," kata Kim.
Pengalaman ini juga memberinya pelajaran tentang rasa percaya diri. "Pole dancing mengajarkan saya percaya diri — rasa bahwa saya bisa mengendalikan tubuh saya dan mencapai sesuatu melalui usaha. Saya berharap lebih banyak orang bisa merasakan pencapaian itu tanpa melihat penampilan semata," tambahnya.
Sementara di Indonesia, sejumlah artis juga menyukai pole dance, seperti Dewi Perssik yang merasakan manfaatnya. Dari 2020 hingga 2022, Prilly Latuconsina kerap membagikan foto dan video saat berlatih pole dance. Awalnya, olahraga ini mendapat stigma negatif karena dianggap terlalu "menggoda."
Perlahan stigma itu memudar, seiring praktisi mulai menjelaskan gerakan dan manfaatnya. Arline Felinawati, misalnya, dikenal sebagai guru dan inspirator yang menekankan bahwa pole dance adalah seni dan olahraga, bukan gerakan vulgar, dilansir dari Showbiz Liputan6.com.