Liputan6.com, Jakarta - Korean Air menggratiskan biaya pembatalan penerbangan ke Kamboja hingga akhir tahun. Keputusan ini diumumkan pada Kamis, 16 Oktober 2025, menyusul larangan bepergian usai serangkaian kejahatan di negara itu menargetkan warga Korea Selatan.
Melansir Korea Herald, Sabtu (18/10/2025), kebijakan ini berlaku secara retroaktif pada 10 Oktober─31 Desember 2025 untuk semua penerbangan dari Korea ke Kamboja. Hanya tiket yang diterbitkan sebelum 15 Oktober 2025 untuk Korean Air dan sebelum 16 Oktober 2025 untuk Asiana Airlines yang memenuhi syarat.
Korean Air saat ini mengoperasikan penerbangan langsung tujuh kali seminggu antara Incheon dan Takhmao, menggunakan pesawat Airbus A330-300 berkapasitas 272 tempat duduk. Asiana Airlines juga melayani rute yang sama dengan A321neo, yang dapat menampung sekitar 180 penumpang.
Langkah ini bertepatan dengan keputusan pemerintah Korea memberlakukan larangan perjalanan di beberapa wilayah berisiko tinggi di Kamboja, yang dipicu peningkatan kasus kejahatan yang melibatkan penculikan dan kerja paksa yang terkait sindikat penipuan.
Terhitung Kamis, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menerapkan larangan perjalanan Level 4, yang tertinggi dalam sistem peringatan mereka, untuk wilayah-wilayah, termasuk Gunung Bokor di Provinsi Kampot, serta kota Bavet dan Poipet, yang sebelumnya berada dalam peringatan perjalanan khusus.
Pihaknya juga mengimbau warga Korea di Provinsi Sihanoukville untuk meninggalkan wilayah tersebut. Sejalan dengan perubahan kebijakan ini, Korean Air mengaku meningkatkan langkah-langkah keselamatan bagi staf dan awak pesawatnya yang berbasis di Kamboja, memperkuat sistem komunikasi darurat, dan mengimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.
Tidak Hanya Berdampak pada Pariwisata Kamboja
Melansir SCMP, wisatawan Korea Selatan membatalkan liburan mereka, tidak hanya ke Kamboja, tapi juga ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Laos. Mereka khawatir dengan larangan perjalanan pemerintah dan laporan tentang rekan senegaranya yang diculik, diperdagangkan, atau dibunuh sindikat kejahatan regional.
Seorang pria berusia 50-an bermarga Son mengatakan pada Korea JoongAng Daily bahwa ia baru saja membatalkan perjalanan golf bulan Desember bersama teman-temannya ke Phnom Penh. "Sayang sekali kehilangan biaya pembatalan," katanya. "Tapi saya tidak sanggup pergi ke Kamboja saat ini."
Kekhawatiran semakin meningkat setelah muncul laporan tentang seorang mahasiswa Korea Selatan berusia 22 tahun yang ditemukan tewas pada Agustus 2025 di Provinsi Kampot. Pihak berwenang mengatakan, ia meninggal karena serangan jantung setelah disiksa di sebuah kompleks yang terkait operasi penipuan daring.
Wisatawan Batal Liburan
Di sebuah komunitas daring untuk berbagi informasi perjalanan Asia Tenggara, seorang pengguna menulis, "Saya berencana membawa anak saya ke Angkor Wat untuk pelajaran sejarah, tapi saya harus mengurungkan niat itu untuk saat ini."
Reaksi keras ini telah menyebar ke luar Kamboja, dan para wisatawan kini menghindari wilayah lain di Asia Tenggara yang dianggap sebagai zona potensial penyebaran aktivitas kriminal semacam itu.
Seorang pekerja kantoran berusia 46 tahun bernama Park Young Su mengatakan pada Korea JoongAng Daily bahwa ia telah membatalkan liburan keluarga ke Da Nang, Vietnam, di tengah laporan bahwa "organisasi kriminal sedang berpindah dari Kamboja ke Vietnam."
Ia menambahkan, "Saya berencana pergi bersama anak-anak saya yang masih SD dan SMP, tapi keselamatan jadi perhatian utama sekarang. Kami sedang mempertimbangkan untuk pergi ke Pulau Jeju atau Jepang."
Tersangka Operasi Penipuan Siber di Kamboja
Sebanyak 64 warga negara Korea Selatan yang ditahan di Kamboja atas dugaan keterlibatan dalam operasi penipuan siber tiba di Bandara Internasional Incheon pada Sabtu pagi, waktu setempat.
Semua tersangka langsung ditangkap di dalam pesawat carteran Korean Air, sesuai hukum Korea yang berlaku di maskapai nasional. Setibanya di sana, para tahanan, yang sebagian besar mengenakan topi dan masker, diborgol dan dipindahkan ke kantor polisi yang berwenang atas kasus mereka, termasuk 45 orang ke Kantor Polisi Chungcheong Selatan dan 15 orang ke Kantor Polisi Gyeonggi Utara.
Sekitar 190 petugas polisi dikerahkan di bandara untuk operasi pengawalan. Para tersangka, yang menghindari pertanyaan wartawan, menundukkan kepala saat menaiki 23 mobil polisi yang menuju unit investigasi masing-masing.