Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan membatik ternyata tidak hanya bisa jadi sarana mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari terapi mental Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Hal itu dibuktikan oleh para mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jember (Unej) yang tergabung dalam Asian Law Students Association (ALSA).
Halaman Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Kabupaten Jember, Jawa Timur, disulap menjadi tempat membatik untuk belasan ODGJ yang ditampung Dinas Sosial Kabupaten Jember pada Sabtu, 11 Oktober 2025. Kain-kain mori yang sudah digambari motif batik disediakan, begitu pula dengan canting dan pewarnanya.
Para mahasiswa duduk mendampingi para ODGJ membatik di atas kain berwarna dasar putih itu. Mereka terlihat tekun memainkan canting dan mewarnainya sesuka hati mereka.
"Kami mengadakan kegiatan membatik dengan sasaran ODGJ agar mereka kembali mengingat bahwa batik adalah salah satu budaya di Indonesia," kata Project Officer ALSA FH Unej Alisa Dwi Endaryani di Liposos Jember, dikutip dari Antara, Kamis, 16 Oktober 2025.
Lewat kegiatan itu pula, pihaknya ingin membuktikan bahwa mahasiswa FH Unej peduli dengan masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental. "Kami berharap dengan kegiatan membatik itu para ODGJ merasa tidak sendiri, karena masih ada orang-orang yang peduli untuk melakukan pemberdayaan terhadap mereka dan hal itu juga bisa menjadi terapi mental," tuturnya.
Apresiasi Pemerintah Jember
Senada dengan Alisa, Kepala Liposos Jember Roni Efendi mengatakan bahwa para ODGJ membutuhkan kegiatan ringan setiap harinya untuk membantu mereka memulihkan kesehatan mental. Membatik bisa jadi salah satu opsi.
Menurut dia, dengan kegiatan membatik, para ODGJ bisa menyalurkan kreativitas mereka pada media yang sudah disediakan dan juga bisa menjadi terapi untuk memulihkan kondisi mentalnya "Kegiatan tersebut juga berdampak pada kehidupan mereka ke depannya saat para ODGJ akan kembali berinteraksi dengan masyarakat, sehingga bisa diterima di lingkungan masyarakat," ujarnya.
Karena itu, ia mengapresiasi inisiatif para mahasiswa ALSA FH Unej tersebut. Pihaknya berharap kegiatan itu bisa direplikasi mahasiswa dari fakultas dan universitas lainnya di Jember.
Tak hanya ODGJ, batik nyatanya juga bisa memberdayakan para penyandang disabilitas. Hal itu ditunjukkan Penasihat I Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Sosial, Fatma Saifullah Yusuf saat berkunjung ke Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu, 12 Oktober 2025. Saat itu, ia menyambangi Batik Ciprat Jombor.
Batik Ciprat Karya Perajin Disabilitas
Sentra batik itu terletak di Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi ini menjadi ruang ekspresi bagi penyandang disabilitas untuk menuangkan kreativitas mereka melalui seni batik ciprat — teknik yang memadukan spontanitas dan kebebasan warna di atas kain.
Dikutip dari kanal News Liputan6.com, suasana penuh kehangatan terasa sejak rombongan Fatma tiba. Anak-anak dan remaja disabilitas tampak antusias memperlihatkan hasil karya mereka. Di antara aroma malam dan pewarna alami yang lembut, Fatma tampak membaur bersama mereka.
Di tengah kegiatan tersebut, pihak Batik Ciprat Jombor menyiapkan selembar kain khusus untuk Fatma. Dengan senyum semangat, Fatma berkreasi langsung bersama para pengrajin disabilitas, mencipratkan warna demi warna hingga akhirnya menyelesaikan sebuah karya batik ciprat hasil kolaborasi penuh makna.
"Setiap cipratan warna yang lahir dari tangan mereka adalah keberanian. Mereka tidak menyerah pada keterbatasan, tetapi menjadikannya sumber kekuatan," tutur Fatma haru.
Dukungan untuk Batik Ciprat Naik Kelas
Dalam kesempatan itu, Fatma juga didampingi Owens Joe, desainer dan pengusaha batik pendiri rumah Batik Owens, salah satu sentra batik terkemuka di Solo. Saat berdialog dengan para pembatik, Owen menyampaikan komitmen untuk berkolaborasi dengan pengrajin Batik Ciprat Jombor.
Ia berkenan melatih dan mendampingi para pembatik untuk menguasai teknik baru seperti eco-discharge dan kombinasi teknik pewarnaan agar hasil karya disabilitas di Jombor semakin beragam dan kompetitif. Langkah ini disambut hangat Fatma, yang menilai inisiatif dunia usaha seperti Batik Owen sejalan dengan misi Kemensos untuk memperkuat ekonomi kreatif yang inklusif.
"Kreativitas adalah pintu menuju kemandirian. Ketika dunia usaha mau membuka ruang berbagi, maka budaya dan inklusivitas tumbuh bersama — saling memperkuat dan memberi nilai," ucapnya.
Fatma juga membeli sejumlah hasil karya batik ciprat disabilitas Jombor sebagai bentuk dukungan langsung terhadap ekonomi kreatif penyandang disabilitas. Di samping, batik ciprat itu telah digunakan sebagai seragam resmi pegawai Kementerian Sosial (Kemensos).