Tren Wisata Pakai Hanfu untuk Menikmati Petualangan Budaya di China

Liputan6.com, Jakarta - Berjalan di atas lempengan batu kuno di Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, memberi sensasi seolah melintasi lorong waktu. Arsitektur kuno yang megah menjadi latar sempurna bagi para wisatawan untuk mencoba pengalaman budaya baru melalui pakaian tradisional.

Salah satunya adalah Parn Sivlai, seorang blogger populer asal Laos yang memiliki lebih dari 1,2 juta pengikut. Melansir The Star, Selasa, 23 Desember 2025, Sivlai mengaku sangat terpesona dengan keindahan hanfu saat mengunjungi sebuah toko penyewaan pakaian tradisional Tiongkok.

Baginya, setiap detail pada jubah dan gaun tersebut memiliki daya tarik estetika yang sangat kuat sehingga ia ingin mencoba semuanya. Sivlai kemudian membagikan momen tersebut ke media sosial pribadinya sebagai cara memperkenalkan keindahan budaya Tiongkok pada pengikutnya di seluruh dunia.

Mengenakan hanfu bukan sekadar berdandan, melainkan cara menceritakan kisah estetika dan filosofi yang mendalam, menurutnya. Ia merupakan bagian dari gelombang besar wisatawan mancanegara yang mulai terhubung dengan Tiongkok melalui pengalaman budaya yang dapat dipakai.

Melalui pakaian tersebut, para pelancong asing merasakan koneksi dengan sejarah panjang Negeri Tirai Bambu yang kini semakin terbuka bagi dunia. Kini, tren mengenakan pakaian tradisional ini telah merambah ke berbagai kota besar di Tiongkok dan menjadi agenda wajib bagi para turis. 

Di Luoyang, seorang turis asal Vietnam bernama Nguyen Quynh Chi mendadak populer setelah mengunggah fotonya mengenakan hanfu di depan gerbang kota kuno. Sementara itu di Beijing, antrean panjang wisatawan terlihat di area Kota Terlarang, di mana mereka tidak sabar bertransformasi menjadi pangeran kekaisaran dalam satu hari.

Blogger asal Amerika Serikat, Vivin Qiang, menekankan bahwa pengalaman ini jauh lebih bermakna daripada sekadar sesi pemotretan biasa. Ia menceritakan bagaimana penata gayanya memberi penjelasan detail mengenai makna budaya di balik setiap elemen pakaian, seperti fungsi tombol katak pada Qipao dan makna di balik pose-pose tertentu.

"Ini tidak seperti pemotretan. Rasanya lebih seperti pelajaran sejarah tentang estetika Cina,” tulisnya dalam video.

Wisatawan asal Prancis, Thibaut Grzelak, turut menyoroti betapa memikatnya atmosfer kota-kota bersejarah di Tiongkok saat dipadukan dengan pakaian tradisional. Ia mencoba mengenakan hanfu untuk pertama kalinya saat mengunjungi Xitang di Jiaxing, Zhejiang.

Grzelak sangat mengagumi warna-warna cerah, serta desain elegan yang melekat pada pakaian tersebut. Pria berusia 29 tahun itu merasa bahwa pakaian tradisional membantunya melebur dengan lingkungan sekitar, memberi pengalaman perjalanan yang lebih berkesan.

Pengalaman itu membuatnya merasa "benar-benar menyatu dengan pemandangan" yang selama ini hanya ia lihat di film-film kolosal. Pemerintah lokal di kota-kota seperti Xitang merespons antusiasme ini dengan sangat positif melalui strategi promosi digital yang gencar.

Mereka menawarkan berbagai kemudahan, mulai dari pembelian tiket daring hingga diskon khusus bagi rombongan wisatawan internasional. Hasilnya, kunjungan kelompok di wilayah tersebut mengalami peningkatan signifikan hingga 40,5 persen.

Peningkatan popularitas wisata berbasis pengalaman ini tidak lepas dari kebijakan imigrasi Tiongkok yang semakin optimal bagi warga asing. Data dari Administrasi Imigrasi Nasional China menunjukkan bahwa kebijakan entri bebas visa telah menyumbang lebih dari 7 juta kedatangan asing pada kuartal ketiga 2025.

Jumlah ini mewakili 72,2 persen dari total entri warga asing, menandakan kenaikan sebesar 48,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudahan akses masuk ini mendorong wisatawan untuk mengeksplorasi sisi-sisi Tiongkok yang lebih dalam, tidak lagi hanya kunjungan singkat ke tempat-tempat populer di kota besar.

Dengan mengenakan hanfu, qipao, atau pakaian etnis lain, para pelancong mendapatkan pemahaman tentang keahlian, filosofi, dan etiket yang kaya akan "rasa Cina." Media sosial bertindak sebagai pengeras suara yang mempercepat penyebaran tren ini ke penjuru dunia.