Kesaksian Penumpang Penerbangan Garuda Indonesia yang Mengalami Turbulensi Parah, Panik Saat Ketinggian Pesawat Turun Mendadak

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Fajar Radhitya Kusuma, salah satu penumpang penerbangan Garuda Indonesia GA 712 rute Jakarta–Sydney, sayangnya harus memulai liburan Natal dan tahun barunya dengan kejadian kurang mengenakkan. Pasalnya, pesawat yang ditumpanginya pada Kamis, 25 Desember 2025, dilanda turbulensi parah.

Guncangan ini dirasakan menjelang pendaratan di Bandara Internasional Kingsford Smith, Sydney, Australia. "Turbulensi terjadi secara tiba-tiba saat penumpang sudah pasang seat belt menjalang landing. Turbulensi ini menyebabkan sudden drop (penurunan ketinggian secara tiba-tiba) sejauh 400 meter," katanya melalui pesan pada Lifestyle Liputan6.com, Sabtu (27/12/2025).

"Sudden drop-nya sangat cepat, setelahnya terjadi turbulensi-turbulensi kecil sekitar lima menit," ia menambahkan. Saat itu, Fajar mengaku "panik, takut, dan sedikit blank." Secara mental, ia bahkan sudah bersiap untuk "kemungkinan terburuk."

"Saya juga menyiapkan diri untuk turbulensi berikutnya. Memang ada (turbulensi lanjutan), tapi sangat minim," imbuhnya. Di unggahan Threads-nya, Fajar sempat menyebut ada "dua awak kabin patah tulang," fakta yang kemudian dibantah pihak Garuda Indonesia.

"Kejadian awak yang terluka tidak diketahui penumpang bagian tengah dan depan, jadi kami tidak tahu bahwa ada yang terluka hingga saat sudah landing, cockpit announce penumpang jangan deplane dulu karena mau ada tenaga medis yang masuk," bebernya.

"Dari situ," sambungnya. "Penumpang baru sadar mengenai keadaannya. Tulisan saya di Thread soal patah tulang itu saya ambil dari ucapan salah satu awak yang menjelaskan ke penumpang yang bertanya, menyebut ada yang patah tulang. Itu sedikit klarifikasi dari saya."

Suasana Kabin Usai Turbulensi

Setelah turbulensi berlalu, kata Fajar, penumpang masih panik karena banyak barang-barang pribadi yang berjatuhan. "Semua terdiam sambil menunggu proses pendaratan pesawat," katanya.

Peringatan dari kapten, sebutnya, diulang-ulang karena cuaca yang tidak begitu bagus saat mereka terbang. "Cabin crew juga rajin memastikan seat belt penumpang sudah terpasang, termasuk saya yang sedang tidur dibangunkan untuk diingatkan memasang seat belt."

Fajar sendiri mengaku syok dan trauma karena kejadian tersebut. Kini, ia tengah mengumpulkan keberanian untuk naik pesawat kembali saat nantinya harus pulang ke Jakarta. "Kadang saat mencoba tidur, suka teringat kembali perasaan saat sudden drop tersebut," ia berbagi.

Terlepas dari suasana mencekam karena turbulensi, ia mengapresiasi seluruh kru Garuda Indonesia atas kesigapan dalam mengatasi krisis sehingga bisa mengutamakan keselamatan penumpang.

Klarifikasi Garuda Indonesia

Sebelumnya, kanal Bisnis Liputan6.com melaporkan, Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny H. Kairupan, menegaskan tidak ada awak kabin yang mengalami patah tulang dalam insiden turbulensi penerbangan GA 712. Ia menyebut, dampak kejadian itu "terbatas."

Dua awak kabin mengalami luka ringan dan langsung mendapat penanganan medis setelah pesawat mendarat. "Satu awak kabin sudah diperbolehkan pulang setelah pemeriksaan. Satu lainnya masih dalam pemantauan lanjutan tim medis," ujarnya, Jumat, 26 Desember 2025.

Manajemen Garuda Indonesia memastikan seluruh prosedur keselamatan dijalankan sesuai standar operasional. Pilot dinilai mampu mengendalikan situasi hingga pesawat mendarat dengan aman di Sydney.

Garuda Indonesia juga kembali mengingatkan penumpang untuk selalu mematuhi instruksi keselamatan, termasuk mengenakan sabuk pengaman selama duduk, guna mengantisipasi turbulensi yang dapat terjadi secara tiba-tiba akibat kondisi cuaca.

Risiko Turbulensi di Penerbangan Akhir Tahun

Penerbangan akhir tahun sering kali mengalami lebih banyak turbulensi karena cuaca musim dingin berupa angin kencang dan badai, serta peningkatan umum lalu lintas udara selama liburan, menurut The Guardian. Perubahan iklim juga membuat langit secara keseluruhan lebih bergelombang.

Peringatan terhadap lebih banyaknya Turbulensi Udara Jernih (CAT) dari arus jet dan gelombang gunung memang disuarakan, tapi pesawat modern menanganinya dengan baik. Jadi tetap kenakan sabuk pengaman Anda untuk keselamatan, terutama di atas benua, seperti Amerika Utara, Asia Timur, dan Timur Tengah.

Secara umum sepanjang tahun, turbulensi meningkat akibat perubahan iklim, tapi itu normal dan pesawat memang dirancang untuk menghadapinya. Perkirakan akan ada guncangan, tapi jangan panik.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |