Presiden Miss Grand International Dirujak karena Janjikan Mahkota untuk Finalis dengan Voting Berbayar Terbanyak

7 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Nawat Itsaragrisil, presiden organisasi Miss Grand International (MGI), menuai kontroversi setelah mengumumkan bahwa finalis dengan voting berbayar terbanyak, yang masing-masing menghabiskan 1 juta dolar AS (sekitar Rp 16 miliar), akan dijamin setidaknya posisi runner-up ke-5.

Menurut surat kabar Tuoi Tre, dikutip dari VN Express, Sabtu (18/10/2025), selama acara kampanye pemungutan suara publik Miss Grand International 2025 pada Rabu, 15 Oktober 2025, Itsaragrisil mengungkap, para penggemar dapat memberi suara berbayar supaya kontestan favorit mereka memenangkan gelar Miss Popular Vote.

Ia lebih lanjut menyatakan, pemenang kategori ini akan mengamankan tempat di 10 besar dan dapat meraih gelar ratu kecantikan, atau setidaknya, memastikan posisi runner-up ke-5. Di acara tersebut, penonton didorong berpartisipasi "membeli suara" dengan menyumbangkan uang tunai, menulis cek, atau memindai kode QR yang disediakan untuk transfer bank.

Di beberapa kasus, para pendukung bahkan berjalan ke panggung untuk menyerahkan uang langsung pada Itsaragrisil, yang kemudian akan mengumumkan negara kontestan yang mereka dukung. Periode pemungutan suara yang berlangsung hampir satu jam ini menampilkan peringkat kontestan secara terus-menerus di layar lebar.

Ini memotivasi penonton menyumbang lebih banyak uang guna meningkatkan posisi kontestan favorit mereka. Khususnya, perwakilan Inggris menerima pemungutan suara berbayar sebesar 100 ribu baht (sekitar Rp 50 juta).

Donasi Penggemar Finalis Miss Grand International

Sementara itu, finalis dari Myanmar, Kolombia, Venezuela, Swedia, dan Thailand menerima sumbangan berkisar antara 10 ribu hingga 50 ribu baht (sekitar Rp 5 juta─Rp 25 juta). Pernyataan Itsaragrisil memicu kritik luas, dengan banyak penggemar kontes kecantikan mempertanyakan integritas kompetisi.

Para kritikus berpendapat bahwa konversi terbuka donasi uang tunai jadi suara yang merusak tujuan awal kontes kecantikan, yaitu menghormati kecantikan dan kecerdasan, bukan pengaruh finansial. Pengguna media sosial menyuarakan ketidakpuasan mereka, dengan komentar seperti, "Apa yang saya tonton?" dan "Ini hanya cara untuk memperkaya Nawat."

Yang lain menyatakan kekecewaan terhadap kontes kecantikan tersebut, menyebutnya sebagai "acara memasak" dan mempertanyakan apakah kontes tersebut telah jadi ajang kontes siapa yang memiliki uang terbanyak, alih-alih siapa yang memiliki kualitas paling layak.

Pada babak semifinal, klasemen Miss Popular Vote menunjukkan Kolombia memimpin dengan 22 persen suara, diikuti Swedia dengan 18 persen, Tanzania dengan 15 persen, Myanmar dengan delapan persen, dan Thailand dengan tujuh persen. Negara-negara lain, seperti Panama, Guatemala, Inggris, Malaysia, dan Filipina juga menerima suara.

Pemungutan suara untuk kategori Miss Popular Vote tetap berlanjut hingga final malam ini. Itsaragrisil, seorang pembawa acara dan produser televisi Thailand berusia 53 tahun, mendirikan MGI pada 2013, sebuah kontes kecantikan yang awalnya konon menekankan isu-isu kemanusiaan, dengan para pemegang gelar bertindak sebagai juru bicara untuk kampanye amal.

Para kontestan dipilih oleh pemegang hak suara nasional melalui kompetisi, pemilihan internal, atau penunjukan langsung. Wakil Indonesia tahun ini adalah Vina Sitorus.

Finalis Indonesia di Miss Grand International 2025

Awal minggu ini, wakil Indonesia di Miss Grand International 2025, Vina Sitorus, memboyong kostum nasional terinspirasi dari cerita rakyat ikonis ke kontes kecantikan tersebut. Yang dimaksud, tidak lain tidak bukan, adalah Nyi Roro Kidul.

Melalui unggahan di Instagram-nya, Selasa, 14 Oktober 2025, kostum nasional rancangan Welly Winald ini merupakan lambang keanggunan dan kekuatan tidak tertandingi sang Ratu Pantai Selatan. "Ia bukan sekadar mitos, melainkan simbol abadi kekuatan, keindahan, dan warisan mistis Indonesia."

"Mengenakan pusaka agungnya, ia berdiri sebagai penguasa lautan, penjaga keseimbangan antara alam nyata dan tidak nyata. Di sekelilingnya, naga-naga perkasa bangkit sebagai prajurit setia, mewujudkan keberanian, perlindungan, dan kekuatan tidak terbantahkan dari pemerintahan sang Ratu."

"Setiap sisik yang berkilauan memantulkan gelombang samudra, menggemakan keagungan kisah yang mengalir tanpa henti dari generasi ke generasi. Kostum ini lebih dari sekadar busana—itu adalah narasi yang hidup, penghormatan pada roh-roh laut, sebuah perayaan daya tarik mistis, serta pengingat bahwa kekayaan budaya Indonesia tidak terbatas dan abadi."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |