Tur Wisata Lumba-lumba Hector di Teluk Akaroa Makin Dibatasi, Operator Ketar-ketir

2 weeks ago 35

Liputan6.com, Jakarta - Lumba-lumba Hector, salah satu spesies lumba-lumba terkecil di dunia dan hanya ditemukan di Selandia Baru, akan mendapat perlindungan lebih baik melalui pembatasan harian baru untuk perjalanan wisata lumba-lumba di Teluk Akaroa. Departemen Konservasi (DOC) menetapkan aturan baru untuk enam operator yang diizinkan di Teluk Akaroa setelah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas kapal dapat mengganggu perilaku lumba-lumba.

Banks Peninsula dan Teluk Akaroa adalah habitat alami lumba-lumba Hector. Teluk yang terlindungi ini menjadi tempat populer untuk melihat lumba-lumba, terutama di musim panas ketika mereka datang dalam jumlah lebih banyak untuk mencari makan dan membesarkan anak-anak mereka.

Andy Thompson, manajer operasional DOC, mengatakan, "Batasan ini memungkinkan hingga 20 perjalanan per hari di semua operator selama bulan-bulan musim panas tersibuk dan tidak lebih dari 12 perjalanan per hari selama enam bulan dalam setahun."

"Ini memberikan ruang bagi operator untuk meningkatkan aktivitas hingga level yang sedikit di bawah puncak sebelum Covid. Misalnya, pada 2019-20, hanya ada 10 hingga 15 hari selama musim puncak di mana operator secara kolektif melebihi batas 20 perjalanan baru," ia menambahkan, dikutip dari The Press, Jumat, 26 September 2025.

Ditentang Operator Tur

Tidak semua operator setuju dengan aturan baru ini. Hugh Waghorn dari Akaroa Dolphins, perusahaan keluarga yang menawarkan tur kelompok kecil, menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa aktivitas komersial menyebabkan lumba-lumba meninggalkan teluk.

"Kami harus mengurangi perjalanan dari tiga menjadi dua per hari pada bulan November dan April. Kami akan harus memberhentikan staf," tambah Waghorn. Meski begitu, ia juga menekankan bahwa perlindungan terhadap lumba-lumba tetap menjadi prioritas.

Pendapat senada dilontarkan Paul Milligan, CEO Black Cat Cruises. Ia mendukung tujuan konservasi tetapi memperingatkan bahwa pembatasan ini membatasi potensi pertumbuhan bisnis. "Perlindungan lebih lanjut untuk lumba-lumba adalah hal yang baik. Dari sudut pandang bisnis, ini menempatkan batasan terhadap kemampuan kami untuk berkembang," kata Milligan.

Tantangan dari Aktivitas Lain di Teluk

Sementara itu, Waghorn menyinggung keberadaan operator lumba-lumba yang tidak berizin, menyebut mereka sebagai "operator ilegal." Ia menolak saran untuk menggunakan kapal lebih besar, karena perusahaannya telah berinvestasi pada katamaran khusus senilai 2,2 juta dolar pada 2019.

Milligan menyatakan bahwa masalah sebenarnya datang dari perahu rekreasi, dengan ratusan kapal pribadi "melaju bolak-balik" di teluk pada hari-hari musim panas yang sibuk. DOC memiliki keterbatasan untuk mengatur perilaku perahu rekreasi ini. Untuk mengurangi dampak tersebut, DOC sedang menyelidiki kemungkinan penetapan zona pembatasan kecepatan di sekitar Cagar Alam Laut Akaroa.

Perlindungan Jangka Panjang

Aturan umum bagi semua pengguna teluk termasuk memperlambat hingga kecepatan idle atau "tanpa ombak" dalam jarak 300 meter dari lumba-lumba dan mendekati hanya dari sisi atau belakang hewan. DOC menegaskan bahwa batasan perjalanan wisata lumba-lumba diperlukan untuk melindungi perilaku alami lumba-lumba, agar mereka dapat mencari makan dan beristirahat, serta mencegah mereka terdorong keluar dari teluk.

Andy Thompson menekankan, "Populasi lumba-lumba yang sehat akan membantu memastikan keberlanjutan jangka panjang industri wisata lumba-lumba lokal serta nilai budaya dan lingkungan Teluk Akaroa."

DOC juga mengucapkan terima kasih kepada operator lumba-lumba dan Ōnuku rūnanga atas masukan mereka selama proses peninjauan izin, yang membantu membentuk perubahan. Para pengguna perahu diingatkan untuk mengikuti aturan mamalia laut, termasuk memperlambat ke kecepatan idle atau “tanpa ombak” dalam jarak 300 meter dari lumba-lumba dan mendekati hanya dari sisi atau belakang.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |