Pedoman Penggunaan Logo Batikmark Sebagai Jaminan Keaslian Batik Indonesia

1 month ago 63

Liputan6.com, Jakarta - Menurut Kementerian Peindustrian (Kemenperin), banyak pelaku industri batik yang sudah punya sertifikat, namun masih belum mengetahui cara tepat menampilkan logo Batikmark pada produknya. Logo "batik INDONESIA" adalah tanda resmi keaslian batik Indonesia yang dikeluarkan Kemenperin.

Melansir situs web kementerian tersebut, Selasa, 28 Oktober 2025, logo ini hanya boleh digunakan industri batik yang telah memperoleh sertifikat Batikmark sesuai Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 74/M-IND/PER/9/2007. Dalam penerapannya, logo Batikmark dapat dibuat sendiri oleh perusahaan.

Logo tersebut dicantumkan pada produk kain batik, produk turunan batik, maupun kemasannya. Pastikan logo dilengkapi Nomor Sertifikat Penggunaan Batikmark (BMI) dan menggunakan warna dasar hitam, dengan warna logo yang menunjukkan jenis batik: emas untuk batik tulis, putih untuk batik cap, serta perak untuk batik kombinasi cap dan tulis.

Proses memperoleh sertifikat Batikmark dilakukan melalui beberapa tahapan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 74/M-IND/PER/9/2007 Pasal 5 ayat (1). 

Pemohon harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu memiliki merek terdaftar di Ditjen HKI, memastikan produk batik telah lulus uji sifat mengkerut dan ketahanan luntur terhadap gosokan serta pencucian sesuai SNI, serta memiliki ciri khas batik tulis, cap, atau kombinasi.

Permohonan diajukan ke Balai Besar Kerajinan dan Batik dengan melampirkan fotokopi KTP pemilik, sertifikat hak merek, contoh merek, serta bukti pembayaran. Setelah dokumen diperiksa, petugas akan mengambil contoh batik di lokasi usaha untuk diuji di Laboratorium Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik. 

Promosi 1

Pengajuan Sertifikasi Batik

Hasil uji kemudian dievaluasi oleh tim penilai. Jika memenuhi seluruh ketentuan, sertifikat Batikmark diterbitkan paling lambat dalam 30 hari kerja, berlaku selama tiga tahun, dan dapat diperpanjang setelah melalui evaluasi ulang sesuai ketentuan yang berlaku.

Sertifikasi Batikmark dianggap sebagai langkah awal penting dalam menjaga kualitas dan keaslian batik. Namun, keberlanjutan batik Indonesia juga bergantung pada inovasi dan dukungan ekosistem yang kuat dari pemerintah, serta pelaku usaha.

Di sisi lain, industri batik Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat akibat masuknya produk impor dalam jumlah besar. Sejauh Mata Memandang menyoroti kondisi ini sebagai tantangan nyata bagi para artisan lokal untuk tetap eksis dan bersaing di pasar global.

Tantangan Industri Batik

Chitra Subyakto, desainer Sejauh Mata Memandang, menjelaskan, "Tantangannya adalah banyak sekali barang dari luar. Banyak sekali barang impor yang masuk. Jadi, para artisan batik harus cukup bisa bersaing dengan (produk) dari negara luar," saat ditemui di Jakarta, 28 September 2025.

Kondisi ini, menurutnya, mendorong kreator dan artisan Indonesia untuk terus berinovasi, sekaligus menjaga kualitas dan identitas tradisional batik.

Bagi Sejauh Mata Memandang, tantangan ini tidak hanya soal ekonomi, tapi juga upaya melestarikan warisan budaya yang kaya dan berharga. Setiap langkah inovasi dan produksi harus memperhatikan nilai tradisi agar batik tetap relevan bagi generasi masa kini dan mendatang.

Jenama fesyen itu menanggapi tantangan ini dengan membangun kolaborasi bersama artisan di berbagai daerah. Chitra menjelaskan, "Makanya kita bikin Studio Sejauh, bermitra dengan mitra-mitra kita."

Masa Depan Batik Indonesia

Chitra menjelaskan, "Jadi, mereka semua ada dari Pekalongan, Temanggung, dan Wonosobo. Kami selalu ngobrol mereka perlu apa. Mereka selalu punya ilmu-ilmu baru. Kami justru selalu belajar dari mereka."

Kolaborasi ini memungkinkan setiap artisan mempertahankan metode batik tradisional, termasuk batik tulis dan teknik pewarnaan alami, sambil menyesuaikan karya dengan kebutuhan pasar modern. Potensi industri batik Indonesia tetap luas, dan keberlangsungan tradisi dapat dijaga melalui pendidikan, dialog, dan keterlibatan langsung dalam produksi.

Chitra menegaskan optimisme terhadap masa depan batik Indonesia, mengingat potensinya masih "sangat besar." "Masih sekali kok, karena sebenarnya ini sesuatu yang nggak boleh hilang juga. Kita bangga memakainya," ia menambahkan.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |