Menanti Kepulangan The Java Man dan Ribuan Fosil Koleksi Dubois dari Belanda, Bukti Tuanya Peradaban Indonesia

2 weeks ago 40

Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan mengembalikan kepingan sejarah Indonesia dari Belanda memasuki babak baru. Fosil The Java Man, sebutan untuk manusia purba Pithecantrophus erectus atau Homo erectus, secara bertahap akan dipulangkan ke Tanah Air mulai tahun ini. Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut setidaknya tengkorak dan femur akan dipulangkan di tahap pertama.

"Masih ada beberapa bulan, tapi secara bertahap. Jadi mungkin, koleksi-koleksi masterpiece lebih awal. Kemudian nanti akan ada koleksi yang lebih besar di awal tahun depan, di pertengahan tahun depan, karena ini memerlukan kehati-hatian dalam pengembalian ini," kata Fadli dalam jumpa pers di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis, 2 Oktober 2025.

The Java Man merupakan bagian dari Koleksi Dubois yang disepakati Belanda untuk dikembalikan ke Indonesia. Jumlahnya yang sudah teridentifikasi 28.131 fosil, tetapi total koleksi itu diperkirakan lebih dari 30 ribu fosil. Jenisnya beragam, tidak hanya fosil manusia purba, tetapi juga binatang-binatang purba, seperti Stegodon yang merupakan nenek moyang gajah jawa.

Tapi, The Java Man lah koleksi yang paling signifikan. Penemuannya oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada 1891, merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan tentang kepingan sejarah manusia yang hilang dalam teori evolusi manusia. Penemuan itu pula yang melatari perilisan buku The Man Who Found the Missing Link.

Bukti Peradaban Panjang Indonesia

Selama 130 tahun, fosil itu menjadi bagian dari koleksi pameran utama Naturalis Biodiversity Center, yakni museum naturalis di Leiden, Belanda. Selama itu pula, fosil itu dijauhkan dari lokasi penemuannya, Indonesia.

Karena itu, Menbud menyatakan kembalinya fosil-fosil itu ke Indonesia tidak bisa dimaknai sekadar perpindahan benda mati dari satu museum ke museum lainnya, tetapi bermakna sebagai pemulihan memori kolektif bangsa Indonessia.

"Setiap pecahan tulang purba, setiap artefak dalam koleksi ini, adalah ser[ihan cerita dari Tanah Air kita sendiri. Mereka adalah saksi perjalanan panjang peradaban di nusantara. Usianya ratusan ribu tahun sampai jutaan tahun, jadi peradaban kita ini adalah peradaban yang sangat tua," kata Fadli.

Pulangnya fosil manusia purba dari Koleksi Dubois, sambung Menbud, juga merupakan pemulihan narasi evolusi manusia. "Selama ini, objek studi utama justru berada jauh dari tempat ditemukannya. Jadi kehilangan konteksnya. Kini, kita menegaskan kembali posisi sentral Indonesia dalam narasi besar itu," jelasnya.

Menbud juga menyatakan bahwa kepulangan Koleksi Dubois merupakan tindakan elegan untuk menutup luka lama masa kolonial. "Ini adalah pengakuan bahwa cara pengambilan koleksi fosil di masa lalu seringkali dilakukan dalam konteks penindasan," ujarnya.

Pihaknya mewakili pemerintah kembali menyampaikan penghargaan kepada pemerintah Kerajaan Belanda atas sikap bijaksana, berkeadilan, dan penghormatan terhadap semangat zaman baru. Langkah itu disebutnya sebagai contoh yang bertanggung jawab dalam menyikapi warisan masa lalu yang kompleks.

"Kepulangan ini adalah bagian dari hak budaya kita (cultural rights) yang harus kita perjuangkan dan jaga. Ini adalah contoh keberhasilan diplomasi budaya Indonesia yang konkret," ia menambahkan.

Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga sekaligus Ketua Tim Repatriasi Indonesia, Ismunandar, menambahkan bahwa upaya repatriasi Koleksi Dubois itu dimulai sejak 1951, dimulai dari Muhammad Yamin, Prof. Ida Bagus Mantra pada 1970-an, hingga permintaan resmi terbaru Pemerintah Indonesia pada 2022 lalu.

"Perjalanan panjang ini adalah bukti konsistensi bangsa kita dalam memperjuangkan hak-hak budaya. Kepulangan ini juga membuktikan bahwa diplomasi budaya dapat menghasilkan keadilan sejarah," ujarnya.

Apakah Indonesia Siap Bertanggung Jawab?

Pemulangan koleksi hanya satu dari bagian panjang tanggung jawab Indonesia atas kepingan sejarah itu. Menbud menyatakan bahwa Indonesia selanjutnya akan bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses perawatan dan penyimpanan koleksi-koleksi itu, termasuk soal pendanaan.

"Begitu sudah diberikan kepada kita, tentu jadi tanggung jawab kita sepenuhnya, kecuali terkait dengan riset," kata Menbud.

Ismunandar juga menegaskan bahwa Indonesia mampu merawat dan mengelola koleksi. Hal itu juga diakui oleh Belanda saat mereka mengunjungi Indonesia untuk melihat fasilitas museum dan penyimpanan koleksi pada Mei 2025 lalu.

"Tim Belanda sudah ke sini, melihat museum kita. Mereka sih impress dengan kita," ujarnya. "Kalau kita ingin merdeka, kita harus memulihkan kedaulatan kita. Kedaulatan itu, termasuk kedaulatan artefak. Jangan lupa Mesir berusaha mengembalikan mumi-mumi yang dijarah negara-negara. Parthenon Yunani juga dijarah," kata dia.

Rencananya, Koleksi Dubois akan dipamerkan di Museum Nasional Indonesia dan lima Museum Sangiran di dekat Solo. Pemerintah juga memiliki Museum Song Terus di Pacitan yang juga memamerkan koleksi benda purbakala.

"Kita ingin membuat satu narasi dalam konteks reinventing Indonesia identity. Terminologinya early history. Ini termin sudah umum, tidak gunakan prehistoric lagi," ucap Menbud.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |