Helikopter Jatuh Saat Coba Menyelamatkan Pendaki yang Terdampar Hujan Salju Lebat di Gunung Everest

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah helikopter penyelamat yang dioperasikan maskapai penerbangan swasta Altitude Air jatuh di Lobuche, dekat wilayah Everest Base Camp di Khumbu, Nepal, Rabu (29/10/2025). Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN) melaporkan bahwa helikopter, dengan tanda panggilan 9N-AMS, jatuh saat melakukan misi penyelamatan.

Melansir News18, Rabu, hanya pilot yang berada di pesawat saat kecelakaan terjadi dan ia ditemukan selamat dari lokasi kejadian. Penyebab kecelakaan itu belum diketahui secara pasti.

Helikopter Altitude Air lepas landas dari Lukla tanpa penumpang dan sedang dalam misi menyelamatkan wisatawan yang terlantar di Lobuchem, yang terletak di wilayah Khumbu, saat insiden terjadi.

Kantor berita PTI mengutip seorang petugas polisi di Kantor Polisi Distrik Solukhumbu yang mengatakan bahwa helikopter yang dipiloti Kapten Vivek Khadka tergelincir akibat hujan salju lebat di daerah tersebut saat berupaya mendarat. Pilot tidak mengalami cedera serius, meski pesawat pecah jadi dua bagian.

Pilot tersebut diterbangkan ke Lukla untuk menjalani pemeriksaan medis, dan kondisinya dikatakan stabil. Banyak pendaki terdampar di daerah pegunungan, termasuk Mustang, Annapurna, dan Everest pada Selasa, 28 Oktober 2025, dan Rabu karena hujan salju lebat.

Pihak berwenang telah mendesak para pendaki untuk mengambil tindakan pencegahan karena Departemen Hidrologi dan Meteorologi Nepal telah memperkirakan hujan salju lebat dan hujan di berbagai wilayah, termasuk wilayah pegunungan.

Pada awal Oktober, badai salju membuat ratusan pendaki terdampar di dekat sisi timur Everest di sisi Tibet. Semua pendaki dibawa ke tempat aman dalam operasi penyelamatan skala besar yang berlangsung beberapa hari dalam kondisi di bawah titik beku.

Wilayah Everest di sisi Nepal dan China ditutup untuk pariwisata pada Rabu (29/10/2025) karena salju tebal yang dibawa angin topan. Area tersebut telah diselimuti salju sejak Senin, 27 Oktober 2025, ketika sebuah siklon dari Teluk Benggala melanda India, yang mengakibatkan hujan salju lebat kedua di Himalaya pada Oktober.

Pihak berwenang di Nepal telah menghentikan pendakian di banyak rute pendakian karena hujan di dataran rendah dan hujan salju lebat di jalur yang lebih tinggi. Pihaknya telah mendesak para pendaki untuk tidak keluar atau melanjutkan pendakian mereka di daerah Annapurna, Manaslu dan Dhaulagiri, rumah bagi beberapa puncak tertinggi di dunia.

Ia mengatakan, sekitar 1.500 pendaki, termasuk 200 orang asing dari berbagai negara, pemandu mereka, dan pendaki lokal tersesat karena jalur pendakian terkubur di bawah salju tebal.

Awal bulan ini, media pemerintah China, CCTV, melaporkan 580 pendaki yang terjebak badai salju di lereng Gunung Everest berhasil dievakuasi ke Tibet. Para pendaki tiba di kota kecil Qudang dan sekitarnya, bersama 300 pemandu lokal, pawang yak, dan staf pendukung lain.

Kelompok terakhir yang terdiri dari sekitar 10 pendaki, didampingi petugas penyelamat, belum mencapai Qudang, tapi telah tiba di titik pertemuan, yang dilengkapi peralatan pemanas, oksigen, dan perlengkapan darurat lain.

Mereka sebelumnya terdampar di ketinggian lebih dari 4.900 meter setelah hujan salju lebat menumpuk di jalur pendakian Lembah Karma di lereng timur Gunung Everest selama akhir pekan. Mengutip BBC, 8 Oktober 2025, Lembah Karma merupakan rute yang kurang dikenal, namun indah menuju kaki Gunung Everest.

Ratusan pendaki melewati rute tersebut selama liburan Golden Week yang berlangsung delapan hari di Tiongkok. Mereka tidak menyangka terjebak badai salju karena biasanya Oktober cerah dan suhu bersahabat, menjadikannya salah satu bulan favorit untuk mendaki di area Gunung Everest.

Hujan salju lebat dimulai pada Jumat malam, 3 Oktober 2025, dan semakin deras selama akhir pekan. Seorang pendaki yang mengunjungi Himalaya lebih dari belasan kali mengatakan,  ia "belum pernah mengalami cuaca seperti ini".

Dong Shuchang (27) menyebut, beberapa orang dalam kelompoknya yang beranggotakan 20 orang menunjukkan tanda-tanda hipotermia. Chen Geshuang, yang merupakan bagian dari kelompok pendaki Dong, mengatakan bahwa salju setebal sekitar satu meter ketika kelompok tersebut memulai retret mereka pada Minggu, 5 Oktober 2025.