DRP Paris Bawa 5 Brand Streetwear Asal Prancis dan Jepang ke JF3 2025

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai bagian ajang Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2025, festival budaya urban dan streetwear internasional yang dikenal sebagai DRP 2025 digelar di Summarecon Mall Serpong. Festival itu tidak hanya melibatkan beragam brand streetwear asal Indonesia dan Paris, tetapi juga dari Jepang.

Tahun ini, DRP Paris mengambil tema CODE, STRT. Fokusnya adalah memadukan fashion dengan olahraga jalanan yang tengah diminati masyarakat.

"DRP programnya berkembang, meningkat dibandingkan tahun lalu. Dari segala aspek, mulai dari olahraganya, streetwear-nya. Kita ingin membangun komunitas yang sehat," ujar Soegianto Nagaria, Direktur Utama PT Summarecon Agung, Tbk, di Tangerang, Kamis, 31 Juli 2025.

Makanya, area DRP dibangun di atrium mal lengkap dengan arena skateboard. Pengunjung bisa mengajak keluarganya untuk mencintai olahraga dan kegiatan luar ruang, berkeringat, dan juga meminimalisir bermain gawai di dalam ruangan saja.

Agenda utamanya jelas pameran yang menyediakan beragam item fashion streetwear, seperti atasan, jeans, hingga alas kaki. "Festival ini juga menandai kolaborasi berkelanjutan antara JF3 dan DRP Paris, yang merupakan bagian dari inisiatif Who's Next (WSN), penyelenggara Paris Trade Show," ujarnya.

Lebih dari 80 Booth di DRP 2025

Lebih dari 80 booth yang telah dikurasi secara ketat dan terintegrasi dengan DRP Paris. Sebanyak 75 booth di antaranya diisi oleh brand-brand lokal Indonesia seperti Lakon Indonesia, Untold, Fuguku, Oxford Society, BNS Hype, Cosmonauts, Denim it up, Bespoke, Future Loundry, Russ & Co, PortoX dan lain-lain. Masing-masing membawa karakter dan semangat muda Indonesia yang autentik.

Sementara, pendiri DRP Paris, Boris Bay menuturkan, pada kesempatan kali ini, ada empat brand streetwear asal Paris yang ikut bergabung. Mereka adalah Pablo T-Shirt Factory, Pierre Bassene, Protect The Children, dan Please Paulo Stop Cappin.

"Dan satu brand lagi asal Jepang, Paja Studio. Kami berharap bisa menambah warna dan keragaman perspektif kreatif dalam festival ini," ujarnya.

Boris mengungkapkan initahun kedua DRP Paris ikut serta dalam JF3. Dia melihat, pasar di Indonesia dengan Paris bisa bekerja sama dalam proyek fashion. Desainer Indonesia dengan segala kearifan lokalnya bisa berkolaborasi dengan streetwear asal luar negeri.

Agenda Sampingan dari Paris Fashion Week

Pada tahun ini, Boris sengaja membuat miniatur Menara Eiffel Paris untuk menegaskan identitasnya sekaligus menarik perhatian pasar Indonesia.

"Ini seperti kultural partnership, kami membawa brand kami ke sini, kemudian kami juga mengenalkan brand lokal (Indonesia) di sana sehingga berpeluang menciptakan kerja sama di kemudian hari, disebarkan di pasar Paris, Indonesia, ataupun di negara lainnya," ujar Boris.

Dalam kesempatan itu, ia menyarankan agar desainer lokal fokus dalam mengembangkan brandnya. Ia meminta agar mereka tak berkiblat utuh pada Paris atau kota lain di luar negeri, sebab menurutnya, dalam streetwear, mengembangkan budaya lokal menjadi fashion adalah yang utama.

"Semua orang di dunia mau ke Paris, untuk bisa terkenal hingga ke Paris. Tapi faktanya, banyak brand lokal dengan menampilkan kearifan lokalnya, mampu memasarkan karyanya dan punya pasar dan potensi yang sangat bagus, jadi tidak harus ke Paris," katanya.

DRP Paris telah dikenal luas pecinta streetwear internasional, berlangsung di tengah masa penyelenggaraan Paris Fashion Week. Festival ini menjadi titik kumpul komunitas dan pelaku utama budaya urban dan street culture di Prancis, menampilkan busana streetwear, sneakers, live music, pertunjukan skateboard, dan street food.

Rencana Program Residensi Indonesia-Prancis

Dalam kesempatan berbeda, Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) memperkuat kolaborasi fesyen dan kriya dengan Prancis melalui program residensi bersama yang akan melibatkan desainer kedua negara. Kerja sama ini menargetkan peningkatan ekspor produk kreatif, pertukaran ilmu, dan memperkuat daya saing talenta ekraf Indonesia.

"Kami ingin kerja sama seperti ini tidak hanya berhenti pada seremoni atau wacana. Harus ada alih ilmu, peluang bisnis, dan penguatan ekosistem yang dirasakan langsung oleh para pelaku industri kreatif," kata Wamen Ekraf saat menghadiri Indonesian–French Seminar on Fashion and Craftsmanship di Institut Français d’Indonésie (IFI) Jakarta, Selasa, 29 Juli 2025.

Wamen Ekraf menekankan bahwa kerja sama internasional perlu berdampak nyata bagi para pelaku industri. Irene menggarisbawahi pentingnya pendekatan kolaboratif berbasis heksahelix—dalam hal ini melibatkan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media—untuk memperluas manfaat program lintas negara.

"Pertukaran talenta, lokakarya kolaboratif, dan co-creation produk menjadi elemen kunci dalam mendorong subsektor fesyen dan kriya sebagai the new engine of growth sekaligus mendukung peningkatan daya saing ekraf secara global," kata Wamen Ekraf.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |