Berwisata ke Petilasan Jayabaya di Desa Menang Kediri, Antara Mistis dan Tradisi yang Tetap Lestari

17 hours ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Nama Jayabaya selama ini erat kaitannya dengan ramalan. Tapi, tahukah Anda bahwa Jayabaya, tepatnya Petilasan Sri Aji Jayabaya juga menjadi destinasi wisata yang kini dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri?

Berlokasi di Desa Menang, Kabupaten Kediri, petilasan itu bisa dijangkau dari pusat kota dengan naik angkutan umum maupun transportasi online. Lokasi tersebut diyakini warga setempat sebagai lokasi moksa Prabu Jayabaya, raja bijak dari Kerajaan Kediri yang menghilang tanpa meninggalkan jasad. Jayabaya merupakan putra Raden Panji dari Kerajaan Jenggala dan Putri Sekartaji dari Daha.

Kisah Jayabaya dengan segala misterinya ternyata mampu menarik banyak peziarah. Mereka meyakini bahwa petilasan itu menyimpan berbagai keajaiban mistis. Terdapat tiga titik penting di petilasan itu yang ditandai oleh prasasti atau loka.

Pertama Loka Mahkota, yakni tempat Sri Aji Jayabaya melepas mahkotanya. Berikutnya adalah Loka Busana, yakni tempat ia menanggalkan pakaian kebesaran. Terakhir adalah Loka Moksa, yakni titik terakhir sebelum dirinya lenyap menuju kesempurnaan. Ketiga titik ini menjadi jalur napak tilas utama para peziarah, dilakukan sambil bersimpuh -dikenal sebagai ritual andhap asor- dan berdoa dengan penuh khidmat.

"Dengan berjalan bersimpuh menuju prasasti moksa, para peziarah belajar tentang andhap asor, kerendahan hati dan penghormatan pada leluhur. Inilah yang membuat Petilasan Joyoboyo tak hanya sekadar tempat bersejarah, melainkan ruang spiritual yang hidup, di mana keyakinan kepada Yang Kuasa dan manusia bertemu," terang Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Pemerintah Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi, dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Senin, 28 Oktober 2025.

Promosi 1

Air Suci dan 2 Arca Hindu

Berjarak 200 meter dari petilasan, terdapat Sendang Tirto Kamandanu. Itu adalah kolam alami dengan tiga tingkatan, yakni sumber, penampungan, dan kolam pemandian. Konon, air di tempat itu tidak pernah kering meski musim kemarau panjang. Banyak peziarah meyakini bahwa mencuci muka di sini bisa membersihkan aura dan membuat awet muda.

"Airnya adem sekali, setelah cuci muka seperti ringan dan segar," ujar Sulastri (45), peziarah asal Nganjuk.

Sementara, Mbah Sempu (77), penjaga sendang, mengatakan, "Kalau cuci muka di sumur itu bisa bikin bersih aura dan awet muda. Tapi ya tergantung niat, harus dengan hati yang bersih."

Di sisi kolam, berdiri dua arca, yakni Siwa Harihara yang merupakan simbol perdamaian dan Ganesha, simbol kebijaksanaan dan penolak bala. Peziarah kerap meletakkan bunga atau dupa di hadapan arca ini sebagai simbol doa agar hidup tentram dan dijauhkan dari bahaya. 

Ritual Malam 1 Suro

Suasana petilasan semakin rindang dengan keberadaan pohon-pohon tua di area itu yang dipercaya sudah berusia ratusan tahun. Penduduk sekitar menyebutnya 'pepohonan penjaga', karena siapa pun yang menebangnya tanpa izin, konon akan sakit berhari-hari.

"Namun, bagi warga Desa Menang, itu bukan kutukan, melainkan pengingat untuk menjaga kelestarian alam, apalagi pada adab terhadap tempat suci," sambung Mustika.

Ternyata, tak hanya di Solo dan Jogja, tradisi malam 1 Suro juga dilestarikan di petilasan tersebut. Ratusan orang biasanya berdatangan untuk membawa sesaji, doa, dan harapan.

Meski banyak orang yang hadir, suasana petilasan justru semakin heni, seperti ada magnet kuat yang menempel di setiap pengunjung untuk senyap. Kadang terdengar suara samar gamelan dari arah sendang, tanpa tahu siapa yang memainkannya. "Bagi masyarakat, itu bukan sekadar 'suara gaib', melainkan pertanda restu leluhur," kata Mbah Mukri, juru kunci petilasan.

Nyata atau Mitos?

Apakah semua keajaiban ini nyata atau hanya kepercayaan turun-temurun? Mbah Mukri memberi jawaban bijak, "Yang datang dengan hati bersih, pasti pulang dengan rasa damai." 

Mereka yang datang, sambung dia, dari beragam latar belakang agama dan kepercayaan. Bagi mereka, Jayabaya bukan hanya raja, tetapi juga simbol kebijaksanaan universal. "Tidak ada batasan di sini, yang datang semua saudara," ujar Eko, warga Desa Menang. 

Terlepas dari segala hal mistis yang melekat pada petilasan, Pemkab Kediri mendukung Petilasan Sri Aji Jayabaya sebagai destinasi wisata dan daya tarik Kediri. Mustika menjelaskan bahwa obyek Petilasan Sri Aji Joyoboyo adalah salah satu peninggalan budaya di Kediri yang harus dilestarikan.

"Petilasan tersebut adalah salah satu peninggalan budaya diKediri yang harus dilestarikan dan ritual sesaji Sri Aji Joyoboyo itu sudah terdaftar sebagai kekayaan intelektual komunal di Kementrian Hukum pada tahun 2021," jelas Mustika.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |