600 Anak Ikut Lomba Lari di Jakarta Running Festival 2025, Orangtua hingga Kakek Nenek Ikut Bergembira

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta Running Festival 2025 memang sudah berakhir, namun cerita keceriaannya masih membekas pada anak-anak dan para pendamping mereka. Arshan misalnya. Peserta lomba lari berusia empat tahun itu mengaku senang berkompetisi dengan anak-anak lainnya untuk lari jarak pendek kategori 100 meter.

Momen itu disambut bahagia seluruh anggota keluarganya. Tidak hanya orangtua, tapi kakek neneknya juga ikut mendukungnya dari tepi lapangan Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu, 25 Oktober 2025. Sang kakek, Noval Arnold Patiasina, menilai kegiatan itu sangat bagus mendidik anak-anak sebagai generasi penerus untuk melahirkan atlet-atlet berbakat dan berprestasi.

"Kegiatan yang positif sekali, membangun jiwa kompetisi dan sportivitas. Selain lari, juga perlu diadakan lomba lainnya seperti sepak bola, bersepeda dan renang," ujar Noval dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Senin, 28 Oktober 2025.

Lomba lari anak-anak bertajuk Taro Junior Dash 2025 itu diikuti oleh 600 peserta dengan usia 4--12 tahun. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 500 anak, menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap olahraga. Itu belum termasuk ribuan anggota keluarga yang hadir mendukung anak-anak mereka.

"Taro Junior Dash bukan hanya tentang lomba lari, tapi tentang core memory bagi anak dan keluarga. Kami ingin menghadirkan pengalaman yang menyenangkan, penuh kegembiraan dan kebersamaan, sehingga anak-anak bisa berlari, berkompetisi sekaligus bermain dan belajar mengenai nilai sportivitas," ujar Dwiki Akbar Sukmadi Candra, Senior Brand Manager Taro FKS Food Sejahtera.

Kompetisi lari anak-anak ini peserta dibagi dalam beberapa katagori jarak; 100 meter, 200 meter dan 400 meter, disesuaikan dengan usia. Setiap kelompok berlari secara bergiliran, diakhiri dengan babak final yang menegangkan namun penuh semangat dan keceriaan.

"Kami melihat Taro Junior Dash sebagai cikal bakal lahirnya generasi pelari muda Indonesia," kata Dwiki.

Melalui kegiatan tersebut, pihaknya juga ingin mendiseminasi lima nilai budi pekerti yang diusung perusahaan, yaitu compassion (kepedulian), courage (keberanian), creativity (kreativitas), integrity (integritas), dan resilience (ketangguhan) yang tercermin dalam semangat anak-anak berlari serta keluarga yang saling mendukung.

"Kami percaya olahraga adalah bentuk petualangan baru bagi anak-anak. Di sinilah nilai-nilai budi pekerti tersebut tumbuh. Hal itu sejalan dengan visi dan misi Taro untuk menghadirkan petualangan tanpa batas bagi keluarga Indonesia," ungkap Dwiki.

Selain lomba lari, acara tersebut juga dimeriahkan dengan berbagai wahana permainan di Adventaro Zone atau Adventaro World. Anak-anak beserta keluarganya dapat mengikuti beragam permainan interaktif dan edukatif, sambil mengumpulkan merchandise eksklusif.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa Jakarta Running Festival 2025 menjadi destinasi utama sport tourism di Asia Tenggara. "'Jakarta Running Festival' sudah dikenal luas dan saya bersyukur karena hampir semua hotel di sepanjang rute lari penuh terisi," kata Pramono di Jakarta, Minggu, 26 Oktober 2025, dilansir dari Antara.

Pramono melepas peserta sekaligus ikut ambil bagian dalam ajang JRF 2025. Tahun ini JRF diikuti 27.300 pelari dari 48 negara, meningkat sekitar 70 persen dibandingkan gelaran tahun lalu. Pramono berharap JRF terus menjadi tolok ukur penyelenggaraan lomba olahraga lari berstandar global di kawasan regional.

"Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan standar keselamatan, kualitas pengalaman peserta dan menjadikan Jakarta sebagai kota yang ramah pelari serta destinasi utama 'sport tourism'," ujarnya.

Pada hari kedua perhelatan JRF, dia berpartisipasi di kategori lari 10 kilometer, dengan garis awal (start) dan berakhir (finish) di kawasan Istora Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat. Pram bisa menyelesaikan lari 10K dalam waktu 1 jam 32 menit, lebih sedikit. "Suasananya sangat ramai dan menggembirakan. Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik lagi," katanya.

Sementara, komunitas non profit yang fokus pada kualitas udara, Bicara Udara (Yayasan Udara Anak Bangsa), memanfaatkan ajang lari itu untuk mengampanyekan pentingnya udara bersih. "Berlari bukan sekadar tentang mencapai garis finish, tetapi tentang bagaimana setiap langkah kita dapat berkontribusi menuju udara yang lebih bersih," ujar Novita Natalia, Co-Founder Bicara Udara sekaligus runner, dilansir dari Antara.

Bicara Udara mengusung kampanye 'Run for Clean Air' menyoroti keterkaitan erat antara kualitas udara dan performa pelari, serta mendorong gaya hidup rendah emisi melalui mobilitas aktif dan bersih yang dilakukan di Jakarta Running Festival (JRF) 2025, pada 25--26 November 2025.

Novita menyampaikan, partisipasi Bicara Udara di JRF 2025 diharapkan dapat mendorong peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan pegiat olahraga, sekaligus menumbuhkan pemahaman bahwa gaya hidup aktif perlu diimbangi dengan tanggung jawab terhadap kualitas udara.

"Lewat gerakan Run for Clean Air, kami ingin mengajak masyarakat untuk melihat bahwa keputusan sederhana, seperti memilih transportasi publik, berjalan kaki, atau bersepeda, dapat menjadi bagian dari solusi besar bagi kota yang lebih sehat," imbuhnya.