Wisata Pengamatan Burung Makin Berkembang, Kolombia dan Afrika Selatan Terdepan

2 weeks ago 43

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tahun terakhir, wisata pengamatan burung atau birdwatching semakin mendapat tempat di hati para pencinta alam. Aktivitas ini dianggap sebagai cara berlibur yang menyenangkan sekaligus memberikan kesempatan untuk menjauh dari hiruk pikuk perkotaan. 

Banyak orang merasa birdwatching bisa menghadirkan ketenangan, karena saat mengamati burung, mereka juga belajar tentang perilaku satwa, kondisi ekosistem, serta keindahan alam yang masih terjaga. Perkembangan teknologi ikut mempercepat tren ini.

Aplikasi seperti eBird mencatat lebih dari 100 juta pengamatan dari seluruh dunia, yang memungkinkan para penggemar burung terhubung satu sama lain, saling berbagi pengalaman, foto, maupun rekomendasi destinasi. Birdwatching tidak hanya memberi kesenangan pribadi, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi konservasi.

Setiap wisatawan yang datang ke habitat burung berkontribusi menjaga kawasan tersebut agar tetap lestari. Meski demikian, tren birdwatching ternyata tidak dinikmati secara merata. Melansir Euronews, Selasa, 2 September 2025, Kolombia dan Afrika Selatan adalah dua negara yang berhasil menarik ribuan pengunjung baru setiap tahun, sementara beberapa negara lain dengan potensi besar justru tertinggal. 

Bintang Baru Wisata Burung

Kolombia adalah bukti nyata bahwa kombinasi kekayaan alam dan pengelolaan yang serius bisa menghasilkan dampak besar. Data eBird mencatat, jumlah hari pengamatan burung di negara ini pada 2022 melonjak 40 kali lipat dibandingkan 2010.

Kolombia punya modal hampir 2.000 spesies burung, tetapi modal itu tidak akan berarti tanpa infrastruktur yang mendukung. Di berbagai wilayah, terdapat cagar alam yang terjaga, penginapan ramah lingkungan, hingga pemandu lokal yang memahami kebutuhan pengamat burung.

Pemerintah Kolombia pun tidak tinggal diam. Mereka meluncurkan kampanye pemasaran internasional untuk menegaskan citra Kolombia sebagai surga birdwatching dunia.

Natalia Ocampo-Peñuela, peneliti utama studi ini, menyatakan, "Kami sering bertanya-tanya mengapa tidak semua negara diakui sebagai destinasi birdwatching. Kolombia membuktikan bahwa kombinasi keanekaragaman dan pembangunan bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa."

Mengapa Venezuela dan Republik Rakyat Kongo Tertinggal?

Afrika Selatan juga muncul sebagai magnet besar. Meski jumlah spesiesnya lebih sedikit, wisatawan tetap berbondong-bondong datang karena fasilitasnya memadai, keamanan lebih terjamin, dan pengalaman birdwatching terasa nyaman.

Berbeda dengan Kolombia atau Afrika Selatan, negara tropis seperti Venezuela dan Republik Demokratik Kongo justru belum berhasil mengangkat birdwatching sebagai daya tarik wisata utama. Padahal dari segi kekayaan alam, keduanya termasuk yang terdepan. Ada banyak spesies endemik dengan wilayah penyebaran sempit, yang seharusnya menjadi incaran para pengamat burung.

Kenyataannya, wisatawan lebih memilih mengunjungi negara lain. Studi UC Santa Cruz menjelaskan, pembangunan manusia menyumbang 41,4 persen perbedaan tingkat kunjungan, sedangkan keragaman spesies hanya menyumbang 22,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur dan kenyamanan dasar jauh lebih menentukan.

Jalan Menuju Wisata Birdwatching yang Lebih Berkembang

Venezuela dan Republik Demokratik Kongo menghadapi tantangan serius berupa konflik politik, ketidakstabilan sosial, tingkat kriminalitas tinggi, dan keterbatasan fasilitas wisata. Kondisi ini menimbulkan persepsi risiko tinggi bagi wisatawan, sehingga banyak yang menghindari destinasi tersebut. Akibatnya, meski potensi burung melimpah, angka kunjungan birdwatching tetap stagnan bahkan menurun.

Meski masih tertinggal, peluang negara-negara dengan kekayaan burung seperti Venezuela, Republik Demokratik Kongo, Bolivia, atau Madagaskar tidaklah hilang. Salah satu langkah paling realistis adalah memulai pembangunan dari kawasan wisata yang relatif aman dan mudah dijangkau.

Wisatawan tidak selalu menuntut stabilitas nasional, tetapi mereka ingin merasa nyaman di area yang mereka kunjungi. Dengan fokus pada destinasi tertentu, negara bisa membangun jalur khusus pengamatan, menara kanopi untuk melihat burung dari ketinggian, hingga tempat khusus untuk mengintai burung di habitat aslinya.

Dukungan Pemerintah

Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa subsidi, keringanan pajak, atau akses pinjaman lunak untuk usaha berbasis ekowisata. Pemandu lokal juga perlu dilatih agar mampu memberikan informasi menarik sekaligus menjaga interaksi yang ramah. Lebih jauh lagi, melibatkan komunitas adat dan masyarakat setempat akan membuat pengelolaan lebih berkelanjutan.

Jika strategi ini dijalankan dengan konsisten, negara-negara tersebut bisa menjadikan birdwatching sebagai sumber pendapatan baru, sembari melindungi keanekaragaman hayati yang mereka miliki.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |