Liputan6.com, Jakarta - Saffron, dikenal sebagai bumbu dapur termahal di dunia, memiliki harga yang bisa mencapai puluhan juta rupiah per kilogram. Apa yang membuat saffron begitu mahal? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai rempah yang satu ini.
Mengutip dari laman BBC, Minggu, 19 Juli 2025, asal-usul saffron berasal dari stigma bunga Crocus sativus, yang hanya menghasilkan tiga stigma kecil dan rapuh per bunga. Proses panen saffron sangat rumit dan memerlukan tenaga kerja yang ekstensif, sehingga harga jualnya melambung tinggi.
Harga per kilogramnya saja bahkan mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah. Bandingkan saja dengan garam yang biasa dijual dengan seharga Rp450/Kg hingga Rp750/Kg saat ini.
Selain itu, saffron memiliki banyak manfaat yang membuatnya tetap dicari meskipun harganya selangit. Tapi, penggunaan dan manfaatnya dalam dunia kuliner serta kesehatan sangatlah berarti. Berikut adalah fakta-fakta rempah saffron yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Asal-usul Saffron
Sampai saat ini masih belum jelas kapan pertama kali saffron ditemukan dan mulai digunakan sebagai bumbu dapur. Namun jika dilihat dari dokumentasinya, saffron sudah mulai digunakan sejak 4.000 tahun lalu.
Setelah itu, seiring berkembangnya peradaban dunia, saffron pun tersebar dari satu negara ke negara lain. Dalam catatan sejarahnya, Saffron ternyata tak hanya digunakan sebagai bumbu dapur, tapi juga parfum dan sampo.
Saffron merupakan rempah-rempah yang diperoleh dari benang sari bunga Crocus yang biasa juga dikenal sebagai Rose Saffron. Benang sari yang dikeringkan lantas diolah menjadi Saffron.
Untuk memproduksi setengah kilogram saffron saja, diperlukan sekitar 70 ribu hingga 250 ribu bunga Crocus. Bunga tersebut harus dipetik langsung saat sedang merekah untuk menghasilkan rempah-rempah yang sedap. Dengan proses itu, akhirnya ada waktu atau musim tertentu yang telah ditetapkan untuk menghasilkan rempah saffron.
2. Kondisi Pertumbuhan Saffron
Untuk tumbuh dengan baik, bunga Crocus sativus memerlukan kondisi yang sangat spesifik. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh, drainase yang baik, dan tanah yang subur, terutama di daerah kering pada musim panas.
Kondisi ini membatasi area penanaman saffron, sehingga produksinya tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Akhirnya karena faktor tersebut saffron menjadi salah satu rempah yang sangat langka dan mahal. Hanya daerah tertentu di dunia yang dapat memproduksi saffron berkualitas tinggi.
3. Panen Saffron yang Sulit
Panen saffron merupakan salah satu tahap yang paling menantang. Setiap bunga Crocus sativus hanya menghasilkan tiga stigma, dan untuk mendapatkan setengah kilogram saffron, diperlukan antara 70.000 hingga 250.000 bunga. Proses panen dilakukan secara manual dan sangat hati-hati, lantaran stigma yang dihasilkan sangat kecil dan rapuh.
Waktu panen saffron juga terbatas, sebab bunga ini hanya mekar selama sekitar enam minggu di musim gugur. Hal ini membuat proses panen menjadi sangat intensif dan memerlukan banyak tenaga kerja.
4. Pengeringan yang Rumit
Setelah dipanen, stigma saffron harus melalui proses pengeringan yang sangat hati-hati. Proses ini penting untuk menjaga kualitas dan warna saffron. Pengeringan yang tepat akan menghasilkan saffron berkualitas tinggi dengan warna kuning keemasan yang khas.
Warna ini tidak hanya memberikan daya tarik visual pada makanan, tetapi juga menambah cita rasa yang unik, menjadikan saffron sebagai bumbu yang sangat diminati dalam berbagai masakan seperti nasi kebuli, risotto, paella, dan kari.
5. Manfaat Saffron dalam Kuliner dan Kesehatan
Selain memberikan rasa dan warna yang khas, saffron juga memiliki banyak manfaat kesehatan. Selama ribuan tahun, saffron telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai kondisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa saffron dapat membantu meningkatkan suasana hati dan memiliki sifat anti-inflamasi.
Meskipun harganya mahal, popularitas saffron tidak pernah surut. Banyak orang yang rela mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan rempah ini demi cita rasa dan khasiatnya yang unik.