Laporan Sementara Investigasi Kecelakaan Pesawat Jeju Air yang Tewaskan 179 Orang Bikin Keluarga Korban Marah

6 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api (ARAIB) Korea Selatan disorot. Hasil temuan sementara kecelakaan pesawat Jeju Air pada 29 Desember 2025 batal dipaparkan ke publik pada akhir pekan lalu setelah memicu kemarahan keluarga korban.

Mengutip Korea Times, Selasa (22/7/2025), sebelum konferensi pers yang dijadwalkan pada Sabtu, 19 Juli 2025, keluarga korban telah diberitahu tentang penilaian awal tersebut, tapi mereka memprotesnya. Keluarga korban menilai laporan sementara mengenai kecelakaan yang menewaskan 179 orang tersebut terlalu dini menyimpulkan sebagai kesalahan pilot.

Menurut ARAIB dan keluarga korban, kemarin, laporan awal menunjukkan bahwa setelah tabrakan burung yang parah dan menyebabkan kerusakan kritis pada mesin kanan, pilot Jeju Air mungkin secara keliru mematikan mesin kiri yang masih berfungsi saat mengikuti prosedur darurat.

Keputusan tersebut menyebabkan berhentinya generator penggerak terintegrasi (IDG), komponen penting yang menghasilkan dan memasok daya listrik ke seluruh sistem pesawat. Kegagalan IDG mengakibatkan beberapa peralatan vital, termasuk kotak hitam dan roda pendaratan, mungkin berhenti beroperasi beberapa saat sebelum kecelakaan.

Proses Investigasi Penyebab Kecelakaan Jeju Air Libatkan AS

Penerbangan Jeju Air 2216 mengeluarkan peringatan mayday sebelum mendarat dengan posisi badan pesawat terbalik, melewati landasan pacu dengan kecepatan tinggi, dan menabrak tanggul beton yang menopang antena sistem pendaratan instrumen. Dari 181 orang di dalamnya, hanya dua yang selamat.

ARAIB menyatakan bahwa kedua mesin yang ditemukan dari lokasi kecelakaan telah dikirim untuk dianalisis pada Mei 2025 ke CFM International, produsen mesin pesawat Prancis-Amerika. ARAIB menambahkan bahwa investigasi tersebut juga melibatkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS, Administrasi Penerbangan Federal AS, dan Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil Prancis.

Namun, keluarga dan kerabat korban dengan tegas menolak hasil awal tersebut, dan menuntut transparansi yang lebih besar dalam investigasi. Mereka berpendapat bahwa temuan sementara tersebut kurang informasi penting tentang kerusakan mesin spesifik dan cakupan penuh dari tabrakan dengan burung tersebut.

Mereka menyerukan agar semua data perekam penerbangan dan mesin dipublikasikan. "Pada dasarnya, semua kesalahan dilimpahkan kepada burung dan pilot yang tewas," ujar Hwang Pill-kyu, kuasa hukum keluarga korban, kepada wartawan, Sabtu.

Kecaman dari Serikat Pekerja Jeju Air

Protes juga dilayangkan oleh serikat pilot Jeju Air. "Kami sangat marah dengan pengumuman sepihak ARAIB dan pemberitaan media yang tanpa filter atas pengumuman ini, dan kami dengan tegas menolak pembingkaian jahat yang berusaha mengalihkan kesalahan kepada pilot," kata serikat tersebut.

Serikat pekerja juga mengatakan bahwa investigasi tersebut mengabaikan faktor sistemik dan infrastruktur yang lebih luas, termasuk mengapa tanggul beton itu ada di bandara sejak awal dan siapa yang bertanggung jawab atas penempatannya - elemen yang mereka yakini dapat memperburuk hasil kecelakaan.

Seiring ARAIB melanjutkan investigasinya, mereka berencana untuk meminta masukan lebih lanjut dari keluarga korban, mengadakan dengar pendapat publik, dan, jika perlu, menginvestigasi tambahan bekerja sama dengan badan-badan seperti Badan Forensik Nasional. Laporan akhir ditargetkan bisa dirilis pada Juni 2026.

Sebelumnya, investigasi kasus kecelakaan pesawat Jeju Air yang tragis menarik perhatian dengan meninggalnya sosok utama dalam proses tersebut. Mengutip dari laman Koreaboo, Rabu, 22 Januari 2025, Son Chang Wan, mantan kepala Korea Airports Corp, ditemukan tewas di rumahnya. Kematian Son terjadi saat penyelidikan intensif mengenai kecelakaan pesawat masih berlangsung.

Tewasnya Sosok Penting di Awal Investigasi Kecelakaan Jeju Air

Menurut laporan polisi yang dirilis pada 21 Januari 2025, waktu setempat, Son ditemukan tak bernyawa di kediamannya. Pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki penyebab kematian, yang masih belum diketahui. Kematian Son menambah lapisan baru misteri pada penyelidikan yang sudah rumit ini.

Son Chang Wan menjabat sebagai kepala Korea Airports Corp dari 2018 hingga 2022. Selama masa kepemimpinannya, localizer sistem pendaratan instrumen di Bandara Internasional Muan direnovasi. Struktur beton yang menampung localizer tersebut menjadi sorotan setelah kecelakaan pesawat Jeju Air pada Desember 2024.

Pesawat tersebut tergelincir di landasan pacu tanpa roda pendaratan yang diperpanjang dan menabrak localizer, yang didesain ulang pada 2020 saat Son masih menjabat. Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan lalu mengumumkan rencana untuk menyelidiki lebih lanjut kecelakaan dan gundukan beton tersebut. Penyelidikan ini bertujuan untuk mengungkap apakah ada kelalaian atau kesalahan dalam proses renovasi yang berkontribusi pada tingginya jumlah korban.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |