Liputan6.com, Jakarta - Fenomena yang dikenal sebagai Sindrom Anak Perempuan Pertama atau Eldest Daughter Syndrome (EDS) jadi perbincangan hangat di media sosial. Ini menggambarkan beban tanggung jawab dan tekanan yang kerap dihadapi anak perempuan tertua di sebuah keluarga.
Anak perempuan sulung sering kali dihadapkan pada ekspektasi tinggi untuk jadi panutan bagi adik-adiknya, serta memikul beban emosional dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding saudara kandung mereka, melansir VICE, Jumat, 26 September 2025. Ekspektasi ini bisa muncul dari lingkungan keluarga maupun sosial, bahkan orangtua tanpa disadari.
Dampak jangka panjang dari sindrom ini bisa sangat signifikan, memengaruhi perkembangan kepribadian, cara berinteraksi dalam hubungan, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Terapis Pernikahan dan Keluarga Berlisensi, Kati Morton, LMFT, menjabarkan delapan tanda yang mungkin menunjukkan seseorang memiliki Eldest Daughter Syndrome.
"Singkatnya, mereka yang mengalami EDS bertanggung jawab atas lebih banyak pekerjaan rumah tangga dibandingkan saudaramereka," jelasnya di sebuah video TikTok, baru-baru ini.
Tanda-Tanda Umum Sindrom Anak Perempuan Pertama
1. Berjuang dengan Hiper-Tanggung Jawab
Anak perempuan sulung sering memikul lebih banyak tanggung jawab dalam keluarga dibandingkan adik-adiknya. Mereka bisa merasa harus jadi "orangtua mini" atau "terapis" bagi ibu, serta merawat adik-adik mereka, memikul beban emosional yang berat.
2. Berprestasi Berlebihan
Orangtua sering menetapkan standar dan ekspektasi tinggi untuk anak perempuan tertua. Hal ini membuat mereka merasa perlu untuk selalu mencapai kesempurnaan dan memenuhi ekspektasi tersebut.
3. Berjuang dengan Kecemasan
Banyak anak perempuan tertua berjuang dengan kecemasan karena mereka harus memikul beban masalah keluarga di pundak mereka sejak masih anak-anak, menyebabkan stres dan kekhawatiran berlebihan.
4. Penyenang Orang Lain
Kecenderungan untuk selalu menyenangkan orang lain adalah tanda umum, di mana mereka mengutamakan kebutuhan dan keinginan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri.
5. Kesulitan Menetapkan Batasan
Anak perempuan sulung mungkin tidak pernah belajar bahwa mereka bisa mengatakan "tidak" atau menolak ide yang tidak sesuai. Mereka bisa merasa "egois" saat mencoba menetapkan batasan karena terbiasa mengikuti aturan keluarga.
6. Benci terhadap Keluarga
Perasaan benci atau dendam terhadap keluarga bisa muncul karena beban yang dipikul dan kurangnya dukungan yang dirasakan, menyebabkan konflik internal.
7. Berjuang dengan Rasa Bersalah
Mereka sering diliputi rasa bersalah, merasa tidak melakukan cukup atau berharap bisa melakukan lebih banyak. Keinginan untuk kesempurnaan memicu rasa bersalah dan malu saat mereka gagal memenuhi standar yang tidak mungkin.
8. Hubungan Dewasa yang Bermasalah
Pola-pola ini dapat memengaruhi hubungan romantis dan interpersonal mereka di kemudian hari. Mereka mungkin terlalu menginginkan kendali atau, sebaliknya, terlalu memberi dan mengabaikan kebutuhan sendiri, menimbulkan kebencian dalam setiap hubungan baru.
Tidak Selalu Demikian
Sindrom Anak Perempuan Pertama sering muncul karena berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti tanggung jawab yang diberikan sejak kecil, ekspektasi sosial, dan cara pengasuhan dalam keluarga. Michelle Elman, seorang life coach dan boundaries expert, menyatakan bahwa beberapa orangtua menganggap anak perempuan pertama bertugas jadi orangtua kedua bagi adik-adiknya.
Akibatnya, mereka cenderung tumbuh jadi seorang pengasuh yang selalu siap membantu dan mengurus orang lain, sering kali mengorbankan kebutuhan pribadi mereka. Meski demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua anak perempuan tertua akan mengalami sindrom ini.
Pola pengasuhan dan kehidupan setiap keluarga sangat bervariasi, dan faktor-faktor ini berperan krusial dalam membentuk pengalaman individu. Namun, mengenali tanda-tanda dan memahami akar penyebabnya dapat membantu individu yang mengalaminya untuk mencari dukungan dan mengembangkan strategi penanganan yang sehat.