Liputan6.com, Jakarta - Teknologi pangan terkesan sebagai bahasan berat yang penuh dengan teori sulit. Namun di tangan kreator TikTok, Dennis Guido, topik ini bisa disajikan dengan cara yang asyik dan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Pemilik akun @naktekpang ini menempuh pendidikan teknologi pangan di Universitas Surya pada 2013–2017 dan sempat bekerja di industri sebagai peneliti dan pengembang produk makanan dan minuman.
"Awalnya, kuliah teknologi pangan itu pilihan orangtua. Tapi setelah kerja di industri, baru sadar ilmu yang saya pelajari bermanfaat banget," katanya saat jumpa pers di Jakarta, 13 Agustus 2025. Dari pengalaman itu, ia mulai mencari cara agar lebih banyak orang mengenal isu ini.
Ia memilih TikTok karena format video pendek bisa menjangkau banyak orang dengan cepat. "Saya ingin menyebarkan apa yang saya minati dan bermanfaat untuk orang lain," sebutnya. Dengan gaya santai, Dennis merangkum topik sains jadi obrolan ringan, membuat penonton paham tanpa merasa digurui, dan melihat bahwa ilmu pangan ternyata relevan.
Mengubah Sains Jadi Obrolan Ringan
Dennis sadar bahwa tantangan terbesar membuat konten edukasi adalah menyederhanakan bahasa ilmiah tanpa menghilangkan maknanya. Ia mengatakan, "Kalau kita belajar IPA di sekolah, kadang guru ngomong apa aja susah dimengerti."
Karena itu, ia menyiapkan proses yang rapi, mulai dari riset panjang, memilih satu pesan utama, hingga merangkumnya jadi video berdurasi 1─2 menit. "Videonya super pendek, cuma itu hasil dari research yang panjang banget dan ide yang lumayan kompleks."
Konsep yang ia gunakan, yaitu membicarakan sains seperti ngobrol santai dengan teman. Dennis menghindari istilah rumit, menjelaskan dengan perumpamaan yang mudah dipahami, lalu menutup video dengan tips yang bisa langsung dipraktikkan.
"Kuncinya bikin orang merasa dekat dan bisa relate sama konten yang kita buat." Dengan konsistensi, Dennis membuktikan, sains pangan bisa disampaikan secara ringan, menyenangkan, dan tetap bermanfaat.
Kolaborasi dan Berdampak
Cerita Dennis sejalan dengan langkah TikTok mendorong kreativitas lewat kampanye #Serunya17an dan fitur TikTokOne. Seiring pertumbuhan ekonomi digital yang digerakkan kreator dan pelaku usaha lokal, platform sosial ini bermaksud memperkuat perannya dalam memberdayakan komunitas untuk menciptakan dampak nyata.
Melalui TikTok One, kreator, komunitas, dan brand dari berbagai skala dapat berkolaborasi dan memaksimalkan potensi kreativitas untuk turut memajukan ekonomi digital. Communications Director TikTok Indonesia, Anggini Setiawan, mengatakan, "Kami percaya, semangat kemerdekaan, kreativitas dan aksi nyata komunitas TikTok memiliki ruang dan membuka peluang ekonomi di dalam ekosistem kreatif TikTok."
"Hal ini terlihat dari bagaimana lebih dari delapan juta kreator telah memperoleh penghasilan di TikTok, di mana 63 persen di antaranya mendapatkan penghasilan di atas rata-rata upah minimum di Indonesia."
Fitur STEM dengan Teknologi Pangan
Bagi kreator edukasi seperti Dennis, fitur ini membuka peluang besar untuk memperluas jangkauan sekaligus mengaitkan konten dengan proyek-proyek yang relevan. Kolaborasi tersebut bisa mendukung literasi pangan, promosi produk lokal, dan dukungan lain.
TikTok juga meluncurkan feed STEM, tab khusus dalam aplikasi berisikan konten Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika pada Maret 2025. Sejak peluncurannya, konten STEM di Indonesia terus diminati pengguna, di mana 52 persen dari komunitas TikTok kembali mengunjungi feed STEM setiap minggunya.
Namun, misi Dennis tidak berhenti di dunia digital. Ia mengatakan, "Aku sudah nggak pengin cuma muncul di belakang layar kaca, tapi mau hadir di komunitas masyarakat di Indonesia. Pangan-pangan lokal di Indonesia banyak banget yang belum terekspos dan belum punya suara di dunia, jadi aku mau kasih mereka panggung dan suara."