Liputan6.com, Jakarta - Reputasi maskapai nasional Jepang, Japan Airlines (JAL), sedang dipertaruhkan menyusul seorang pilot mereka tersandung kasus pelalaian tanggung jawab hingga menyebabkan tiga penundaan penerbangan. Pemicunya adalah minum alkohol berlebihan sebelum jadwal terbang yang telah ditentukan.
Menurut maskapai itu, mengutip Kyodo, Sabtu (6/9/2025), pilot itu menenggak tiga kaleng bir -masing-masing 568 ml- sekitar pukul 14.30, setelah terbang dari Jepang ke Honolulu, Hawaii, pada 27 Agustus 2025. Keesokan paginya, ia menggunakan alat tesnya sekitar 60 kali dengan setiap hasil menunjukkan adanya alkohol.
Pilot itu kemudian mengubah tanggal beberapa tes pada alat tersebut sehingga terkesan telah dilakukan sebelumnya. Namun tak lama setelah tengah hari pada keesokan harinya, yakni 28 Agustus 2025, ia memberitahu perusahaan bahwa ia tidak enak badan. Belakangan, ia mengaku bahwa ia minum alkohol sehari sebelumnya dengan hasil pada alat tesnya menunjukkan kandungan alkohol dalam tubuhnya.
Penerbangan ke Bandara Chubu di dekat Nagoya yang seharusnya ia piloti ditunda sekitar dua jam, sementara dua penerbangan menuju Bandara Haneda di Tokyo ditunda lebih dari 18 jam. Seorang pejabat senior Japan Airlines meminta maaf kepada publik dalam konferensi pers pada Kamis, 4 September 2025, dan berjanji akan menindak tegas pilot tersebut.
Pilot Berstatus Diawasi Ketat
Nyatanya, itu adalah kasus terbaru yang ia buat setelah tersandung kasus serupa sebelumnya. Kapten berusia 64 tahun itu bahkan ditandai maskapai sebagai seseorang yang membutuhkan pengawasan ketat setelah kadar alkohol di bawah ambang batas ditemukan pada hasil tesnya tujuh tahun lalu.
Menurut JAL, pilot itu telah berjanji untuk berhenti minum. Namun dalam penyelidikan internal, pilot itu mengaku telah minum sekitar 10 kali sejak Mei selama masa inapnya, kata perusahaan tersebut. Penyelidikan tersebut juga mengungkap kejadian-kejadian sebelumnya saat ia mengubah pengaturan tanggal pada alat tesnya.
Pada Desember 2024, JAL melarang pilotnya minum alkohol selama masa inap mereka sebelum penerbangan pulang, menyusul serangkaian masalah terkait alkohol yang melibatkan karyawan maskapai tersebut. Dalam wawancara perusahaan pada Agustus lalu, pilot tersebut diminta untuk berhenti minum dan ia berjanji untuk menghentikan kebiasaan tersebut, menurut JAL.
Pemerintah Jepang Turun Tangan
Sementara, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang (MLIT) segera turun tangan. Mereka mulai menginvestigasi mendalam di kantor pusat JAL di Tokyo pada 3 September 2025. Insiden ini terjadi setelah maskapai yang sama diperintahkan memperbaiki bisnis pada Desember 2024 menyusul masalah terkait konsumsi alkohol oleh karyawan mereka.
Pada April tahun lalu, seorang pilot JAL berurusan dengan polisi Amerika Serikat karena perilakunya yang mengganggu saat mabuk di hotel tempatnya menginap. Insiden serupa terulang pada Desember 2024. Dua pilot yang dijadwalkan terbang dari Melbourne ke Jepang gagal menjalani tes alkohol pra-penerbangan, sehingga keberangkatan pesawat tertunda.
Atas insiden beruntun, JAL mengajukan langkah-langkah kepada Kementerian Perhubungan untuk mencegah terulangnya insiden serupa pada Januari 2025. Itu termasuk membuat daftar karyawan yang diyakini memiliki riwayat konsumsi alkohol berlebihan untuk memantau perilaku mereka.
Kasus Serangan Siber
Tak hanya soal pilot bermasalah, Japan Airlines (JAL), maskapai penerbangan terbesar kedua di Jepang setelah All Nippon Airways (ANA), juga sempat menghadapi serangan siber besar-besaran pada Kamis pagi, 26 Desember 2024. Serangan ini mengganggu sistem internal dan eksternal maskapai, hingga menyebabkan kekacauan operasional yang memengaruhi penerbangan domestik dan internasional.
Mengutip MSN, serangan tersebut dimulai pukul 7.24 pagi waktu Tokyo. Di unggahan X, dulunya Twitter, maskapai tersebut menyatakan, "Hari ini, sejak pukul 7.24 pagi, kami telah mengalami serangan siber pada perangkat jaringan internal dan eksternal kami, yang menyebabkan masalah pada sistem yang berkomunikasi dengan sistem eksternal. Kami perkirakan hal ini akan memengaruhi penerbangan domestik dan internasional."
Meski maskapai mengakui adanya serangan, seorang juru bicara dari maskapai mengatakan pada AFP bahwa tidak ada pembaruan langsung mengenai potensi penundaan atau pembatalan penerbangan. Insiden ini menambah daftar panjang serangan siber yang menargetkan perusahaan-perusahaan besar di Jepang.