Liputan6.com, Jakarta Seperti orang-orang pada umumnya, Anna Wintour juga meniti karier hingga akhirnya menjadi legenda dalam dunia fashion. Ia bahkan sempat dipecat dari pekerjaannya sebagai junior fashion editor di majalah Harper’s Bazaar pada 1975.
Namun rupanya pemecatan ini punya efek positif untuk dirinya. Bahkan ia "merekomendasikan" pengalaman seperti ini untuk orang-orang lain.
Dilansir dari People, Minggu (7/9/2025), ia mengungkapkan hal ini dalam sebuah pemberitaan di New Yorker. Wanita 75 tahun ini mengenang, kala itu ia dipecat karena dianggap tak bakal pernah paham mengenai pasar Amerika.
"Menurutku semua orang sebaiknya pernah dipecat sekali," kata dia. Ia kemudian menambahkan, "Itu membantu kita menyeimbangkan semuanya."
Mantan Pemimpin Redaksi Vogue ini mengungkap, ia tak hanya belajar bangkit kembali, tapi juga mengasah kemampuannya, yang pada akhirnya membawanya ke New York Magazine pada 1981.
“Kemampuanku untuk melakukan banyak tugas sekaligus benar-benar terasah, karena tidak ada seorang pun di sana yang mengerti apa yang kulakukan,” ujarnya. Pada masa inilah, ia menarik perhatian Condé Nast, dan membuatnya mendapat tempat di Vogue Amerika.
Desainer Jeremy Scott memperlihatkan koleksi Moschino terbarunya lewat miniatur boneka yang berjalan di catwalk. Tak hanya itu, ia juga menampilkan figur fashion di baris depan seperti Anna Wintour dan Edward Enniful.
Bukan Hanya Sekali Cerita soal Pemecatan
Ini bukan pertama kalinya Anna Wintour menceritakan tentang pengalamannya dipecat. Ia juga pernah bicara mengenai hal ini dalam event Women in Journalism pada 1997.
Kala itu, wanita yang dikenal dengan model rambut bobnya ini menyebut dipecat oleh pemimpin redaksi Harper's Bazaar saat itu, Tony Mazzola. Alasannya, karena ia dianggap "terlalu Eropa."
"Saat itu aku tidak mengerti apa maksudnya, tetapi jika dipikir-pikir lagi, kurasa maksudnya adalah aku keras kepala, tidak mau menerima arahan, dan sama sekali mengabaikan kebutuhan editor saya mengenai pengakuan," kata Anna Wintour.
Ia menyimpulkan, "Di matanya, saya tidak komersial maupun profesional."
Sementara itu pada Juni lalu, Anna Wintour mengumumkan pada publik bahwa ia mengundurkan diri dari posisi sebagai pemimpin redaksi Vogue Amerika setelah 37 tahun menjabat. Ia menyebut alasannya mengambil langkah ini adalah demi regenerasi.
Alasan Anna Wintour Undur Diri
"Ketika saya menjadi editor Vogue, saya ingin sekali membuktikan kepada orang-orang yang mungkin mendengarkan, bahwa ada cara baru yang menarik untuk membayangkan sebuah majalah mode Amerika," ujar Anna Wintour kepada Vogue saat itu.
Ia melanjutkan, "Sekarang, saya merasa bahwa kebahagiaan terbesarku adalah membantu generasi editor yang bersemangat untuk terjun ke dunia jurnalistik dengan ide-ide mereka sendiri ... orang seperti itulah yang kita butuhkan saat ini untuk menjadi Kepala Editorial Vogue AS."
Sosok yang ditunjuk menjadi suksesornya, adalah Chloe Malle. Perempuan berusia 39 tahun ini telah meniti karier di publikasi fesyen itu selama 14 tahun hingga jadi editor Vogue.com dan pembawa acara podcast majalah tersebut, The Run Through.
Diwartakan BBC, pada 3 September lalu, penunjukan Malle menandai era baru bagi majalah tersebut, yang dianggap sebagai salah satu publikasi mode paling berpengaruh.
Perjalanan Karier Chloe Malle
Chloe Malle, yang merupakan putri dari aktris Candice Bergen dan sutradara film Prancis Louis Malle, tumbuh besar dengan membagi waktunya antara Paris dan Los Angeles hingga ayahnya meninggal dunia saat ia berusia 10 tahun. Sebelumnya, Malle meliput berita real estat untuk New York Observer.
Pekerjaan berikutnya sebagai penulis lepas membawanya ke Vogue, tempat ia memulai posisi penuh waktu sebagai editor sosial pada 2011, di usia 25 tahun. Layaknya adegan ikonis dalam film mode, "The Devil Wears Prada," Malle mengenang mengenakan busana yang "membosankan" saat wawancara kerja.
"Saya ragu-ragu saat wawancara, karena mode bukanlah salah satu minat utama saya," ucapnya.
Sementara Anna Wintour berkomentar, "Saya sangat senang dapat terus bekerja dengannya, sebagai mentor sekaligus muridnya, sementara ia memimpin kami dan para audiens kami ke tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya."