Liputan6.com, Jakarta - Geopark Kaldera Toba akhirnya meraih status kartu hijau atas keanggotaannya di jaringan UNESCO Global Geopark. Status itu ditetapkan pada pada sidang komite eksekutif ke-11 Konferensi Global Geopark Network di Kutralkura, La Araucania, Chile, Sabtu, 6 September 2025.
Sidang Global Geopark Network (GGN) dan Konferensi Internasional GGN digelar pada 5--12 September 2025 di Kutralkura, La Araucania, salah satu UNESCO Global Geopark di Chile.
"Selama konferensi internasional Global Geopark Network tersebut, para delegasi resmi berbagai negara berkumpul," tutur General Manager Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark Azizul Kholis di Medan, Sabtu, 6 September 2025, dilansir dari Antara, Senin (8/9/2025).
Azizul bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang membantu pencapaian itu, khususnya yang berada di tujuh kabupaten di Sumatera Utara, yakni Simalungun, Samosir, Toba, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Karo, dan Dairi.
"Kami berharap capaian ini menjadi batu loncatan untuk melakukan kolaborasi pengelolaan Kaldera Toba ke arah yang lebih baik lagi, dan bisa lebih nyata memberikan manfaat bagi masyarakat lokal," kata dia.
Geopark Kaldera Toba Dapat Kartu Kuning
Sebelumnya, posisi Geopark Kaldera Toba terancam karena sebelumnya mendapat kartu kuning dari UNESCO. Kartu kuning merupakan peringatan badan pengelola kawasan karena tidak memenuhi beberapa kriteria ditetapkan. Keputusan itu diambil dalam rapat UNESCO Global Geopark di Maroko pada 4--5 September 2023.
UNESCO meminta Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark memperbaiki kawasan sesuai arahan sebelum revalidasi dua tahun kemudian. Pada Juli 2025, dua asesor UNESCO langsung mendatangi Toba untuk merevalidasi status kawasan tersebut, yakni Prof Jeon Yongmun (Korea Selatan) dan Prof Jose Brilha (Portugal).
Sedikitnya empat geosite dikunjungi tim asesor UNESCO, yakni Sipinsur yang merupakan kawasan wisata alam di tepian Danau Toba dan Hutaginjang adalah satu desa dataran tinggi terbentuk dari debu vulkanik. Kemudian Taman Eden, taman seluas 40 hektare yang ditanami 100 jenis tanaman dilengkapi air terjun dan Hutan Sibaganding itu merupakan taman wisata primata.
Alasan Geopark Toba Dapat Kartu Kuning dari UNESCO
Sebelumnya, Wahyu Dito Galih Indharto, Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba (BPODT) menjelaskan alasan Indonesia sampai mendapat kartu kuning atas status Geopark Kaldera Toba. Pada Selasa, 22 Juli 2025, ia menyebut hal itu terjadi karena dampak dari pandemi Covid-19 yang membuat pemeliharaan Kaldera Toba kurang maksimal.
Minimnya jumlah wisatawan yang berkunjung karena terjadi pembatasan di masa pandemi membuat kawasan wisata tersebut kurang terurus. "Kartu kuning dari UNESCO ini bukan sebuah ancaman tapi anggap saja sebagai teguran agar kita bisa memperbaiki berbagai kekurangan. Kita terus berusaha memperbaiki apa saja yang kurang dalam beberapa tahun belakangan sampai sekarang ini," terang Dito.
"Dengan kunjungan UNESCO ini kita menunjukkan pada mereka bawah kita sudah menjalankan apa saja yang mereka rekomendasikan untuk diperbaiki," lanjutnya.
Pertahankan Status Kartu Hijau 2 Geopark Lainnya
Status kartu hijau merupakan penilaian tertinggi keanggotaan Global Geopark Network. Dengan status itu, Geopark Kaldera Toba berhak menyandang status UNESCO Global Geopark hingga empat tahun ke depan.
Kartu ini juga menjadi indikator standar pengelolaan terpenuhi sesuai protokol UNESCO Global Geopark, dan setiap anggota UNESCO Global Geopark akan ditinjau kembali statusnya setiap empat tahun untuk mengevaluasi pengelolaannya. Selain Geopark Kaldera Toba di Danau Toba, lanjut dia, Indonesia juga mempertahankan dua taman bumi lainnya, yakni Geopark Ciletuh - Pelabuhan Ratu di Jawa Barat, dan Geopark Rinjani Lombok di Nusa Tenggara Barat.
"Keputusan tiga geopark di Indonesia itu dibacakan oleh Setsuya Nakada ditunjuk sebagai pimpinan sidang," ungkap Azizul.