Liputan6.com, Jakarta - Seiring perkembangan lingkungan sosial, sejumlah tren kencan muncul, namun tidak semuanya baik. Salah satu yang toxic, menurut para ahli, adalah monkey-barring.
Melansir NY Post, Jumat, 22 Agustus 2025, monkey-barring merupakan tindakan berpegang teguh pada satu pasangan sambil menempatkan "pasangan" lain di belakang kekasih Anda saat ini. Karena terlalu takut jomlo, para pelaku kencan ini bertahan dengan satu pasangan, sampai pasangan berikutnya bisa dijangkau.
Namun, jangan samakan hal ini dengan poliamori yang sedang tren di kalangan Gen Z, yang bersifat suka sama suka dan terbuka. Para ahli memperingatkan, monkey-barring adalah tentang kelicikan dan pengkhianatan.
"Monkey-barring dan poliamori pada dasarnya berbeda," sebut pakar hubungan di Taimi, Angelika Koch, seperti dilansir dari Vice. "Monkey-barring didasarkan pada ketergantungan dan bisa dibilang merupakan bentuk perselingkuhan, sedangkan poliamori didasarkan pada kemampuan untuk mencintai beberapa orang dengan cara romantis sekaligus dan bukan kecurangan karena semua pihak yang terlibat menyetujuinya."
Pelaku Monkey-barring
Koch menjelaskan lebih lanjut, "Orang-orang yang melakukan hal ini sering kali kurang berkembang secara emosional, karena mereka terus-menerus menjalani hidup dengan rasa takut untuk menghindari kerja keras yang diperlukan demi menyembuhkan luka dalam hubungan masa lalu."
"Banyak orang menikmati sensasi melakukan ini karena memberi rasa aman bahwa Anda tidak akan sendirian," kata pakar hubungan tersebut. Ia menekankan bahwa berpindah dari "satu calon pasangan ke calon pasangan lainnya tidak memberi Anda ruang untuk benar-benar berkembang dan mengenal diri sendiri."
Perilaku ini dianggap sangat menipu karena melibatkan kebohongan yang disengaja terhadap pasangan "sah." Pasangan yang jadi korban monkey-barring sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang "diuji coba" atau "digantikan" oleh orang lain. Mereka percaya pada komitmen penuh dari pasangannya, padahal kenyataannya tidak demikian.
Merugikan Semua Pihak
Dampak dari monkey-barring sangat merugikan semua pihak yang terlibat. Bagi pelaku, melompat dari satu hubungan ke hubungan lain tanpa jeda tidak memberi ruang untuk introspeksi dan mengenal diri sendiri, padahal ini krusial untuk membangun hubungan yang sehat.
Bagi pasangan yang dibohongi, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit, pengkhianatan, dan kerusakan kepercayaan yang mendalam. Orang baru yang terlibat juga dirugikan karena mereka berkencan dengan seseorang yang sudah terikat, tanpa mengetahui kebenaran sepenuhnya.
Kejujuran adalah fondasi hubungan yang kuat, dan monkey-barring secara fundamental merusak fondasi tersebut. Ini bukan satu-satunya tren kencan yang muncul dengan nama yang menarik, akhir-akhir ini.
"Banksying," misalnya, yang terinspirasi seniman jalanan yang sulit dipahami, menggambarkan seorang pasangan yang perlahan-lahan menjauh secara emosional, meninggalkan pasangannya yang tidak menaruh curiga, seperti karya seni kejutan Banksy.
Tren Kencan Lainnya
Lalu, ada "submariner", yang menghilang berbulan-bulan, lalu muncul kembali di DM Anda seolah-olah tidak terjadi apa-apa, sebuah tren toksik di mana para ghoster kembali begitu saja dari dunia kencan yang kelam.
Selain "monkey-barring", ada beberapa tren kencan lain yang juga dianggap sebagai bentuk perselingkuhan, meski dalam skala yang berbeda. Salah satunya adalah "micro-cheating," yaitu perilaku perselingkuhan kecil yang sering dianggap remeh, namun berpotensi merusak kepercayaan dan membuka pintu bagi perselingkuhan yang lebih besar.
Contoh "micro-cheating" meliputi tindakan, seperti diam-diam menguntit mantan di media sosial, aktif di aplikasi kencan hanya untuk iseng, atau mengirim pesan genit pada lawan jenis tanpa sepengetahuan pasangan. Perilaku ini, meski tidak melibatkan kontak fisik, merupakan bentuk perselingkuhan emosional dan psikologis yang menunjukkan kurangnya komitmen.