Media Asing Soroti Pesona Pantai bak Surga Dunia di Indonesia yang Malah Dicuekin Gara-Gara Bali

5 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Pesona wisata Indonesia tidak melulu Bali, katanya, tapi lampu sorot atensi terus saja menyinari semata Pulau Dewata. Hal ini membuat sejumlah pantai-pantai bak surga dunia di Indonesia dicukein, menujuk ulasan terbaru sebuah media asing.

Bloomberg merilis artikel berjudul "Pantai-pantai bak surga tampak kosong karena Indonesia bertaruh hanya pada Bali yang sudah menjemukan," pada Jumat, 1 Agustus 2025, seperti dikutip dari The Strait Times, Sabtu, 2 Agustus 2025.

"Di Pantai Ora di Pulau Seram, yang dibingkai vegetasi tropis dan tebing kapur yang dramatis, perairannya seperti akuarium dan tidak ada satu pun influencer yang membawa ponsel pintar. Pengalaman seperti di Maladewa, dengan harga yang jauh lebih terjangkau," tulisnya sebagai pembuka ulasan.

Di Bali, yang berjarak 1,6 ribu kilometer (km) dari Pantai Ora, lalu lintas terpantau macet di sekitar sudut-sudut pura, udara penuh dengan polusi suara dari sepeda motor, sampah plastik berserakan di selokan, serta lonjakan pengunjung di banyak tempat telah mengaburkan hakikat spiritual terdalam pulau tersebut.

Bertaruh Sepenuhnya pada Bali

Outlet itu melanjutkan, "Namun, di sanalah pemerintah menempatkan sebagian besar taruhan pariwisatanya. Para pejabat ingin Bali jadi tujuan liburan dan segala hal lainnya."

"Ada rencana menjadikan Bali sebagai pusat perkantoran keluarga, pusat ekspor rumput laut, dan Presiden Prabowo Subianto pada akhir Juni (2025) meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus Sanur untuk mengembangkan wisata medis."

Sebagai destinasi yang paling diakui secara internasional, mengandalkan Bali merupakan "strategi yang disengaja" untuk membantu sektor pariwisata Indonesia pulih pascapandemi, menurut publikasi tersebut. "Namun, pendekatan ini tidak membuahkan hasil, karena pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut melambat seiring menurunnya pengeluaran wisatawan."

Sementara itu, operator pariwisata di wilayah lain di negara ini tengah membutuhkan investasi.  Irfan Muddin, yang telah mengelola Ora Sunrise View Resort sejak 2018, telah melobi pemerintah daerah selama bertahun-tahun untuk meningkatkan konektivitas guna mendongkrak pariwisata di Maluku.

"Bandara bisa dibangun di Pulau Seram yang memungkinkan penerbangan langsung domestik dan internasional," ujarnya, seraya menambahkan bahwa harga tiket pesawat regional juga akan turun.

Indonesia Menyia-nyiakan Potensi Wisatanya?

"Apakah Indonesia menyia-nyiakan potensi pariwisatanya? Dalam banyak hal, ya, tapi bukan karena kurangnya keindahan alam," sebut Dr. Samer El Hajjar, dosen senior pemasaran di Sekolah Bisnis NUS Singapura. "Ini lebih tentang eksekusi. Ada kesenjangan antara potensi dan kebijakan, antara apa yang bisa ditawarkan Indonesia dan apa yang sudah dilakukannya saat ini."

Kendala utama dalam meningkatkan destinasi wisata selain Bali adalah kurangnya koordinasi antar kementerian dan pemerintah daerah untuk meningkatkan infrastruktur dan konektivitas, sebut Bloomberg. Pemerintah Indonesia sebelumnya telah mencoba memprioritaskan pembangunan 10 Bali baru di daerah lain, tapi "proyek-proyek ini diam-diam terbengkalai."

Lonjakan pariwisata Bali pascapandemi tidak menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi pulau itu menurun jadi 5,5 persen tahun 2024 dari 5,7 persen pada 2023, sebagian disebabkan penurunan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara.

Di Pantai Ora, setiap hari, tepat pukul 18.20, "asap hitam pekat" mengepul dari pegunungan. Asap tersebut sebenarnya adalah ribuan kelelawar yang terbang keluar dari gua terdekat untuk mencari makan malam. Saat menjelajahi pulau-pulau, pengunjung dapat menyaksikan lumba-lumba dan penyu yang muncul dari dasar laut untuk mencari udara.

Kalah Saing

Namun, yang dimiliki Bali dan tidak dimiliki Pulau Seram adalah infrastruktur dan konektivitas. Indonesia tertinggal dari pesaing regional, seperti Thailand, yang memiliki beragam pilihan pantai bagi wisatawan, mulai dari Phuket hingga Koh Samui dan Krabi.

Vietnam, yang juga jauh lebih kecil secara geografis, menawarkan alternatif liburan yang relatif banyak, seperti Ha Long Bay dan Sa Pa di utara hingga Phu Quoc, yang sedang menjalani transformasi infrastruktur dan pariwisata besar-besaran menjelang APEC 2027, termasuk bandara tambahan yang dirancang untuk menampung 50 juta penumpang pada 2050.

Dr. El Hajjar dari Sekolah Bisnis NUS mengatakan, "Untuk benar-benar bersaing, Indonesia perlu bertindak lebih seperti federasi pariwisata, memberdayakan provinsi, dan membangun destinasi unik di dalam payung nasional. Potensinya ada."

Kemauan politik yang lebih kuat diperlukan, bersama "koordinasi yang lebih baik dan pola pikir pariwisata yang memperlakukan negara bukan sebagai satu tempat, melainkan konstelasi pengalaman luar biasa yang menunggu untuk ditemukan," tandasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |