Koki Lituania Sabet Juara Dunia Kompetisi Sushi 2025 di Jepang, Sebut Lebih Berharga dari Dapat Bintang Michelin

2 weeks ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Kejuaraan Sushi Dunia yang merupakan ajang tahunan kembali digelar World Sushi Skills Institute di Tokyo, Jepang. Pada tahun ini, seorang koki Lithuania yang berbasis di Oslo, Airis Zapašnikas, menjadi orang Lithuania pertama yang menyabet gelar master sushi terbaik di dunia.

"Bagi saya, sebagai master sushi dan juga orang Lithuania pertama yang meraih prestasi seperti ini, ini sangat penting. Ini merupakan konfirmasi langsung atas keterampilan saya. Saya akan mengatakan lebih banyak lagi - bagi saya, ini lebih berharga daripada menganugerahi restoran saya bintang Michelin," kata Zapašnikas dalam sebuah wawancara dengan portal LRT.lt, Jumat pekan lalu.

Dikutip dari euronews.com, Selasa, 2 September 2025, Zapašnikas mengalahkan 14 finalis lainnya yang bersaing untuk mendapatkan penghargaan bergensi tersebut. Ia diketahui mengelola restoran berbintang Michelin di Norwegia.

Ia mengungkapkan tantangan utama yang dihadapi dalam kompetisi yang digelar pada 19--22 Agustus 2025 itu. Ada aturan ketat yang harus dipatuhi para finalis.

"Jika seseorang tidak mematuhinya, misalnya, terus bekerja melewati waktu yang ditentukan, mereka akan didiskualifikasi. Jari terpotong berarti kehilangan banyak poin. Bahkan, membuang sepotong ikan yang tidak terpakai pun akan mengurangi poin," jelasnya.

Tantangan untuk Para Koki Sushi

Ia mengatakan bahwa para peserta harus menyiapkan ikan, sayuran, dan hidangan laut dengan benar, serta menyajikan hidangan sashimi dan Edomori yang terbuat dari ikan mentah yang diiris tipis. Seluruhnya harus dikerjakan dalam batas waktu yang tertentu. Selanjutnya, ke-15 finalis diminta untuk menciptakan hidangan orisinal.

"Pada tahap ini, peraturannya lebih longgar, dan kami diizinkan untuk menunjukkan kreativitas dan inovasi sepenuhnya. Dibandingkan dengan tugas-tugas di hari pertama, yang sangat tradisional dan berbasis masakan Jepang klasik, ini jauh lebih bebas," jelas Zapašnikas.

Selama enam minggu menjelang kejuaraan, ia mengaku berlatih setiap hari. Latihannya terus berlanjut setelah tiba di Tokyo, dari pagi hingga sore, hingga tak ada kesempatan untuk berwisata.

"Satu-satunya tujuan saya adalah tampil sebaik mungkin dalam kompetisi. Saya menganalisis acara tahun lalu secara detail, berkonsultasi dengan para pemenang sebelumnya, dan semua itu membuahkan hasil yang luar biasa – juara pertama," kata sang koki.

Peserta dari Seluruh Dunia

Menurutnya, para peserta datang dari seluruh dunia setiap tahun, semuanya profesional di bidangnya. Hal itu selaras dengan dorongan pemerintah Jepang agar lembaga yang menggelar kompetisi sushi tersebut menyediakan pendidikan dan meningkatkan standar kebersihan dan kuliner di kalangan koki sushi asing.

Penjuriannya, kata dia, sangat teliti dan ketat. Ia mengatakan bahwa para juri melihat detail yang mungkin tak terpikirkan oleh orang awam. Panel juri terdiri dari anggota senior institus yang juga memimpin pelatihan.

"Misalnya, apakah seragam Anda bersih dan rapi, atau apakah gerakan Anda tenang dan percaya diri. Mereka memeriksa praktik kebersihan, seperti apakah Anda membersihkan pisau setelah mengiris berbagai jenis ikan," ujarnya.

"Menerima penghargaan tertinggi dari guru dan master saya sendiri merupakan perasaan yang luar biasa dan pengakuan yang penting," ujarnya.

Wadah Edukasi dan Promosi Sushi ke Dunia

Zapašnikas secara teratur mengikuti pelatihan di lembaga tersebut dan terus meningkatkan keterampilannya meski tinggal jauh di belahan bumi barat. Setelah menyelesaikan level pertama, peserta akan menerima sertifikat keterampilan sushi umum.

Mereka yang memilih untuk melanjutkan dan lulus tes lanjutan dapat meraih sabuk cokelat, hijau, atau hitam. Tahun lalu, Zapašnikas dianugerahi sabuk hitam di Jepang. 

Lewat kompetisi tersebut, institut sushi satu-satunya di dunia itu ingin mempromosikan masakan dan budaya sushi autentik di luar Jepang dengan pengetahuan yang memadai. Pasalnya, sebelum ada pelatihan atau program edukasi tersebut, keracunan makanan kerap terjadi akibat para koki asing tak memiliki pengetahuan teoretis dan praktis yang memadai.

Foto Pilihan

Penari Reog Ponorogo dari Sedulur Warok Ponorogo Bekasi beraksi saat pembukaan acara Parade Wastra Nusantara 2025 yang di Grand Atrium Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). (KapanLagi.com/Budy Santoso)
Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |