Liputan6.com, Jakarta - Forum internasional CHANDI 2025 yang membahas isu kebudayaan dunia digelar di Bali sejak Selasa, 2 September 2025. Setidaknya 40 delegasi negara yang hadir di event yang dipimpin oleh Indonesia.
Dalam agenda hari kedua CHANDI 2025 yang digelar di Ballroom Bali Beach Convention Center, Rabu, 3 September 2025, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon memimpin jalannya sidang pertemuan tingkat menteri. Pertemuan itu membahas peran budaya yang berkelanjutan dalam pembangunan global serta merumuskan rencana aksi yang akan dituangkan dalam Bali Culturan Initiative Declaration 2025.
"Budaya menjadi sarana untuk mengubah perbedaan menjadi kohesi sosial, mekanisme adaptif dalam menghadapi ancaman iklim, kompas dalam menggunakan teknologi dengan bijak, sekaligus jembatan untuk memperluas inklusivitas," kata Menbud dalam pembukaan agenda kepada para delegasi yang hadir.
"CHANDI 2025 menjadi kesempatan yang dapat membuka ruang diskusi untuk membahas isu-isu vital budaya secara kolektif," imbuhnya, dikutip dari rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Kamis (4/9/2025).
Ia menyatakan ada empat bahasan utama dalam forum tersebut. Pertama, dampak ancaman iklim dan pelestarian warisan budaya. Topik itu menjadi acuan bagi para delegasi dalam menentukan upaya pelestarian budaya di masa depan mengingat satu dari enam warisan budaya dunia kini berada di bawah ancaman iklim.
Bahasan Utama CHANDI 2025
Kedua, transformasi digital dan pemanfaatan kecerdasan buatan yang bertanggung jawab dalam kebudayaan. "Pandemi telah mengungkap betapa rentannya institusi budaya, dengan kunjungan museum menurun hingga 70 persen secara global dan pendapatan merosot hingga 60 persen," jelas Menbud.
Di sisi lain, terdapat kesenjangan digital dalam penerapan teknologi yang tidak bisa diabaikan. Etika penggunaan kecerdasan buatan dalam bidang kebudayaan, termasuk isu transparansi, perizinan, serta risiko tergerusnya keberagaman budaya, juga memerlukan perhatian serius.
Ketiga, budaya sebagai mesin penggerak ekonomi melalui Cultural and Creative Industries (CCIs) dan generasi muda. Industri ini diperkirakan bernilai sekitar 4,3 triliun dolar Amerika Serikat atau sekitar 6 persen dari perekonomian dunia, mendukung lebih dari 30 juta lapangan kerja, serta menjadi motor bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sekaligus ruang bagi kreativitas generasi muda.
Keempat, perlindungan budaya dalam situasi konflik. Berbagai objek budaya menghadapi risiko perusakan, penjarahan, hingga perdagangan ilegal, sementara lemahnya kerangka hukum dan kerja sama lintas batas membuat perlindungan atas objek budaya masih jauh dari harapan.
Suara Hati dari Delegasi Palestina
Dari empat bahasan utama, soal dampak konlik pada pelestarian budaya jadi isu hangat di antara delegasi. Menteri Kebudayaan Palestina Imadeddin A.S. Hamdan Fawzyah menyuarakan isi hati mewakili negaranya yang kini porak-poranda dihantam Israel secara membabi-buta.
Sebagai negara yang terdampak konflik, Imadeddin mengatakan bahwa perang telah menghancurkan sejarah, memori kolektif, dan melukai identitas nasional sebuah bangsa.
"Di Gaza, ratusan seniman kehilangan nyawa dan bangunan bersejarah mengalami kerusakan. Meskipun demikian, Palestina terus meluncurkan program pelestarian budaya termasuk pengembangan industri budaya yang menyuarakan kemanusiaan," jelasnya.
Situasi di Palestina, khususnya Gaza, menarik simpati Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, Mohamed Trabelsi. Ia menyatakan, "Budaya di Palestina adalah unsur utama dalam peradaban Palestina, ini harus kita lindungi. Tunisia akan terus suarakan perdamaian dunia."
Untuk itu, ia mendorong agar CHANDI 2025 menjadi medium untuk memperkuat hubungan diplomasi yang berlandaskan kerja sama dan pemahaman bersama. Hal senada juga dilontarkan Menteri Kebudayaan Syria Mohammed Yassin Saleh yang negaranya juga terdampak konflik.
5 Komitmen Bersama Antar-Negara
Yassin mengatakan, "Budaya adalah inti dari diplomasi antarbangsa, serta jalan utama untuk membangun dunia yang lebih adil dan manusiawi. Budaya memiliki kekuatan untuk menjadi kompas perdamaian, penggerak pembangunan, dan modal kemanusiaan dalam menghadapi masa depan."
Di samping itu, para kepala delegasi juga menempatkan perhatian yang sama terkait ancaman iklim dan konflik terhadap keberlangsungan warisan budaya. "Budaya merupakan sebuah kohesi sosial, sumber ketangguhan, dan keberlanjutan. Kondisi krisis ataupun konflik harus dipetakan bersama," ucap Menteri Dalam Negeri dan Warisan Budaya Zimbabwe, Kazembe Raymond Kazembe.
Menutup rangkaian sidang, Fadli Zon menegaskan lima komitmen hasil diskusi. Kelimanya meliputi integrasi budaya dalam pembangunan berkelanjutan, pemajuan diplomasi budaya untuk perdamaian, pemanfaatan transformasi digital dan kecerdasan buatan yang bertanggung jawab, pemberdayaan generasi muda serta industri budaya dan kreatif sebagai motor pertumbuhan inklusif, serta penguatan upaya pelestarian warisan budaya, repatriasi, dan pemberantasan perdagangan ilegal warisan budaya.