Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari para pendaki gunung di Indonesia hampir dalam waktu yang bersamaan. Salah satunya yang paling menarik perhatian, termasuk dari Fiersa Besari adalah pendaki Brasil yang terjatuh di jurang Gunung Rinjani.
Pendaki bernama Juliana itu ditemukan meninggal dunia dan telah melalui proses evakuasi yang dramatis. Penyanyi sekaligus penulis buku, Fiersa Besari menyampaikan rasa dukacita yang mendalam. Tak hanya pada Juliana, tapi juga beberapa pendaki gunung yang meninggal dunia dalam waktu yang berdekatan.
Mereka adalah Jovita Diva Prabudawardani yang berusia 21 tahun dan Ayon alias Indra yang sudah termasuk lansia. Jovita adalah seorang pendaki tektok atau naik dan turun sekali waktu yang terpeleset dan jatuh ke dalam jurang sedalam 180 meter di Gunung Muria Kudus Ia ditemukan meninggal dunia oleh tim SAR gabungan pada Rabu, 25 Juni 2025.
Sedangkan Indra (65) ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), di tebingan curam yang dalam juga di hari Rabu, 25 Juni 2025. Ia dievauasi tim SAR Gabungan setelah meenghilang sejak Minggu, 22 Juni 2025.
Fiersa Mengapresiasi Usaha Tim SAR
"Turut berduka cita atas berpulangnya Juliana Marina (Gunung Rinjani), Jovita Diva (Gunung Muria), dan Bapak Indra (Gunung Salak), dalam kurun waktu yang berdekatan," tulis Fiersa di akun X miliknya, @fiersabesari, Kamis, 26 Juni 2025.
Tak hanya menyampaikan ungkapan duka, pelantun Waktu Yang Salah ini juga mengapresiasi tim SAR yang berjuang keras melakukan proses evakuasi di tengah cuaca puncak gunung yang ekstrem.
"Salam hormat untuk Basarnas, dan para relawan yang sudah mengerahkan segala tenaga, waktu, upaya. Jasamu abadi," tambah Fiersa. Kejadian ini membuat Fiersa merasa prihatin akan peristiwa tersebut dan mengucapkan rasa duka yang mendalam.
Fiersa sendiri punya pengalaman hampir serupa yang menimpa temannya sesama pendaki gunung. Insiden memilukan terjadi dalam pendakian Puncak Carstensz, puncak tertinggi di Indonesia pada Jumat 28 Februari 2025. Dua pendaki wanita, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia di ketinggian 4.884 mdpl. Fiersa Besari diketahui juga ikut serta dalam ekspedisi Puncak Carstensz tersebut.
Teman Pendaki Fiersa Besari
Sebelum mengeluarkan pernyataan resmi, melalui akun sosial media Instagram miliknya @fiersabesari, dia mengunggah layar hitam dengan emot hati yang patah dengan backsong lagu sendu. Melansir kanal News Liputan6.com, 5 Maret 2025, Fiersa yang dikenal luas lewat karya musik indie-nya dan aktivitasnya di Komunitas Pecandu Buku, memiliki jutaan pengikut di TikTok @fiersabesari.
Sempat tidak bisa dihubungi, musisi dan pendaki Fiersa Besari akhirnya memberikan kabar terkait kondisinya pasca-tragedi di Carstensz Pyramid.Dalam pernyataannya, Fiersa Besari mengungkapkan belasungkawa mendalam atas meninggalnya dua rekan pendaki, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono.
"Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan. Semoga Bu Lilie dan Bu Elsa diberikan tempat terbaik di sisi-Nya," tulis Fiersa dalam unggahannya di Instagram dikutip pada Senin 3 Maret 2025.
Fiersa juga menyampaikan permintaan maaf karena baru bisa berkabar. Menurutnya, situasi di Carstensz Pyramid begitu mengejutkan dan menyedihkan bagi semua yang berada di sana. "Karena kami yang berada di basecamp Yellow Valley (YV) pun merasa sangat syok dan berduka atas tragedi yang telah terjadi," kata Fiersa.
Tantangan Ekstrem untuk Pendaki
Dalam keterangannya, Fiersa Besari memastikan bahwa dirinya dalam kondisi baik meskipun sempat tertahan di Yellow Valley akibat cuaca buruk.
"Saat ini, saya dan Furky Syahroni baru tiba kembali ke Timika, Papua Tengah (3 Maret 2025) setelah tertahan di YV terkait cuaca buruk yang berdampak pada lalu lintas helikopter (satu-satunya akses resmi ke YV untuk saat ini adalah helikopter). Kondisi kami Alhamdulillah stabil," ucap Fiersa Besari.
Fiersa Besari juga memberikan informasi tambahan terkait pendakian tersebut. Ia tergabung dalam tim yang terdiri tiga orang, sedangkan Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono berada dalam tim terpisah, beranggotakan empat orang dan menggunakan operator tur yang berbeda.
Tragedi ini menyoroti kembali tantangan ekstrem yang dihadapi para pendaki di Carstensz Pyramid, puncak tertinggi Indonesia yang dikenal dengan medan berat serta kondisi cuaca yang sulit diprediksi.