Fenomena Musim Putus Cinta di Bulan September, Begini Alasan Ilmiahnya

1 hour ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Bulan September sering kali dikaitkan dengan berbagai hal baru, seperti kembali dimulainya perkuliahan setelah liburan. Namun, tahukah Anda bahwa bulan ini juga dikenal sebagai musim putus cinta? Fenomena ini bukan sekadar mitos belaka, melainkan didukung beberapa faktor psikologis dan sosial yang menarik.

Menurut berbagai pengamatan, melansir VICE, Senin, 15 September 2025, banyak pasangan yang memutuskan mengakhiri hubungan mereka di bulan kesembilan ini. Perubahan lingkungan dan pola pikir individu jadi pemicu utama di balik tren yang cukup mencolok ini.

Namun, alasan September jadi musim putus cinta patut dipahami lebih dalam. Secara historis, bulan ini dianggap sebagai periode penutupan dan awal baru dalam banyak aspek kehidupan. Setelah euforia liburan musim panas berakhir, banyak orang kembali ke rutinitas harian mereka, yang secara tidak langsung memicu refleksi diri.

Dimulainya aktivitas normal mendorong banyak individu kembali ke rutinitas lebih terstruktur. Transisi ini sering kali jadi momen mengkaji ulang prioritas dan tujuan hidup, termasuk dalam konteks hubungan asmara.

Transisi Musim dan Evaluasi Diri

Perubahan musim, yakni kemarau ke hujan untuk Indonesia, dapat membuat individu berada dalam suasana hati yang kontemplatif. Tina Wilson, seorang pakar kencan, menjelaskan bahwa pergeseran suasana ini memicu periode refleksi diri yang mendalam.

Pola pikir "awal yang baru" ini tidak hanya berlaku untuk karier atau pendidikan, tapi juga meluas ke hubungan pribadi. Individu cenderung mengevaluasi kembali kemitraan atau gaya hidup mereka saat ini sebelum akhir tahun, mencari keselarasan dengan tujuan hidup yang baru.

Mendekatnya musim liburan akhir tahun juga jadi salah satu alasan bulan September jadi musim putus cinta. Banyak orang mulai mengevaluasi kembali hubungan mereka sebelum jadi lebih serius, terutama karena liburan sering kali membawa tekanan untuk melibatkan atau memperkenalkan pasangan pada keluarga dan orang terkasih.

Tekanan Hubungan Menjelang Musim Liburan

Tekanan untuk membawa pasangan ke acara keluarga atau pertemuan sosial selama musim liburan bisa jadi beban bagi hubungan yang belum stabil. Hal ini mendorong beberapa pasangan membuat keputusan penting mengenai masa depan hubungan mereka sebelum situasi jadi lebih rumit.

Selain itu, hubungan singkat yang terbentuk selama musim panas, atau yang sering disebut "summer flings," cenderung memudar di bulan September. Hubungan-hubungan ini acap kali tidak memiliki fondasi yang kuat dan hanya bertahan selama periode liburan yang santai, sehingga mudah berakhir saat rutinitas kembali.

Beberapa orang juga mungkin mencari koneksi yang lebih serius untuk "cuffing season," yaitu periode di mana orang ingin memiliki pasangan untuk menghabiskan liburan akhir tahun bersama. Ini berarti hubungan yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan diakhiri.

Lolos dari Musim Putus Cinta

Jika khawatir tentang kondisi hubungan Anda pada September ini, ketahuilah bahwa apapun yang dimaksudkan untuk bertahan lama akan mampu bertahan dari tekanan bulan ini. Meski demikian, ada banyak cara untuk mencegah konflik selama masa ini. Misalnya, jika Anda memiliki keraguan tentang pasangan atau hubungan Anda, komunikasikan hal tersebut sebelum benar-benar meninggalkan hubungan tersebut. Anda tidak pernah tahu kompromi apa yang mungkin bersedia dilakukan pasangan Anda.

Selain itu, Anda bisa menetapkan standar dan batasan sendiri terkait liburan. Jika belum siap mengajak pasangan, tidak apa-apa—asalkan kalian berdua sepaham. Jalani hidup dengan kecepatan Anda sendiri, dan jangan memaksakan apapun yang terasa tidak tepat. Biarkan mengalir apa adanya.

Bila Anda memutuskan berpisah dari pasangan, cobalah melihatnya sebagai hal yang positif. Kemungkinan besar, pasti ada alasan kuat di baliknya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |