Liputan6.com, Jakarta - Singapura selama ini dikenal sebagai kota modern, aman, dan tertata. Di balik citra itu, ada sisi lain yang jarang dibicarakan, seperti kisah-kisah mistis, tragedi sejarah, dan lokasi angker yang kini menjadi daya tarik wisata gelap (dark tourism).
Dark tourism atau thanatourism adalah perjalanan ke tempat yang terkait kematian, perang, atau bencana. Istilah ini muncul pada 1996, meski praktiknya sudah ada sejak abad ke-16. Melansir The Strait Times, Senin, 8 September 2025, saat ini, pasar wisata gelap global mencapai USD32,69 miliar (sekitar Rp533 triliun) pada 2025 dan diproyeksikan naik menjadi USD39,38 miliar (sekitar Rp642 triliun) pada 2032.
Di Singapura, tur wisata gelap makin berkembang, menggabungkan narasi sejarah dengan urban legend. Peserta lebih menyukai kisah supranatural dibanding fakta murni, sehingga operator tur memadukan keduanya.
Beberapa lokasi yang sering dikunjungi adalah Fort Canning, Kranji War Memorial, Changi Chapel and Museum, hingga Changi. Wisata gelap di negara ini menghadirkan hiburan sekaligus sarana untuk mengenang masa lalu Singapura yang singkat namun penuh dinamika.
Jejak Mistis Changi
Changi identik dengan kisah angker, terutama bekas Rumah Sakit Changi yang ditutup sejak 1997. Di dekatnya, terdapat 35 Hendon Road yang menyimpan cerita menyeramkan tentang seorang staf bank yang melihat rekannya di cermin toilet, padahal ruangan kosong. "Namun saat ia melihat lagi ke cermin, bayangan rekannya masih ada – tersenyum padanya."
Kisah ini populer dan menjadi bagian dari tur Walk with Hantu: Changi yang digagas komunitas Supernatural Confessions. Tur ini menggabungkan cerita mistis dengan catatan sejarah.
Changi pernah menjadi markas Royal Engineers dan Far East Air Forces. Pada masa pendudukan Jepang, tawanan perang dipaksa membangun landasan pesawat yang kelak dipakai Royal Air Force dan akhirnya menjadi bandara utama Singapura.
Salah satu pemandu tur adalah Jonathan Lim, seniman teater lokal sekaligus co-guide tur, yang wafat pada Januari 2025. Ia menegaskan, "Kami bukan penebar ketakutan… Hantu menambah rasa, sejarah memberi substansi." Itulah yang membuat Changi jadi magnet wisata gelap paling populer di Singapura.
Pengalaman Interaktif di Dempsey Hill
Tur wisata gelap juga hadir di Dempsey Hill lewat Spooky Tours oleh Jane’s Singapore Tours pada 2024. Dalam tur ini, Danielle Van de Velde, seorang guru spiritual dan medium psikis, memperkenalkan dowsing rods dan pendulum untuk merasakan energi lokasi bersejarah.
Menurutnya, "Energi menumpuk di lokasi sarat sejarah atau emosi, seperti rumah sakit atau medan perang, meninggalkan jejak seperti radio yang masih berputar." Peserta diajak mencoba langsung di lapangan terbuka yang sunyi, jauh dari keramaian Dempsey.
Selain elemen mistis, tur ini juga mengangkat sejarah kelam. Salah satunya Pemberontakan Singapura 1915, ketika pasukan sepoy Muslim dari 5th Light Infantry melakukan perlawanan di Tanglin Barracks setelah percaya rumor akan dikirim melawan sesama Muslim di Kekaisaran Ottoman.
Pemberontakan itu menewaskan 32 orang sebelum dipadamkan dengan bantuan pasukan asing. Sebanyak 47 prajurit kemudian dieksekusi di depan umum. Dempsey Hill menjadi saksi salah satu tragedi militer paling keras di masa kolonial.
Wisata Gelap Digital dan Isu Etika
Tidak semua orang berani mengunjungi lokasi angker langsung. Karena itu, wisata gelap virtual tumbuh lewat YouTube dan TikTok. Sneaky Sushii misalnya, pernah merekam dirinya di unit HDB Toa Payoh lokasi kasus pembunuhan Adrian Lim 1981.
Kanal Hellbank Asia mengeksplorasi Bukit Timah, Aloha Changi, dan MacRitchie Reservoir yang menyimpan kisah perang hingga kasus kriminal 2005. Sementara itu, After Midnight SG mendokumentasikan Desa Hainan di Thomson Nature Park hingga penjara tua di Johor Bahru.
Fenomena ini memunculkan perdebatan etika. Dr. Manisha Agarwal dari James Cook University Singapore, yang meneliti dark tourism sejak 2020, menekankan pentingnya praktik pariwisata yang bertanggung jawab agar tragedi tidak diperdagangkan. Wong Zhen Hai dari Hellbank Asia menambahkan, timnya 'menghindari glorifikasi atau detail berlebihan'”
Sejarawan Jerome Lim juga mengingatkan banyak kisah menyeramkan Old Changi Hospital tidak punya dasar sejarah. Meski begitu, daya tarik wisata gelap tetap kuat, karena seperti kata Jonathan Lim, ia berada 'di garis tipis antara rasa takut dan kesenangan, seperti menaiki roller coaster'.