Liputan6.com, Jakarta Gemerlap cahaya, tepuk tangan meriah, dan deretan kain batik indah mewarnai gelaran Parade Wastra Nusantara 2025 yang digelar Fimela.com. Di antara busana penuh warna itu, ada Batik Pakis Asia dari Tarakan, Kalimantan Utara, yang ikut unjuk pesona dengan cerita budaya lewat motif-motifnya yang khas.
Pendiri Batik Pakis Asia, Adi Setyo Purwanto atau akrab dipanggil Anto mengaku tak menyangka batik miliknya tampil mempesona di panggung busana.
“Itu saya acungkan jempol, sangat luar biasa. Saya bisa ikut andil bagian acara parade wasta. Apalagi didesain bersama desainer Wignyo Rahadi. Wah, itu saya acungkan jempol yang sangat banyak lah,” ucapnya kepada Liputan6.com
Menyambut Parade Wastra Nusantara tersebut, Anto panggilan akrabnya menghadirkan motif batik yang beda dari biasanya. “Motif-motif itu memang sengaja saya buat khusus untuk acara fashion show itu. Jadi memang itu motif yang di-request dari desainer, enggak ada untuk keseharian yang saya buat,” jelasnya.
Anto membeberkan kalau motif batik yang ditampilkan memadukan berbagai unsur budaya Tarakan dan Kalimantan Utara. "Filosofinya saya ambil dari motif-motif yang ada di Tarakan, istilahnya perpaduan dari unsur-unsur orang Dayak. Jadi perpaduan dari banyak suku-suku yang ada di sini itu yang saya gabungkan menjadi satu keutuhan kain yang memang saya tampilkan di acara Parade Wastra Nusantara itu,” ujar Adi.
Jaga Warisan Tradisi dengan Mengikuti Tren
Bagi Anto, batik harus bisa mengikuti zaman. Motif yang diciptakan tidak hanya berakar dari tradisi, tetapi juga menyesuaikan dengan selera anak muda.
“Kita harus tahu selera anak muda, Gen Z, itu harus kita padupadankan. Jadi enggak cuma kesannya batik itu dipakai orang tua, tetapi dipakai untuk semua kalangan usia. Berarti mengikuti tren zaman sekarang tanpa meninggalkan sisi tradisinya,” katanya.
Anto mengatakan tampil di Parade Wastra Nusantara menjadi kebanggaan tersendiri. Terlebih, Batik Pakis Asia mendapat respon positif dari masyarakat luas bukan hanya di Tarakan.
“Feedback-nya sangat bagus. Dengan adanya parade wastra itu, akhirnya motif-motif batik kami yang dulunya hanya dikenal segelintir orang, kini banyak orang yang lebih paham dan lebih mengenal batik Kaltara, seperti apa dan motifnya ada apa saja,” katanya.
Ia menilai Parade Wastra sangat penting untuk melestarikan wastra nusantara.
“Dengan adanya Wastra Nusantara ini kan menggali potensi daerah, menggali potensi motif-motif yang ada di daerah yang tadinya tidak dikenal akhirnya bisa lebih dikenal. Orang jadi paham dengan motif-motif yang ada,” jelasnya.
Tak lupa, Anto menyampaikan apresiasi atas dukungan Wali Kota Tarakan dalam melestarikan Batik dari Tarakan dan mengenakan batik dalam setiap kegiatannya.
"Motif-motif batik itu kemarin juga dipamerkan saat acara pesta budaya yang di Tarakan. Pak Wali pun ikut juga. Betul-betul sangat luar biasa, sangat-sangat meriah sekali,” ujarnya.
Motif-motif Batik Pakis Asia
Motif ini terinspirasi dari budaya suku Dayak dan Suku Tidung. Kegunaan topi ini biasa dikenakan keseharian saat pergi berladang dan melaut bagi nelayan masyarakat suku Tidung untuk menghindari dari terik matahari dan hujan. Dipadukan dengan ornamen hiasan rumah untuk memperindah tampilan pada istana kesultanan dan rumah ningrat pada zaman dulu.
Motif Semandak Gedabang atau Anak Gadis dan Topi Saung
Sebuah anyaman rotan yang dikerjakan seorang Anak gadis dalam kisah diceritakan. Dia mengerjakan dalam waktu semalam demi mendapatkan keinginan sang pujaan hati. Motif ini dipadukan dengan Gedabang atau Saung yaitu topi orang Dayak yg biasa dipergunakan saat pergi berladang atau sebagai pelindung dari panas dan hujan.
Motif KAPAH
Desain batik yang diambil dari kekayaan alam pesisir Tarakan. Hasil laut yang melimpah memberi kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar pesisir. Kapah atau jenis Kerang besar hidup diantara pasir pantai dan air laut yang tersebar luas di sepanjang pesisir pulau Tarakan.