2 Turis Korea Selatan Ikut Tewas dalam Kecelakaan Kereta Funikular di Lisboa Portugal

1 month ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkapkan bahwa dua warga negaranya termasuk di antara korban tewas dalam kecelakaan kereta funikular di Lisboa, Portugal yang menewaskan sedikitnya 16 orang pada Jumat (5/9/2025). Korban tewas tersebut adalah seorang pria dan seorang wanita, sementara seorang wanita Korea lainnya yang terluka masih dirawat intensif setelah menjalani operasi.

Kementerian tidak merinci identitas para korban. Mengutip The Korea Times, mereka menambahkan bahwa misi diplomatik Korea Selatan di Portugal saat ini bekerja sama erat dengan otoritas setempat. Mereka fokus mendukung para korban luka sekaligus membantu menghubungi keluarga para korban.

Insiden kereta gantung mematikan itu terjadi pada Rabu, 3 September 2025, ketika sebuah gerbong yang mirip trem di jalur kereta kabel Gloria Lisbon tergelincir, jatuh menuruni bukit, dan akhirnya menabrak sebuah bangunan. Otoritas setempat mengonfirmasi bahwa setidaknya 16 orang meninggal dunia dan 22 orang lainnya terluka. Dari jumlah korban tewas tersebut, lima di antaranya adalah warga Portugal, satu warga Amerika Serikat, satu warga Swiss, serta dua warga Korea Selatan.

Portugal Nyatakan Hari Berkabung Nasional

Pemerintah Portugal kemudian menetapkan hari berkabung nasional. Bendera dikibarkan setengah tiang dan masyarakat terlihat meninggalkan bunga di lokasi kecelakaan sebagai bentuk penghormatan bagi para korban. 

Insiden memilukan yang menimpa salah satu ikon kota sekaligus objek wisata populer di Lisboa itu disaksikan banyak pihak. Salah satunya António Azevedo, seorang sopir tuk-tuk, yang berada di pusat kota pada Rabu sore, 3 September 2025. Saat sedang mengumpulkan cukup banyak wisatawan untuk naik tuk-tuknya, ia mendengar suara seperti puluhan kontainer kaca dijatuhkan ke dalam truk sampah.

Mengutip The Guardian, Avezado melihat sekeliling Alun-alun Restauradores tetapi tidak melihat truk, hanya asap mengepul dari stasiun bawah kereta gantung Elevador da Glória, 100 meter dari tempat kendaraannya diparkir. Azevedo dan pemilik bisnis lokal lainnya bergegas ke lokasi kejadian dan mendapati salah satu trem Glória tergelincir dan menabrak sebuah gedung di Avenida da Liberdade, jalan utama Lisboa.

Upaya Penyelamatan Korban Kecelakaan

Terkejut, bingung, dan tidak yakin harus berbuat apa di tengah teriakan dan tangisan, para relawan mulai memunguti potongan-potongan logam dari tanah, bertanya-tanya apakah mereka harus mencoba mengangkat sisa-sisa struktur utama trem untuk berjaga-jaga jika ada korban selamat yang terjebak di bawahnya. Seorang rekan penyelamat menyerahkan seorang anak laki-laki yang berdarah kepada Azevedo, yang memeluknya sambil menangis memanggil ayahnya.

Tidak lama kemudian, polisi dan petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian dan memerintahkan Azevedo dan yang lainnya untuk tidak menyentuh atau memindahkan apa pun. Azevedo mengatakan, "Saya ingat melihat sekeliling, tangisan dan jeritan itu berubah menjadi keheningan total."

Ia lalu menambahkan, "Ada setumpuk mayat yang tidak meminta pertolongan. Mereka tidak lagi bergerak, beberapa terkoyak. Saya belum pernah melihat yang seperti ini."

Spekulasi Penyebab Kecelakaan Kereta Funikular

Mohammad Farid, pemilik toko suvenir, bergegas turun dari toko suvenirnya di Alun-alun Restauradores untuk membantu. Namun bagi banyak orang, sudah terlambat.

Ia mengatakan, "Kami ingin menyelamatkan orang, menyelamatkan nyawa, tetapi tidak ada yang meminta pertolongan karena mereka sudah meninggal. Mereka meninggal dalam hitungan detik."

Hingga kini, polisi masih menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Namun, warga melontarkan asumsi sendiri soal penyebab kecelakaan berdasarkan pengalaman pribadi. Pada 1970-an, Argentina Pereira, yang kini berusia 80 tahun, pernah bekerja di Hotel Suisso Atlântico di Rua da Glória, tempat trem tergelincir.

Ia bercerita soal kemungkinan kelebihan beban yang ditanggung kereta funikular tersebut sejak Lisboa menjadi destinasi wisata di Eropa dalam dekade terakhir. "Sekarang mereka mengizinkan lebih dari 40 orang untuk naik, tetapi dulu, tidak lebih dari 20 orang yang bisa bepergian pada saat yang bersamaan. Saya pikir 40 orang mungkin terlalu banyak, dan jika mereka menginginkannya seperti itu, mereka harus melakukan inspeksi berkala setiap dua minggu," ujarnya.

Foto Pilihan

Penari Reog Ponorogo dari Sedulur Warok Ponorogo Bekasi beraksi saat pembukaan acara Parade Wastra Nusantara 2025 yang di Grand Atrium Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). (KapanLagi.com/Budy Santoso)
Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |