Liputan6.com, Jakarta Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia selalu diwarnai dengan beragam tradisi yang kaya akan makna. Salah satu aspek paling menonjol adalah kehadiran berbagai makanan khas Maulid Nabi dari setiap daerah. Hidangan-hidangan ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan wujud syukur umat Islam.
Setiap sajian kuliner tradisional ini menyimpan filosofi mendalam yang diwariskan secara turun-temurun. Dari Aceh hingga Jawa, masyarakat merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara unik, mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan kearifan lokal. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan spiritual di tengah masyarakat.
Artikel ini akan mengulas beberapa makanan khas Maulid Nabi dari berbagai penjuru Nusantara. Kita akan menyelami deskripsi, tradisi penyajian, hingga makna filosofis yang terkandung di balik setiap hidangan istimewa ini. Mari kita telusuri kekayaan kuliner dan budaya Indonesia dalam menyambut Maulid Nabi.
Kuah Beulangong (Aceh)
Kuah Beulangong adalah hidangan ikonik dari Aceh yang disajikan saat Maulid Nabi. Makanan ini terbuat dari daging kambing atau sapi yang dimasak dalam porsi besar menggunakan belanga berukuran jumbo. Keunikan Kuah Beulangong terletak pada tradisi memasaknya.
Menurut tradisi asli Aceh, hidangan ini hanya boleh dimasak oleh kaum laki-laki saja. Proses memasak dilakukan secara gotong royong, mencerminkan semangat kebersamaan. Tradisi ini bukan sekadar ritual, melainkan juga mengandung makna filosofis yang mendalam.
Makna utama dari Kuah Beulangong adalah persatuan dan kekompakan. Proses memasak bersama-sama melambangkan eratnya tali silaturahmi antarwarga. Hidangan ini menjadi simbol kebersamaan dalam merayakan Maulid Nabi dan mempererat hubungan sosial.
Ketupat Sumpil (Kendal, Jawa Tengah)
Ketupat Sumpil merupakan hidangan khas perayaan Maulid Nabi dari Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Berbeda dari ketupat pada umumnya, Ketupat Sumpil menggunakan daun bambu sebagai pembungkusnya. Bentuknya pun unik, menyerupai limas segitiga.
Hidangan ini biasanya disantap dengan sambal kelapa yang gurih. Bentuk segitiga pada Ketupat Sumpil bukan tanpa makna. Ia melambangkan simbolisasi hubungan yang harmonis.
Filosofi Ketupat Sumpil adalah hubungan antara manusia dengan Allah SWT dan sesama manusia. Bentuk segitiga ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara dimensi spiritual dan sosial. Ketupat Sumpil menjadi pengingat akan nilai-nilai tersebut dalam perayaan Maulid Nabi.
Nasi Tumpeng (Umum di Indonesia, khususnya Jawa)
Nasi tumpeng telah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia dalam merayakan hari besar, termasuk Maulid Nabi. Hidangan ini berisikan nasi gurih atau nasi kuning yang dibentuk kerucut. Nasi tumpeng dihias dengan berbagai macam sayuran dan lauk pelengkap.
Lauk pauk yang menyertai nasi tumpeng sangat beragam, seperti ayam ingkung, urap sayur, tempe orek, hingga sambal goreng ati. Penyajian yang megah ini menambah semarak perayaan. Nasi tumpeng khusus Maulid Nabi ini disajikan dengan penuh penghormatan.
Makna filosofis Nasi Tumpeng sangat mendalam. Bentuk kerucutnya melambangkan gunung sebagai simbol keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Hidangan ini juga merupakan bentuk syukur atas karunia-Nya. Filosofinya menggambarkan harapan agar umat senantiasa berada di puncak kebaikan dan selalu dekat dengan Allah.
Nasi Kebuli Betawi (Jakarta)
Nasi Kebuli adalah hidangan khas Betawi yang kaya akan pengaruh Timur Tengah. Nasi gurih ini dimasak dengan rempah-rempah pilihan, daging kambing atau ayam, serta minyak samin. Aroma harumnya sangat menggugah selera.
Dalam tradisi Maulid Nabi, Nasi Kebuli disajikan dalam baki berukuran sedang hingga lebar. Baki ini dilengkapi dengan potongan daging yang melimpah. Uniknya, satu baki nasi kebuli biasanya disajikan untuk beberapa orang.
Penyajian nasi kebuli secara bersamaan dari satu wadah merupakan simbol dari kebersamaan. Tradisi ini mempererat tali silaturahmi antar jemaah. Nasi Kebuli menjadi hidangan primadona yang menyatukan orang-orang dalam suasana Maulid Nabi yang penuh berkah.
Nasi Suci Ulam Sari / Sego Ingkung (Jawa Timur, Pacitan)
Nasi Suci Ulam Sari, atau yang juga dikenal sebagai Sego Ingkung, adalah makanan khas dari Jawa Timur yang kerap disajikan saat perayaan Maulid Nabi. Hidangan ini berupa nasi uduk yang dilengkapi dengan ayam utuh, yang disebut ayam ingkung.
Ayam ingkung dimasak dengan bumbu tertentu sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Di Pacitan, hidangan ini disajikan dalam bentuk tumpeng yang dihias dengan sayuran dan lauk pauk. Ayam ingkung diletakkan di bagian puncaknya.
Kehadiran Nasi Suci Ulam Sari dianggap sebagai doa agar keluarga memperoleh keberkahan dan keselamatan. Hidangan ini memiliki makna simbolis sebagai permohonan agar dijauhkan dari masalah. Tumpeng yang disajikan melambangkan rasa syukur dan harapan akan karunia Tuhan.
Endog-endogan (Banyuwangi, Jawa Timur)
Di Banyuwangi, peringatan Maulid Nabi diramaikan dengan tradisi unik bernama Endog-endogan. Tradisi ini melibatkan bunga telur yang dihias dengan berbagai ornamen atau lukisan. Telur-telur ini kemudian ditancapkan pada batang pisang.
Bunga telur tersebut diarak keliling desa sebelum dibagikan kepada masyarakat sekitar. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri dalam perayaan Maulid Nabi di Banyuwangi. Masyarakat antusias menyambut arak-arakan ini.
Telur dalam tradisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam dalam Islam. Kulit telur melambangkan keislaman, putih telur melambangkan keimanan, dan kuning telur melambangkan keikhlasan. Tradisi Endog-endogan juga melambangkan kehidupan baru dan keberlangsungan generasi.
Ampyang Maulid (Jawa)
Ampyang Maulid adalah tradisi khas masyarakat Jawa dalam menyambut dan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini melibatkan nasi yang dibungkus dengan daun jati bersamaan dengan lauk dan pelengkap lainnya. Nasi bungkus ini kemudian dirangkai.
Rangkaian nasi bungkus ini membentuk tumpukan menyerupai gunung yang menjulang tinggi. Bentuknya mirip dengan Gunungan yang sering ditemukan dalam tradisi Jawa lainnya. Ampyang Maulid menjadi pemandangan yang menarik dalam perayaan.
Nasi bungkus ini nantinya akan dibagikan kepada masyarakat. Tradisi ini melambangkan berbagi rezeki dan kebersamaan. Ampyang Maulid adalah wujud nyata dari semangat gotong royong dan kepedulian sosial dalam merayakan Maulid Nabi.
Gunungan Maulid (Yogyakarta dan Surakarta)
Gunungan merupakan tumpukan makanan yang disusun hingga menjulang seperti gunung. Hidangan ini berisikan berbagai macam makanan khas, hasil bumi, dan jajanan tradisional. Gunungan Maulid menjadi pusat perhatian dalam tradisi Grebeg Maulud.
Gunungan Maulid ini biasanya ada saat pelaksanaan tradisi Grebeg Maulud yang digelar oleh masyarakat Yogyakarta dan Surakarta. Tradisi Grebeg Maulud adalah perayaan besar yang melibatkan arak-arakan dari keraton. Masyarakat sangat menantikan momen ini.
Setelah diarak, Gunungan Maulid ini nantinya akan dinikmati beramai-ramai oleh masyarakat. Tradisi ini melambangkan kemakmuran dan keberkahan. Gunungan Maulid adalah simbol rasa syukur dan kebersamaan dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kue Kolombengi dan Kue Karas-kara (Gorontalo)
Masyarakat Gorontalo memiliki kudapan khas yang disajikan saat Maulid Nabi, yaitu Kue Kolombengi dan Kue Karas-kara. Kue Kolombengi adalah kue berbahan dasar tepung terigu dan telur. Kue ini dibentuk menyerupai menara kecil di wadah khusus bernama tolangga.
Sementara itu, Kue Karas-kara juga merupakan kue khas Gorontalo yang disajikan dalam perayaan Maulid. Selain itu, ada pula Wapili yang mirip waffle, terbuat dari tepung beras, gula merah, dan santan. Kudapan ini menjadi sajian wajib.
Kudapan-kudapan ini menjadi sajian khas saat perayaan Maulid di Gorontalo. Rasanya yang manis dan bentuknya yang unik menambah semarak suasana. Kue Kolombengi dan Kue Karas-kara adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi Maulid Nabi di Gorontalo.
Kue Nagasari (Indramayu, Jawa Barat)
Kue Nagasari adalah salah satu hidangan pelengkap yang sering hadir dalam acara Maulid Nabi, khususnya di Indramayu, Jawa Barat. Kue ini terbuat dari tepung beras dan pisang yang dibungkus daun pisang. Proses pembuatannya cukup sederhana, yaitu dikukus.
Tekstur Kue Nagasari sangat lembut dan rasanya manis. Kombinasi tepung beras dan pisang menciptakan cita rasa yang khas. Kue ini menjadi favorit banyak orang sebagai camilan tradisional.
Kue Nagasari menjadi hidangan pelengkap yang menyempurnakan suasana Maulid. Meskipun sederhana, kehadirannya menambah kehangatan perayaan. Kue Nagasari adalah bagian dari kekayaan kuliner tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
Wadai Kararaban (Kalimantan Selatan)
Wadai Kararaban adalah penganan khas Kalimantan Selatan yang sering disajikan saat Maulid Nabi. Kue ini berbahan dasar gula merah dan santan. Kombinasi bahan ini menghasilkan rasa manis gurih yang khas dan lezat.
Meskipun namanya merujuk pada sesuatu yang "kotor" (kararaban), kue ini justru memiliki cita rasa yang sangat lezat. Nama unik ini tidak mengurangi popularitasnya di kalangan masyarakat. Wadai Kararaban menjadi hidangan yang dinanti.
Wadai Kararaban menjadi simbol kebersihan hati dalam merayakan Maulid Nabi. Terlepas dari namanya, kue ini mengajarkan bahwa keindahan dan kebaikan bisa ditemukan di mana saja. Hidangan ini adalah bagian dari tradisi kuliner yang sarat makna di Kalimantan Selatan.
Nasi Berkat (Umum)
Nasi berkat adalah hidangan yang sangat umum ditemukan dalam perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah. Hidangan ini biasanya terdiri dari nasi putih atau nasi uduk. Nasi ini dilengkapi dengan beragam lauk pauk yang lezat.
Lauk pauk yang menyertai nasi berkat antara lain ayam goreng, telur pindang, mie goreng, dan sambal goreng kentang. Nasi berkat disajikan dalam wadah besar atau dibungkus daun pisang. Pembungkus daun pisang memberikan aroma khas.
Nasi berkat dibagikan kepada para jemaah setelah acara pengajian selesai. Pembagian ini merupakan bentuk sedekah dan simbol kebersamaan. Nasi berkat menjadi wujud nyata dari semangat berbagi dan mempererat tali silaturahmi dalam perayaan Maulid Nabi.
Kue Apem (Jawa)
Kue apem adalah kue tradisional dengan bentuk bulat dan rasa manis yang khas. Kue ini sangat populer di Jawa dan seringkali menjadi bagian dari perayaan Maulid Nabi. Bentuknya yang sederhana namun penuh makna.
Di banyak daerah, kue apem sering disusun bersama aneka jajanan pasar lain. Setelah itu, kue-kue ini dibagikan kepada tetangga atau tamu yang datang. Tradisi berbagi ini merupakan wujud kebersamaan dan rasa syukur.
Bentuknya yang bulat dan rasanya yang manis melambangkan harapan agar setiap doa yang dipanjatkan bisa diterima dengan baik. Kue apem menjadi simbol penerimaan dan keberkahan. Hidangan ini adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi Maulid Nabi di Jawa.
Ketan Serundeng (Umum)
Ketan Serundeng adalah hidangan yang terbuat dari ketan yang disajikan dengan taburan serundeng kelapa. Rasanya gurih manis yang khas membuat hidangan ini sangat digemari. Ketan Serundeng seringkali menjadi sajian wajib saat Maulid Nabi.
Biasanya, ketan ini dibuat dalam jumlah banyak dan dibagikan setelah acara pengajian selesai. Tradisi berbagi ini memperkuat ikatan sosial antarwarga. Ketan Serundeng menjadi simbol kebersamaan.
Dalam tradisi Maulid, ketan dianggap sebagai simbol persatuan dan kekompakan. Teksturnya yang lengket mencerminkan eratnya hubungan antarumat Islam. Ketan Serundeng adalah hidangan yang sarat makna dalam perayaan Maulid Nabi.
Jenang Abang (Jawa)
Jenang Abang adalah hidangan manis berupa bubur beras merah yang populer di Jawa. Bubur ini dimasak dengan gula merah dan santan. Kombinasi bahan ini menghasilkan rasa manis yang legit dan tekstur yang kental.
Hidangan ini sering dihidangkan sebagai hidangan penutup dalam perayaan Maulid Nabi. Rasanya yang manis dan kental membuat Jenang Abang menjadi favorit banyak orang. Jenang Abang biasanya diberikan bersama dengan kolak.
Jenang Abang adalah bagian dari kekayaan kuliner tradisional Jawa yang menjadi pelengkap perayaan Maulid Nabi. Hidangan ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan dalam momen istimewa ini.
Telur Male (Kendari, Sulawesi Tenggara)
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, masyarakat memiliki tradisi unik untuk merayakan Maulid Nabi, yaitu Telur Male. Telur-telur ini dihias dengan warna-warni cerah dan ornamen menarik. Hiasan ini membuat telur terlihat sangat cantik.
Telur Male kemudian digantung di batang pisang dan diarak keliling kota. Arak-arakan ini menjadi pemandangan yang meriah dan menarik perhatian masyarakat. Setelah diarak, telur-telur ini akan dibagikan.
Tradisi ini melambangkan kesederhanaan dan kerendahan hati dalam beribadah. Telur Male adalah simbol dari nilai-nilai luhur yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Hidangan ini adalah bagian tak terpisahkan dari perayaan Maulid Nabi di Kendari.
Makna Umum Makanan Adat pada Acara Maulid Nabi
Makanan adat yang disajikan pada acara Maulid Nabi memiliki makna yang sangat mendalam. Makna ini berkaitan erat dengan hubungan antar sesama muslim, kehidupan bermasyarakat, dan upaya meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Setiap hidangan mencerminkan nilai-nilai luhur.
Tradisi penyajian dan tata cara makan pada acara Maulid juga memiliki kekhasan tersendiri. Umumnya, masyarakat akan duduk di lantai yang dialasi tikar, dengan laki-laki bersila dan wanita bersimpuh. Mereka menyantap makanan menggunakan tangan, menciptakan suasana kebersamaan yang erat.
Secara keseluruhan, beragam makanan khas Maulid Nabi di Indonesia bukan sekadar hidangan. Mereka adalah wujud nyata dari kekayaan budaya dan spiritual bangsa, simbol persatuan, syukur, dan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Tradisi ini terus dilestarikan sebagai warisan berharga.
FAQ
Mengapa perayaan Maulid Nabi identik dengan makanan tradisional?
Makanan tradisional mencerminkan budaya, kebersamaan, serta menjadi simbol rasa syukur masyarakat.
Apa makna Nasi Tumpeng dalam perayaan Maulid Nabi?
Nasi tumpeng melambangkan keagungan Allah dan syukur atas karunia-Nya, serta harapan agar umat berada di puncak kebaikan.
Bagaimana tradisi Endog-endogan di Banyuwangi dirayakan?
Telur rebus dihias, ditancapkan pada batang pisang, diarak, lalu dibagikan kepada masyarakat, melambangkan kehidupan baru.
Apa makna di balik penyajian Nasi Kebuli secara bersamaan?
Penyajian nasi kebuli dalam satu wadah besar yang disantap bersama melambangkan kebersamaan dan persatuan.
Apa makna umum dari makanan adat pada acara Maulid Nabi?
Makna makanan adat berkaitan dengan hubungan antar sesama muslim, kehidupan bermasyarakat, dan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW.