Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda akan mampir untuk minum latte dan pulang dengan pakaian baru? Hal itu semakin mungkin terjadi karena merek fesyen semakin gencar mempromosikan budaya kafe.
Di Singapura maupun Indonesia, retail Coach telah membukanya. Di Singapura ada Coach Play Singapore Shophouse, lokasinya berada di kawasan yang ramai wisata Keong Saik Road. Sementara di Indonesia ada The Coach Coffee Shop yang terdiri dari restoran maupun kafe, lokasinya ada di Grand Indonesia Shopping Mall.
Mengutip The Korean Times, Sabtu, 7 Juni 2025, tren ini telah merambah hingga Korea Selatan, di mana Zara membuka Zacaffé, kafe di dalam toko retailnya di distrik Myeong-dong yang ramai di Seoul.
"Saya selalu menyukai merek Zara, jadi menarik melihat kafe di dalamnya," katanya Kwon (36) yang seorang pekerja kantoran. "Senang melihat-lihat pakaian sambil menunggu teman — dan kemudian berbelanja bersama setelahnya."
Jadi Strategi Merek Fesyen Global
Merek fesyen global Zara membuka lokasi Zacaffé di Seoul bulan lalu — yang ketiga secara global, setelah Madrid dan Nanjing. Konsep mendirikan kafe di dalam toko fesyen besar tidak lagi mengejutkan.
Semantara Ralph Lauren meluncurkan Ralph’s Coffee di Seoul pada September 2024, dan merek sepatu kets Golden Goose membuka kafe keempatnya, Unique, di Seoul pada Juli lalu, setelah Thailand dan Tiongkok. Kafe-kafe mode ini memiliki dua tujuan menarik pembeli muda yang mengikuti tren sekaligus berfungsi sebagai alat promosi merek.
"Saya melihatnya di media sosial dan ingin mencobanya," kata Kang, 21 tahun, seorang pengunjung Zacaffé. "Tempat nongkrong yang asyik, dan suasananya membuat saya ingin mengunjungi toko itu lagi,' sambungnya.
Dalam beberapa kasus, sisi kafe dari merek mode menjadi lebih populer daripada mode itu sendiri. Contoh utamanya adalah Kith Treats, kafe dessert di dalam merek gaya hidup Amerika Kith, yang dibuka di Distrik Seongdong, Seoul pada Mei 2024. Es krimnya viral setelah penyanyi Jennie BLACKPINK terlihat menikmatinya, membuat antrean yang lebih panjang untuk pencuci mulut daripada kasir pakaian.
Mode yang Melibatkan Kelima Indra
Tren ini mencerminkan pergeseran yang terus berkembang: mode tidak lagi hanya tentang mengenakan pakaian, tetapi juga tentang merasakan nilai dan gaya hidup merek tersebut.
'Operasional F&B memungkinkan orang mengingat suatu merek melalui kelima indra,” kata Kim Ji Hern, seorang profesor bisnis di Universitas Sejong. "Saat Anda masuk ke toko yang dilengkapi kafe, Anda mendengar biji kopi digiling, mencium aroma kopi, mencicipinya — dan semua itu menjadi bagian dari cara Anda merasakan merek tersebut."
Ini menjelaskan mengapa kafe merek mode sering kali menyajikan makanan penutup dengan desain logo atau seni latte yang menggambarkan maskot merek. Barang dagangan seperti cangkir, piring, dan tas ramah lingkungan berlogo semakin meningkatkan eksposur merek.
"Merek mewah biasanya berkembang dari pakaian wanita ke pakaian pria, pakaian anak-anak, furnitur, dan hotel," kata kolumnis mode Park So Hyun. "Namun, jika hal itu tidak memungkinkan, kafe atau restoran berfungsi sebagai jalan tengah — tempat pelanggan dapat merasakan merek tersebut tanpa membeli pakaian."
Ritel Luring Bergeser ke Ruang Gaya Hidup
Pada akhirnya, perluasan kafe ini mencerminkan tren yang lebih luas di sektor ritel yaitu pesatnya pertumbuhan belanja daring dan penurunan penjualan luring. Menurut Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea, penjualan luring fesyen dan aksesori oleh peritel besar turun hingga 8,3 persen pada bulan April dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Di Korea, konsumen yang lebih muda semakin banyak berbelanja fesyen desainer melalui platform seperti Musinsa dan 29CM. Musinsa, platform fesyen daring teratas di negara itu, melampaui 1 triliun won atau setara Rp11,9 triliun dalam penjualan tahunan tahun lalu, yang merupakan rekor.
Akibatnya, para pakar industri memperkirakan bahwa toko luring akan semakin berubah menjadi ruang pamer atau ruang hibrida yang berpusat di kafe. "Orang mungkin tidak lagi keluar hanya untuk membeli pakaian di akhir pekan, tetapi mereka masih akan keluar untuk minum kopi," kata Park. "Bagi merek fesyen, memasuki bisnis F&B berisiko rendah dan berhadiah tinggi — ini adalah pilihan yang cerdas dan menarik."