Ramalan Gempa Dahsyat di Manga Jepang Picu Kepanikan dan Pembatalan Wisata

2 weeks ago 22

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa minggu terakhir, perhatian dunia tertuju pada Jepang karena sebuah manga yang membuat klaim mengejutkan tentang bencana alam. Manga tersebut, yang diterbitkan seniman Ryo Tatsuki, mengisyaratkan bahwa gempa bumi besar akan melanda Negeri Sakura pada Juli 2025.

Mengutip CNN, Jumat (4/7/2025), klaim ini telah menimbulkan kepanikan di kalangan wisatawan, terutama dari Asia Timur, yang kini membatalkan atau menunda perjalanan mereka ke Jepang. Manga Tatsuki, berjudul "The Future I Saw," pertama kali terbit pada 1999 dan menjadi terkenal setelah memprediksi gempa dahsyat yang melanda wilayah Tohoku pada Maret 2011.

Edisi terbaru dari manga ini memperingatkan bahwa bencana serupa bakal terjadi pada 5 Juli 2025, dengan retakan besar di bawah laut antara Jepang dan Filipina yang dapat memicu gelombang tsunami dahsyat. Ketakutan ini diperparah ramalan paranormal dan ahli feng shui, yang menambah rasa cemas. 

Salah satu ramalan menyebut gempa besar di  Teluk Tokyo pada 26 April 2025, meski tanggal tersebut berlalu tanpa insiden. Media sosial di China dan negara-negara Asia lainnya dipenuhi diskusi dan kekhawatiran mengenai kemungkinan bencana ini.

Industri Pariwisata Langsung Terpengaruh

Akibatnya, industri pariwisata Jepang mengalami penurunan tajam dalam pemesanan. CN Yuen, direktur pelaksana WWPKG, sebuah agen perjalanan di Hong Kong, melaporkan bahwa pemesanan ke Jepang turun hingga 50 persen selama liburan Paskah dan diperkirakan akan terus menurun.

Wisatawan dari daratan Tiongkok dan Hong Kong, yang merupakan sumber wisatawan terbesar kedua dan keempat di Jepang, sangat terpengaruh ketakutan ini. Para ahli seismologi menekankan bahwa memprediksi gempa dengan akurasi tinggi adalah hal yang hampir mustahil.

Jepang, yang terletak di Cincin Api Pasifik, memang rentan terhadap gempa. Namun, negara ini memiliki infrastruktur dan sistem peringatan dini yang dirancang untuk mengurangi dampak bencana tersebut. 

Tatsuki sendiri mengingatkan pembacanya untuk tidak terlalu terpengaruh oleh mimpinya dan mendesak mereka untuk tetap mengikuti panduan dari para ahli. Tapi, dampak dari manga dan ramalan ini telah nyata terasa, menciptakan ketidakpastian dan ketakutan di kalangan wisatawan.

Pemerintah Jepang Buat Langkah Persiapan Bencana

Sementara itu, pemerintah Jepang terus berupaya meyakinkan wisatawan bahwa negara ini tetap aman dikunjungi. Dengan langkah-langkah persiapan bencana yang ketat, Negeri Sakura berusaha memulihkan kepercayaan wisatawan dan mengurangi dampak dari spekulasi yang tidak berdasar ini.

Kantor Kabinet Jepang menjelaskan bahwa teknologi modern belum dapat memprediksi gempa secara akurat. Sementara itu, Yoshihiro Murai, gubernur prefektur Miyagi, yang dilanda gempa hebat tahun 2011, berbicara menentang dampak kepercayaan takhayul terhadap pariwisata Jepang.

"Saya yakin ini adalah masalah serius ketika penyebaran rumor yang sangat tidak ilmiah di media sosial berdampak pada pariwisata," katanya. 

Samantha Tang, dari Hong Kong, adalah salah satu dari mereka yang telah menunda perjalanannya ke negara itu. Awalnya, ia berencana mengunjungi Wakayama, tujuan wisata pantai di selatan Osaka, pada Agustus 2025.

"Semua orang mengatakan banyak hal tentang datangnya gempa," kata guru yoga berusia 34 tahun itu, yang mengatakan bahwa dia telah pergi berlibur ke Jepang setidaknya setahun sekali sejak berakhirnya pandemi.

Ada Juga Wisatawan yang Tak Peduli

Pelancong Hong Kong lainnya, Oscar Chu, yang biasanya mengunjungi Jepang beberapa kali per tahun, telah berubah pikiran juga. "Sebaiknya hindari saja. Akan sangat merepotkan jika gempa benar-benar terjadi," katanya.

Dia menjelaskan bahwa dia tidak terlalu khawatir secara khusus tentang gempa, tapi waspada terhadap kekacauan perjalanan dan gangguan penerbangan yang terjadi. Meski begitu, banyak wisatawan yang tidak gentar.

Jepang telah melihat jumlah pengunjung melonjak hingga memecahkan rekor 10,5 juta dalam tiga bulan pertama tahun 2025, menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang.

Sementara itu, 2,36 juta wisatawan Tiongkok daratan mengunjungi Jepang pada kuartal pertama tahun ini, naik 78 persen dari tahun lalu, kata badan pariwisata tersebut.

Selama periode yang sama, sekitar 647.600 warga Hong Kong mengunjungi Jepang, menandai pertumbuhan tahunan sebesar 3,9 persen. Itu pun hanya wisatawan dari Asia Timur. Pada Maret saja, 343 ribu warga Amerika mengunjungi Jepang, bersama dengan 68 ribu warga Kanada dan 85 ribu warga Australia. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |