Liputan6.com, Jakarta - Presiden Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah meluncurkan produk terbarunya, parfum dan cologne bermerek Victory 45-47. Parfum ini dipasarkan dengan harga 249 USD atau sekitar Rp4 jutaan, dan didesain untuk mencerminkan Kemenangan, Kekuatan, dan Kesuksesan.
Mengutip dari Euronews, Kamis (3/7/2025), namun peluncuran ini tidak lepas dari kontroversi dan kritik. Terutama kritik terkait waktu peluncurannya yang bertepatan dengan pengesahan RUU pemotongan pajak dan belanja yang kontroversial.
Parfum ini, yang namanya merujuk pada masa jabatan presidennya yang ke-45 dan ke-47, tersedia dalam dua varian: untuk pria dan wanita. Versi wanita diklaim mengekspresikan kepercayaan diri, kecantikan, dan tekad yang tak terhentikan.
Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengajak para pengikutnya untuk membeli parfum tersebut, dengan pesan yang berbunyi, "Dapatkan sebotol, dan jangan lupa untuk mendapatkan satu untuk orang-orang yang Anda cintai juga."
Gelombang Protes
Namun, peluncuran parfum ini berbarengan dengan keputusan Senat Republik yang meloloskan RUU One Big Beautiful. RUU ini memangkas dana negara sebesar 128 miliar USD untuk Program Bantuan Gizi Tambahan (SNAP) dan hampir 880 miliar USD untuk Medicaid.
Keputusan ini diperkirakan dapat merampas asuransi kesehatan lebih dari 10 juta warga Amerika. Ini juga memicu kecaman dari berbagai kalangan, termasuk selebritas yang menandatangani surat terbuka menentang pemotongan tersebut.
Kritik terhadap peluncuran parfum ini juga ramai di media sosial. Seorang pengguna daring menyindir, "16 juta warga Amerika akan kehilangan layanan kesehatan mereka, tetapi belilah parfum saya yang menjijikkan itu… ".
Kritik lain datang dari kelompok kampanye Republicans Against Trump, yang menyatakan bahwa Trump terus menggunakan jabatan presiden untuk memperkaya dirinya sendiri. Selain masalah waktu perilisan yang tidak tepat, langkah bisnis baru ini dianggap sebagai bagian dari upaya Trump untuk terus memonetisasi namanya.
Trump Memonetisasi Namanya
Sebelumnya, Trump telah mempromosikan berbagai produk, mulai dari koin perak hingga mata uang kripto. Menurut laporan, Trump bisa meraup hingga $315 juta dari mata uang kripto '$TRUMP' sejak diluncurkan pada Januari.
Konsultan komunikasi Rodericka Applewhaite mengingatkan bahwa ada preseden di mana calon presiden, seperti Jimmy Carter, menarik diri dari bisnis pribadinya untuk menghindari konflik kepentingan. Namun, Trump tampaknya tidak terpengaruh oleh kekhawatiran semacam itu.
Di tengah kritik yang terus mengalir, peluncuran parfum ini menjadi simbol dari gaya bisnis Trump yang kontroversial dan sering kali memicu perdebatan publik. Bagi para pendukungnya, produk ini mungkin menjadi simbol dukungan dan loyalitas, sementara bagi para pengkritiknya, ini adalah contoh lain dari bagaimana Trump dianggap memanfaatkan jabatan publik untuk keuntungan pribadi.