Polda Jatim Tunggu Identifikasi Rampung Sebelum Tetapkan Tersangka Tragedi Al Khoziny

1 day ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) menegaskan akan menindaklanjuti proses hukum terkait tragedi ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, setelah seluruh proses identifikasi korban rampung.

“Perlu saya tegaskan kembali bahwa Polda Jawa Timur sejauh ini telah memberikan pernyataan dari Bapak Kapolda sendiri, bahwa proses hukum akan kami lakukan,” ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast, di Surabaya, Selasa malam (7/10/2025).

Abast menjelaskan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan dari berbagai pihak. Proses tersebut nantinya akan ditingkatkan ke tahap penyidikan.

“Saat ini kami sedang melakukan upaya-upaya penyelidikan dan nantinya akan ditingkatkan ke tahap penyidikan,” katanya.

Sementara itu, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim terus bekerja untuk mengidentifikasi jenazah para korban. “Kami mohon masyarakat dan keluarga korban bersabar. Biarkan tim DVI bekerja dengan baik agar seluruh jenazah dapat diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga,” ucap Abast.

Abast menambahkan, proses pencarian korban di lokasi kejadian telah dinyatakan selesai oleh tim Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Namun, proses identifikasi masih berlanjut sebagai bagian dari penanganan bencana.

“Terkait evaluasi struktur bangunan, kami akan melangkah ke sana. Pengambilan sampel seperti tulangan dan beton dilakukan untuk membantu proses pemeriksaan serta pembersihan lokasi,” ujarnya.

Abast menegaskan seluruh tahapan penanganan dilakukan secara profesional dan berjenjang. Ia juga meminta dukungan semua pihak agar proses hukum berjalan optimal.

Sembilan hari pasca ambruknya musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Suasana di lokasi kini tampang lengang.

Kecewa Pihak Pesantren Belum Temui Wali Santri

Sementara itu, salah satu keluarga korban, Hamida Soetadji, warga Sedati, Sidoarjo, mengaku cucu keponakannya, Mochamad Muhfi Alfian (16), menjadi korban dalam tragedi ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.

“Korban yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA itu sedang menimba ilmu agama di Ponpes Al Khoziny. Hingga hari kesembilan tragedi ini, diduga masih belum ditemukan oleh tim SAR gabungan atau belum teridentifikasi oleh tim DVI,” ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (7/10).

Hamida yang akrab disapa Mimied mengaku kecewa karena pihak ponpes belum menemui para wali santri. “Hanya pengurus ponpes yang pasang badan, bukan Pak kiainya. Mereka juga tidak melakukan pendataan maupun penyempurnaan data tambahan,” ucapnya.

Menurut Mimied, data santri semestinya sudah tersimpan di database pengurus sejak awal penerimaan santri baru. Namun, ia menilai pengurus lalai memperbarui data santri. “Kami sudah update data enam bulan lalu, tapi pengurus ponpes tidak pernah mengupdate data tersebut,” ungkapnya.

Pertanyaan Kesalahan Konstruksi Sejak Awal

Ia juga menyebut adanya ketidaksesuaian antara data dari Basarnas dan pihak ponpes. “Basarnas mencari sendiri data santri yang menjadi korban. Sementara data Basarnas yang diberikan kepada pengurus ponpes tidak sesuai atau tidak sinkron,” katanya.

Lebih lanjut, Mimied menilai ada indikasi kelalaian dalam pembangunan musala ponpes. “Masa di lantai atas masih pengecoran basah tapi di bawah digunakan untuk salat,” ujarnya.

Ia menegaskan keluarganya sejak awal sudah mempertanyakan kemungkinan kesalahan konstruksi bangunan.

"Keluarga berharap dan mendesak pihak kepolisian, khususnya Polda Jatim, untuk melakukan pemeriksaan karena tragedi ini sudah ada unsur pidananya,” tegas Mimied.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |