Cerita Heroik Tiga Petugas Damkar Surabaya Evakuasi 2 Santri Al Khoziny Tertimbun Puing

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta Tiga anggota tim rescue Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya menceritakan momen-momen saat mengvakuasi korban reruntuhan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Para personel berburu dengan waktu, tekanan fisik hingga mental saat berjuang di tengah puing-puing beton demi misi kemanusiaan.

Tiga petugas Damkar heroik itu adalah Abdul Aziz, Galang Ferbi serta Elvanio Santoso. Ketiganya memberikan kesaksian mengenai aksi penyelamatan dua santri, Yusuf dan Haikal, di hari pertama ketika tragedi itu bermula. Elvanio Santoso menceritakan bahwa aksi penyelamatan dilakukan sekira pukul 22.00 WIB.

"Kami datang dari hari pertama, terdengar suara Yusuf. Dia bilang, 'Pak, ada lubang. Tangan saya kelihatan tidak," cerita Elvanio di hadapan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Rabu (15/10/2025). Setelah mendengar suara Yusuf, tim segera menemukan keberadaanya. Syukur, kondisi Yusuf tidak tergencet puing. Akses evakuasi Yusuf awalnya sangat kecil, hanya sebesar botol air mineral. Hanya bisa digunakan untuk menyuplai minum dan biskuit. Untuk menyelematkan Yusuf, tim harus memperbesar lubang evakuasi. Oleh karena itu, pihaknya harus berdiskusi dengan Basarnas dan mulai melakukan pengerjaan yang memakan waktu 4 hingga 5 jam. Elvanio bekerja dari pukul 22.00 malam hingga lewat pukul 02.00 dini hari. “Itu saya sudah kehabisan tenaga, akhirnya tugas akhir memotong rangka besi beton saya diserahkan teman saya, Abdul Aziz sampai akhirnya Yusuf berhasil dikeluarkan dengan selamat,” terang Neo biasa ia disapa.

Neo mengakui bahwa tragedi Al-Khoziny adalah kejadian luar biasa pertama yang ia hadapi selama enam tahun bekerja di DPKP Kota Surabaya.

“Yang pasti ini menjadi kebanggaan tersendiri bisa ikut berpartisipasi atau ikut terjun langsung, kita dapat menyelamatkan korban yang terjebak dalam reruntuhan,” ujarnya. Sementara itu, Abdul Aziz dan Galang Ferbi, yang bertugas pada hari kedua dan ketiga, memfokuskan upaya penyelamatan untuk membuka akses menuju santri bernama Haikal yang terjepit di reruntuhan. Tim mengeruk lubang masuk sedalam kurang lebih 5 meter. Saat aksi penyelamatan, tekanan mental tim serasa diuji. Pasalnya, selain menghadapi situasi genting saat mengarahkan Haikan, mereka juga mendengar teriakan minta tolong dari sekitar lima korban lain di sisi yang sulit dijangkau. “Akhirnya, kita mencoba menguatkan dan menenangkan para santri bahwa mereka akan segera diselamatkan,” ujar Aziz menceritakan upayanya menenangkan para santri. Evakuasi Haikal sulit karena posisinya terhimpit beton, hanya tangan kanannya yang bisa bergerak. Setelah membobol tanah sejauh 2 meter, sekitar pukul 12.00 WIB Haikal mulai berteriak dan mengigau, “sudah jangan mainan itu. Haikal tidak bisa bernapas”. “Mendengar teriakan tersebut, kita langsung melakukan koordinasi dengan tim pendamping dan berinisiatif memberikan suplai oksigen dan minum. Setelah mendapat suplai oksigen, Haikal akhirnya lebih tenang dan evakuasi bisa dilanjutkan,” imbuhnya.

Proses evakuasi Haikal terus berlanjut bersama Basarnas hingga akhirnya bisa dikeluarkan dari reruntuhan beton yang menghimpitnya. Mendengar kisah para personel DPKP mengenai penyelamatan santri Al-Khoziny, Eri menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas keberanian dan ketulusan tim rescue Kota Pahlawan.

“Saya bangga betul, karena tim penyelamatan Kota Surabaya berbuat kebaikan tanpa pamrih untuk menolong sesamanya,” kata Eri, usai melakukan kunjungan ke Kantor DPKP. Sebagai bentuk apresiasi, Eri akan memberikan penghargaan untuk personel DPKP pada momen Hari Pahlawan, 10 November mendatang.

“Kedua, kami juga akan memperbaiki dan melengkapi alat kebugaran di kantor DPKP, karena untuk menyelamatkan para personel ini harus sehat,” pungkasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |