Keluarga Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo Emosi, Paksa Masuk TKP Bantu Pencarian

6 days ago 20

Liputan6.com, Sidoarjo - Puluhan orang keluarga korban ponpes ambruk di Sidoarjo mendatangi pihak Ponpes Al Khoziny. Mereka emosi bercampur marah dengan kinerja tim evakuasinya yang dinilainya lamban.

Mereka kembali memaksa ingin membantu pencarian karena menanggap Tim SAR lamban dalam bekerja.

Puluhan keluarga korban ingin masuk ke dalam area bangunan ambruk Ponpes Al Khoziny. Namun langkah mereka terhenti di garis pembatas polisi. Aparat kepolisian, Satpol PP dibantu anggota Banser siaga berjaga. Ketegangan terjadi di antara mereka.

Keluarga korban menilai kerja tim SAR Gabungan lamban padahal harus berkejaran dengan waktu. Mereka ingin membantu kerja Tim SAR agar korban tersisa dapat secepatnya ditemukan.

"Bekerja lamban tapi dibantu tidak mau. Bagaimana kalian ini," teriak salah seorang keluarga korban.

Terjadi perdebatan di antara pihak keluarga korban dengan petugas yang berjaga. Perwakilan keluarga sempat diizinkan masuk sebentar namun keluar lagi karena tak diiizinkan masuk lebih dalam.

"Sejak hari pertama pemerintah lamban, tidak becus dalam menangani peristiwa ini," kata salah seorang lainnya.

Menurutnya, di Jawa Timur banyak perguruan tinggi dan pakar yang bisa diajak terlibat membantu pencarian. Bila diizinkan, semua keluarga korban pasti mau turun tangan membantu proses pencarian agar lekas selesai.

"Kalau terlalu lama kami takut yang kritis bisa meninggal dan kalau memang sudah meninggal bisa membusuk," teriak mereka.

Di tempat terpisah, Kepala Basarnas Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, mengatakan pencarian harus dilakukan secara hati-hati sebab material reruntuhan rawan kembali ambruk.

"Kami harus berhati-hati dan bekerja sesuai prosedur,' katanya.

Progres Pencarian Hari Ini

Sebelumnya, Tim SAR Gabungan menemukan 5 korban bangunan ambruk Ponpes Al Khoziny Sidoarjo dan semuanya dinyatakan meninggal dunia pada Jumat, 3 Oktober 2025. Seluruhnya ditemukan secara bertahap di zona A2 bangunan.

Korban santri Ponpes Al Khoziny berturut-turut ditemukan pukul 07.30 dan pukul 07.35. Berikutnya pada pukul 10.17 dan 11.16. Korban kelima ditemukan pukiul 14.00. Seluruh jenaah korban dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi.

Kepala Basarnas Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, mengatakan dengan 5 penemuan korban meninggal dunia pada hari maka total jumlah korban jiwa sampai Jumat ini ada 10 orang dan 103 orang selamat dengan kondisi terluka.

"Semua korban meninggal dunia yang kami temukan hari ini ada di lantai bawah," kata Nanang.   

Seorang korban ada di tempat wudhu, seorang lagi tak jauh dari area yang sama. Sedangkan tiga korban jiwa lainnya ditemukan belasan meter dari tempat wudhu. Tim SAR Gabungan terua berupaya mencari korban lainnya.

"Kami sedang melaksanakan pembongkaran material bangunan. Ini masih 50 persen," ujar Nanang.

Tim SAR Gabungan menggunakan alat berat maupun secara konvensional untuk mencari korban. Penggunaan alat berat telah mendapat persetujuan dari pihak keluarga korban. Terutama untuk material berat yang membutuhkan alat untuk pencarian.

Dengan penemuan korban pada hari ini, total korban peristiwa bangunan ambruk Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ada 113 orang dengan 10 orang di antaranya meninggal dunia.

Kata Kapolda

Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Nanang Avianto menyebut, pendataan korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, dibagi ke dalam tiga klaster yaitu santri, pengurus pesantren, dan pekerja pembangunan.

“Kemudian dari perkembangan yang kita lihat dari pendataan. Penghuni di sana yang kemudian dimasukkan datanya di posko. Kan kita bagi dalam tiga klaster yang pertama adalah jumlah santrinya. Ke-2 adalah pengurus pesantren yang ke-3 adalah pekerja. Yang melakukan pembangunan pesantren itu,” ujarnya di Mapolda Jatim, Surabaya, Jumat (3/10).

Menurutnya, pengelompokan tersebut penting agar petugas mudah melacak keberadaan penghuni yang sebelumnya tercatat berada di lingkungan pesantren saat bangunan runtuh.

Dari hasil pendataan awal, sebagian besar baru mencakup santri dan pengurus, sedangkan pekerja masih terus diidentifikasi.

Ia menegaskan meski pendataan dilakukan, prioritas utama sejak awal tetap pada penyelamatan korban.

"Tahapan kemarin di awal adalah kita mengutamakan pertolongan kepada korban dulu. Sambil pendataan," ujarnya.

Nanang menambahkan, setelah masa golden time berakhir, proses evakuasi difokuskan pada pembersihan material. Tim gabungan dari Basarnas (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan), TNI, Polri, Damkar (Pemadam Kebakaran), serta relawan terus dikerahkan untuk mempercepat pencarian korban.

“Supaya tidak ada terganggu dengan melihat dari kemungkinan jumlah yang ada, kita pusatkan di sini di Rumah Sakit Bhayangkara, dan ini sudah kita persiapkan mulai dari peralatan dan kemudian dari tim medisnya,” tambah Kapolda. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |